大 道 废, 有 仁 义;
智 慧 出, 有 大 伪;
六 亲 不 和, 有 孝 慈;
国 家 昏 乱, 有 忠 臣
Maha Dao lapuk, ada bijak adil
cerdik bijak timbul, ada munafik besar.
Enam sanak tidak akur, ada bhakti kasih
Tanah air kacau balau, ada abdi setia.
Itu kira-kira arti kasar dari ke dua puluh enam huruf di atas. Sedapat mungkin saya tidak tambahkan awalan/akhiran tetapi coba pakai kata dasarnya saja untuk menunjukkan kesederhanaan bentuk aslinya. Saya tidak ingat lagi baca di mana, tapi hampir semua text yang saya baca mengatakan bahwa urutan Hui zhi yang anda pakai itu salah cetak. Yang benar adalah zhi hui. Saya pakai kata lapuk. Sebenarnya bobrok, campak, busuk, dan beberapa arti lain pun bisa dipakai untuk kata fei.
|
Kalau dibaris pertama dia mengatakan da dao fei, di baris kedua diimbangi dengan zhi hui chu. Fei dan Chu menunjukkan kontras. Yang satu sudah bobrok, lapuk, sudah dicampakkan, yang satu baru keluar, timbul atau muncul. Nah yang bertentangan itu apa? Da Dao yang sudah lapuk, dicampakkan, diabaikan, dipertentangkan atau dikontraskan dengan zhi hui yang malah merajalela. Cuma dua kata, tapi keindahan dalam kesederhanaan Fei dan Chu langsung hilang tertelan bunga-bungaan bahasa terjemahan agar membentuk kalimat sesuai tata bahasa terjemahannya.
Zhihui bukan sekedar kecerdikan yang dalam teks Inggris banyak diterjemahkan sebagai ‘clever’. Zhi hui ini bukan cuma untuk pintar saja, tetapi ada unsur cerdik, banyak akal dan dalam konteks ini zhi hui mempunyai arti lebih luas karena intinya berkaitan dengan berbagai aturan tata-krama, sampai pengaturan kekuasaan. Ada yang memakai istilah zhi4 qiao3. Persis dengan pedagang yang cerdik banyak akal bisa menggaruk keuntungan. Tata-krama, seni suara, keseimbangan kekuasaan dan peraturan hukum yang masuk dalam budaya manusia semua tercakup dalam zhi hui atau kecerdikan hasil otak manusia.
Lha koq terus timbul kemunafikan besar?
Sebenarnya bab ini adalah kelanjutan Bab 17 dan di bab ini Laozi malah menyesalkan bahwa orang pada meninggalkan Dao dimana semua berjalan secara alamiah dan murni. Begitu Dao ditinggalkan, keluar ren-yi. Bukannya menuruti Dao yang alamiah, maka muncullah berbagai akal bulus manusia mengatur ini itu yang munafik. Berisi kepalsuan.
Dua pasangan tujuh huruf berikutnya juga masih menampilkan pokok yang sama. Enam sanak maksudnya ayah anak, kakak laki, adik laki, suami, istri. Kalau semua akur saja, tidak akan pernah ada urusan apakah anaknya berbakti kepada orang tua tidak.
Kalimat berikutnya, dua huruf Guo Jia masing-masing berarti negara dan rumah. Gabungan keduanya artinya negara. Nah supaya tetap mempertahankan jumlah kata, saya ganti jadi tanah air. Kembali lagi pasangan kalimat ini mempertunjukkan kontras dan kesejalanannya. Dari keluarga dia pindah ke urusan negara. Kalau negaranya aman tentram seperti zaman keemasan dulu waktu semua mengikuti Dao dan berjalan secara alamiah, mana perlu persoalkan urusan abdi atau pejabat setia?
Ringkasnya:
Setelah Maha Dao itu lapuk atau dicampakkan baru ada urusan kebijakan dan keadilan. Setelah muncul kecerdikan manusia menata dunia, barulah muncul berbagai kemunafikan besar. Setelah kehilangan keharmonisan dalam rumah, baru muncul urusan kasih dan bhakti. Setelah negara porak poranda baru muncul persoalan pejabat setia atau tidak.
Kalau dizaman keemasan dahulu kala semua mengikuti Dao tentu tidak ada masalah ini. Jadi sebenarnya ini sisi pesimis dari kaca mata Daoism, dimana sesuatu yang baik malah dianggap penyebab timbulnya ketidakbaikan. Ada unsur anti kemajuan di sini. Yang baik tidak selalu berarti baik dalam kacamata Dao. Misalnya, takut perhiasan-
perhiasan anda dicuri, bungkus lalu simpanlah baik-baik dalam kotak. Hehehe, anda malah sudah membantu sang pencuri. Niatnya mau melindungi, ternyata malah anda sudah menolong pencuri karena sudah disimpan dalam satu kotak dan dia tak perlu cari kemana-mana.
Paling tidak itu menurut pemahaman saya yang cupat. Sayang waktu tidak mengizinkan makanya sudah hampir setahun saya tidak pernah teruskan terjemahan yang sudah saya kerjakan sepotong-sepotong. Mestinya memahami dulu seluruh isi buku jadi bisa melihat keterkaitan berbagai bab, sayang untuk pelajari satu persatu bab per bab butuh waktu yang lama. Mungkin kalau sudah banyak waktu luang kalau sudah
pensiun, baru bisa saya sambung lagi.
Versi Terjemahan Lain
DAO akbar terpuruk, digemakan kebajikan keadilan.
akal budi muncul, timbullah maha kepalsuan.
Sanak saudara tak akur, diperlukan bakti cinta.
rumah negeri kacau kalut, hadirlah menteri setia.
(Zhou Fuyuan )
Saya khawatir terjemahan Zhou-xiong ini contoh yang paling bagus tentang apa yang mau digambarkan oleh Laozi disini, khususnya baris kedua dalam bab ini. Dalam bentuk asli, kita lihat ada perulangan kata ‘you3’ sebanyak 4 kali. Sudah kemana keempat kata itu setelah diterjemahkan? Dao mengikuti alam, tidak mengada-ada. Orang sini bilang a rose is a rose is a rose. Adakah kesederhanaan kata-kata itu sendiri bukan suatu keindahan sehingga perlu kita pupuri dengan ‘kemampuan bahasa kita’ atau ‘zhi hui’ atau ‘zhi qiao’ kita? Bukankah itu yang dikatakan oleh baris kedua lewat 6 bunyi sederhana, zhi4 hui4 chu1, you3 da4 wei4?
Aris Tanone & Zhou Fuyuan
Budaya-Tionghoa.Net| Mailing-List Budaya Tionghoa 13121