Budaya-Tionghoa.Net| Karena banyak kebingungan akan versi Samkok, maka saya ulaskan secara singkat mengenai versi-versi Samkok dan buku2 serta VCD2 tentang Samkok yang pernah beredar sepengetahuan saya. Mohon dikoreksi dan ditambahkan oleh teman2 yang tahu.Mengenai perbedaan antara San Guo Zhi dan San Guo Yan Yi telah pernah diposting di http://web.budaya-tionghoa.net/the-history-of-china/the-romance-of-three-kingdom-/65-samkok-perbedaan-antara-roman-dan-sejarah- . Informasi tambahan dibawah ini sebagai tambahan penjelasan dalam link diatas ,
|
Perbedaan mendasar dari kedua buku cerita mengenai Samkok adalah yang satu adalah buku sejarah dan yang lainnya adalah buku novel klasik berlatar belakang sejarah (roman sejarah). San Guo Zhi adalah buku keempat dari 25 buku sejarah Tiongkok (Er Shi Wu Shi), ditulis pada dinasti Jin (abad 3~5). Penulisnya, Chen Shou menulisnya dalam 3 bagian membahas masing2 negara dan tokohnya. Wei Shu membahas negara Bei-wei Cao Cao terdiri atas 30 bab, Shu Shu membahas negara Shu-han Liu Bei terdiri atas 15 bab dan Wu Shu membahas negara Dong-wu Sun Quan terdiri atas 20 bab, keseluruhan 65 bab. Masing bab pada dasarnya membahas tokoh per tokoh dan tidak ada alur waktu di dalamnya.
Sedangkan San Guo Yan Yi adalah novel sejarah yang ditulis oleh Luo Guan-zhong pada zaman Dinasti Ming. Inilah yang kita kenal sebagai cerita Samkok, Kisah Tiga Negara atau Romance of the Three Kingdoms. Luo Guan-zhong mengambil acuan dari San Guo Zhi, ditambah dengan cerita rakyat yang populer pada masa tersebut dan menuliskannya dalam satu cerita dengan alur waktu dari zaman penghujung Dinasti Han, pecahnya Tiongkok menjadi 3 negara dan kemudian disatukan kembali di bawah Dinasti Jin. Tentunya, karena merupakan novel, maka ada beberapa bagian yang tidak sesuai dengan fakta sejarah misalnya Jenderal favorit saya, Zhao Yun tidaklah semuda dan setampan yang digambarkan di dalam San Guo Yan Yi.
Setahu saya, selain ada terjemahan Indonesia dari San Guo Yan Yi, juga ada Puncak-puncak Kisah Tiga Negara yang ditulis oleh Nio Joe Lan tahun 60-an, namun diterbitkan kembali oleh Gramedia baru2 ini. Buku2 tentang Samkok selain San Guo Zhi dan San Guo Yan Yi (dan terjemahannya) adalah buku yang cuma membahas cerita Samkok dan bukan merupakan cerita itu sendiri.
[unquoted]
Rekan-rekan sering bertanya2 di mana dapat di baca San Guo Zhi versi sejarah itu. Saya berani menyatakan bahwa belum ada terjemahan ke dalam bahasa Inggris dan bahasa lainnya sampai saat ini. Ini mungkin dikarenakan San Guo Zhi versi sejarah ini adalah buku sejarah, tidak ada gunanya diterjemahkan karakter per karakter ke dalam bahasa Inggris. Karena ianya sendiri bukanlah novel, biasanya orang2 akan malas membaca buku sejarah. Lagipula telah dijelaskan bahwa isi daripada buku tersebut adalah gaya bahasa klasik abad ke-3, sangat susah dimengerti. Biasanya pelajar di sini mendalami buku tersebut dengan buku yang dilengkapi dengan “terjemahan” gaya bahasa masa kini.
Yang telah diterjemahkan ke dalam berbagai bahasa adalah San Guo Yan Yi karangan Luo Guan-zhong. Ini sumber daripada segala terjemahan dan versi2 Samkok lainnya di dunia. Di Jepang, istilah untuk San Guo Yan Yi adalah San Guo Zhi, mengambil nama yang sama dengan buku sejarahnya. Versi Jepang yang terkenal adalah versi San Guo Zhi karangan Yoshikawa Eiji. Ia juga mengambil sumber dari San Guo Yan Yi-nya LGZ. Lalu VCD-VCD kartun dan komik terbitan Jepang mengambil sumber dari karangan Yoshikawa Eiji. VCD-VCD dan cerita produksi Jepang ini tentu ada biasnya. Versi ini sudah diterjemahkan kembali ke versi bahasa Mandarin, judulnya San Guo Ying Xiong Zhuan (Roman Pahlawan2 Samkok).
Sekarang, VCD Samkok yang saya rekomendasikan bila tak ada waktu membaca adalah serial VCD San Guo Yan Yi produksi China Central Television (CCTV) yang keseluruhan berjumlah 84 seri. Ini adalah cerita Samkok dalam VCD yang paling mendekati cerita dalam roman San Guo Yan Yi. Settingnya pun di tempat2 yang topografi medannya sesuai dengan ceritanya.
