Budaya-Tionghoa.Net | Puisi alam tidak hanya digubah dalam bentuk Sanjak, juga dalam bentuk Syair. Bentuk Syair dimulai ada pada dinasti Tang, berkembang pada masa Lima dinasti, dan mencapai puncak perkembangannya pada dinasti Song. Karena mengacu pada melodi nyanyian, struktur syair sangat bervariasi, panjang pendek tak menentu, gayanya pun beraneka ragam. Tidak seperti dalam sanjak, jumlah kata dalam larik sebuah syair, umumnya tidaklah sama. karena umumnya syair memiliki bentuk yang lebih panjang dibanding sanjak, Pola pengungkapannya bertahap, cara bertuturnya lebih intens, sesuai untuk mencurahkan perasaan. Dibandingkan bahasa sanjak yang deskriptif, bahasa syair lebih sugestif. Pada awal perkembangannya, Syair alam umumnya pendek2, demikian juga dengan syair alam dinasti Song, obyek alam yang digarap juga obyek yang dekat, suasananya terasa intim. kehadiran subyek penyair sangat terasakan. kita bisa melihat dari beberapa contoh syair dinasti Tang dan Song di bawah ini. Selamat menikmati ZFy.
|
INGAT SELATAN SUNGAI
Bai Juyi ( 772-846 ; Tang )
Indahnya Selatan Sungai,
pemandangan yang pernah diakrabi :
Mentari terbit bunga sungai merah melebihi api,
musim semi tiba air sungai hijau laksana seruni.
Mungkinkah melupakan Selatan Sungai?
INGAT SELATAN SUNGAI
Wei Zhuang ( 836–910 ; Tang)
Seluruh manusia memuji Selatan Sungai,
pelancong lebih baik menua bersamanya.
Biru air musim semi melampaui angkasa,
tidur di perahu mendengar hujan berderai.
Yang di sisi gerabah laksana rembulan,
putih salju berkilau di sepasang lengan.
Sebelum menua janganlah engkau pulang,
bila pulang hati pun bersiaplah meradang
TELAGA BARAT
Ouyang Xiu ( 1007–1072 ; Song )
Indahnya Telaga Barat dengan sampan dan dayung,
air biru meliuk-liuk, rumput harum sepanjang tepi,
musik dan nyanyi sayup-sayup senantiasa mengikuti.
Angin tak berhembus air pun licin bagaikan cermin,
tak terasa perahu bergerak, pelan menggerakkan riak,
burung-burung terkejut terbang rendah menyisir tepi.
UNTUK SHUGU
Su Shi ( 1036-1101 ; Song )
Bukit telaga terindah yakinlah di tenggara,
sekali memandang ribuan kilo merambah.
Berapa kalikah anda sanggup datang menyapa?
cawan akan membuat mabok menghentikan langkah.
Di Kolam Sungai Pasir lentera baru saja bangkit,
siapakah yang melantunkan nyanyian perahu?
Larut malam angin hening ketika hendak pamit,
hanya ada purnama sesungai mengkilau kaca biru.
ODE UNTUK BUNGA MEI
Lu You ( 1125-1210 ; Song )
Di sisi jembatan patah di luar wisma,
kesepian berbunga tiada yang punya.
Kala petang menjelang muram sendirian,
masih juga dihantam angin dan hujan.
Tak mau bersaing berebut musim semi,
biarkanlah aneka bunga saling cemburu.
Telah gugur melumpur lebur menjadi debu,
hanya harum yang bertahan seperti dulu.
Lu You
MALAM DI JALANAN PASIR KUNING
Xin Qiji ( 1140-1207 ; Song )
Bulan purnama menghentak jalak di atas dahan,
angin sepoi jangkrik berderik di tengah malam.
Di antara harum bunga padi berbicara panen raya,
mendengarkan suara katak yang luas menggema.
Tujuh delapan titik bintang di atas langit,
dua tiga rintikan hujan di seberang bukit.
Kedai bambu di pinggiran hutan vihara yang lama,
seketika muncul selewat tikungan jalan titian kanal.
Budaya-Tionghoa.Net | Mailing List Budaya Tionghua