Budaya-Tionghoa.Net| Kita selalu menghargai atau menilai sesuatu yang kelihatan secara fisik, misalnya rumah yang bagus, gelas yang indah, tas yang berwarna-warni, sehingga melupakan fungsi yang terpenting dari semua benda tersebut, yaitu bagian kosongnya, itulah yang mempunyai manfaat buat kita. Suatu kereta akan tidak dapat berfungsi sebagai kereta apabila tidak terdapat satu lubang kosong sebagai poros roda kereta tersebut. Demikian juga manusia yang ingin mengejar kesempurnaan spiritualnya, perlu menyisihkan waktu untuk merenungi keagungan Tao.
|
Kesibukan duniawi sering menyebabkan kita merasa selalu diuber-uber waktu. Acara yang padat, bangun pagi sudah teringat untuk janji main golf, rapat di kantor, janji makan siang, rapat di luar kantor, janji bertemu makan malam, dan janji main golf lagi di waktu malam. Kesibukan ini akhirnya menyebabkan kita makin jauh dari Tao, jauh dari sifat Kebuddhaan kita, jauh dari sifat Budiman yang merupakan pembawaan asal sewaktu terlahir
di dunia maya ini. “Tiga puluh jari-jari suatu roda kereta yang terpasang pada gandaran hanya bisa berputar tergantung dari satu lubang kosong sebagai porosnya. ” (Tao Tee Cing XI,1 ).
Untuk menerima suatu ajaran Kebenaran Sejati , maka kita harus senantiasa mengosongkan segala konsep, doktrin, dogma, teori yang melandasi pikiran kita. Cawan teh yang penuh tentu tidak dapat diisi lagi dengan air teh yang baru. Pikiran kita sering terkonsepsi oleh berbagai dogma yang menimbulkan berbagai penolakan terhadap konsep baru yang bertentangan dengan pikiran kita tersebut. Sehingga kita perlu menyisihkan ataupun mengosongkan konsep lama yang telah ditanamkan dalam pikiran kita agar bisa menampung yang baru.
” Benda keramik; misalnya gelas, cangkir, mangkok dan sebagainya dapat dipakai, karena adanya bagian yang kosong, sehingga kalau tidak ada bagian kosongnya, maka tidak ada gunanya, tak dapat dipakai sebagai tempat teh atau lainnya.” (Tao Tee Cing XI,2)
Jalan Kebenaran tidak memiliki pintu, dan terbuka ke semua arah, selayaknya suatu ruang kosong, yang dapat didatangi dan ditinggalkan dengan berbagai cara. Yang dibutuhkan hanyalah ‘kunci’ untuk membuka misteri ruang kosong tersebut. Penempatan ruang yang kosong dengan cara pengendalian pikiran seperti meditasi, sangatlah berguna untuk dapat memberikan tempat bernaung Tao dalam diri sejati kita. Selayaknya membuat pintu atau jendela, maka baru bisa terjadi apabila ada bidang yang kosong untuk fungsi pintu atau jendela
tersebut.
” Melubangi tembok untuk pintu atau jendela, barulah berguna untuk kamar.” (Tao Tee Cing XI,3).
Suasana kosong sangatlah dibutuhkan untuk keseimbangan hidup . Sehingga untuk melakukan meditasi dalam mencapai alam kekosongan [wu-chi’] , maka diperlukan kondisi kosong dari segala keinginan yang dapat menimbulkan keterikatan duniawi. Keinginan yang dilandasi suatu nafsu pemuasan badaniah, suatu keinginan untuk memiliki.
” Yang menimbulkan keserasian antara energi positif (Yang) dan energi negatif (Yin), adalah suasana kekosongan dari alam kosong (bu-khek/ wu-chi’).” (Tao Tee Cing Bab 42 , 3).
Alam kekosongan walaupun tidak terwujud secara kasat mata, namun sebagaimana pompa angin, tidak pernah habis dipakai. Kosong tetapi berisi, berisi tetapi kosong, itulah suasana dari alam kosong. Dengan kosong dari segala bentuk kekotoran batin, maka seorang Taois dipenuhi oleh energi murni [yuan chi’]. Energi murni ini terdapat dalam setiap manusia yang mana menjadi tercemar pada pada saat dilahirkan di dunia.
” Kebulatan yang penuh kelihatan kosong adanya, tetapi kegunaanya tidak ada habisnya.” (Tao Tee Cing Bab 45 , 2)
Keadaan meditasi dilukiskan oleh Lau Zi berada dalam kekosongan pikiran, sehingga diperoleh ketenteraman dalam diam. Dalam keadaan demikian, akan sampailah kita pada keadaan kesunyataan yang berarti membuka tabir alam semesta, hingga masuk ke dalam alam lainnya yang tidak dapat dilukiskan dengan perkataan duniawi.
” Mencapai kekosongan yang sempurna. Dalam keadaan diam dan tenteram, hingga sampai pada puncaknya. Sehingga segala gerakan dari berbagai benda di seluruh alam dunia ini dapat disaksikan, bagaimana tumbuh dan hidupnya segala pergerakan tersebut, begitupun kita akan menyaksikan kembalinya mereka pada asal mulanya.” (Tao Tee Cing XVI, 1 – 2 ).
Hengki Suryadi
Budaya-Tionghoa.Net | Mailing-List Budaya Tionghoa
Pihak yang ingin mempublikasi ulang tulisan dalam web ini diharapkan untuk menyertakan link aktif : www.budaya-tionghoa.net , NAMA PENULIS dan LINK aktif yang berada didalam tulisan atau membaca lebih jauh tentang syarat dan kondisi . Mempublikasi ulang tanpa menyertakan tautan internal didalamnya termasuk tautan luar , tautan dalam , catatan kaki , referensi , video , picture , sama dengan mengurangi konten dalam tulisan ini.