Untuk buku dalam bahasa Indonesia, nampaknya tidak banyak. Saya pertama mengenal cerita Samkok sejak SMP, waktu itu buku “Kisah Tiga Negara” dalam 6 atau 8 jilid kalau tidak salah baru diterbitkan oleh Pustaka Utama Grafiti. Ini terjemahan terbagus, mungkin juga satu2nya yang terbagus yang pernah saya lihat dalam bahasa Indonesia. Tentu saja sumbernya adalah San Guo Yan Yi-nya Luo Guan-zhong. Sekarang nampaknya tidak diterbitkan lagi. Kemudian untuk pembahasannya, ada pula buku “Puncak-puncak Kisah Tiga Negara” karya Nio Joe Lan yang mengambil kisah2 dramatis yang paling memukau daripada cerita Samkok karya Luo Guan-zhong. Sekarang ini, saya kurang up-to-date tentang buku Samkok versi bahasa Indonesia yang beredar di Indonesia.
Kemudian, ada seorang sastrawan bernama Zhou Da-huang menulis sebuah buku berjudul Fan San Guo Yan Yi yang artinya Contrary of Romance of the Three Kingdoms. Seperti judulnya, maka buku ini memang berisi alur cerita yang berlainan dengan San Guo Yan Yi sendiri. Dalam San Guo Yan Yi, tidak ada yang dapat menguasai Tiongkok dan pada akhirnya Tiongkok dipersatukan oleh Dinasti Jin, maka Zhou Da-huang menuliskan bahwa Tiongkok dikuasai oleh Liu Bei pada akhirnya. Buku ini terbit pertama kali pada tahun 1924. Tidak banyak yang tahu, namun merupakan satu macam rujukan dan bahan diskusi oleh penggemar Samkok sampai sekarang.
Masalah perbandingan roman dan sejarah cuma saya bahas bila kebetulan itu menarik untuk dibagi2 kepada rekan2 di sini. Untuk menikmati cerita Samkok yang memukau itu, saya tetap saja merasa agar lebih baik membaca buku ataupun VCD versi Luo Guan-zhong terlebih dahulu.
Kisah Tiga Negara ditulis dari sudut pandang negeri Shu. Makanya yang menjadi pahlawan dan protagonisnya adalah tokoh2 dari Shu, tokoh2 negeri Wei dan Wu terpaksa menjadi antagonis. Untuk dapat melambungkan tokoh2 negeri Shu, penulisnya, Luo Guanzhong yang memang termasuk orang Shu telah membuat beberapa kreasi, yang tidak sepenuhnya sesuai dengan fakta sejarah, bukan sekedar membumbui, bahkan melakukan distorsi dan pembelokan fakta.
Contoh yang paling nyata adalah, yang berperan dalam pembakaran kapal Cao Cao dalam peperangan di Tebing Merah sepenuhnya adalah Zhou Yu, tapi oleh penulis dikesankan jasa Zhuge Liang yang paling besar, tujuannya agar menambah cumpoint tokoy ini. dalam suatu peristiwa, yang memerintahkan membunuh bawahan( lupa namanya ) sebenarnya adalah Liu Bei, tapi dibelokkan menjadi Zhang Fei, untuk menjaga profil Liu Bei yang penuh kebajikan.
Satu lagi mengenai Guan Gong, alasan dia tidak mau bergabung dengan Cao Cao sebenarnya tidak murni karena menjaga kesetiaan terhadap saudara, tapi ada sebab lain, persoalannya menyangkut seorang wanita. karena seorang wanita yang sedang ditaksir( bekas selir seorang penguasa yang kalah) mendadak di ambil alih oleh Cao Cao. Cao Cao sendiri tidak menyadari kalau wanita ini diminati Guan.
Karena cara penulisan yang tendensius, pelukisan karakter beberapa tokoh menjadi kurang berhasil. Lu Xun pernah berkomentar: Liu Bei ingin ditampilkan menjadi tokoh yang bajik, malah terkesan Hipokrit. Zhuge Liang ingin dilukiskan sebagai tokoh cendekiawan yang sangat hebat ilmunya, malah terkesan seperti tukang sihir. Dan meskipun telah berusaha sekuat tenaga menonjolkan negeri Shu, penulis tak dapat menyembunyikan kenyataan, bahwa negeri Weilah yang lebih banyak memiliki sumber daya manusia, banyak tokoh2 (sipil maupun militer) yang kuat, tidak hanya menggantungkan pada segelintir orang saja. ini salah satu sebab mengapa merekalah ( setelah menjadi Jin ) yang akhirnya menang. Di akhir hayatnya, Zhuge Liang juga membuat blunder besar, dengan memepet seorang jenderalnya yang telah banyak berjasa untuk memberontak. Moga2 penjelasan singkat ini dapat mencerahkan.
Rinto Jiang , Zhou Fuyuan , Xuan Tong