Budaya-Tionghoa.Net | Dalam sejarah Tiongkok biasanya raja dan pembantunya baik yang “Wen” (boen) administratif dan Wu (Boe) tentara adalah Confucianist. Disini saya akan menulis tentang satu negarawan, strateg dan insinyur yang besar, seorang taoist: Zhuge Liang. Zhuge Liang, juga disebut Zhuge Kong-Ming dianggap dalam sejarah Tiongkok sebagai negarawan dan strategist yang besar.
|
Beliau hidup dalam masa dimana Tiongkok dalam keadaan peperangan yang beken dengan nama “Tiga Kerajaan” atau San Guo Yan Yi atau di negara-negara Barat terkenal dengan nama The Romance of The Three Kingdoms. Buku ini menurut beberapa ahli klasik Tiongkok dipakai sebagai referensi dalam sekolah-sekolah militer Di Eropa dan USA. Zhuge Liang adalah Perdana menteri dari kerajaan Shu-Han dan rajanya ialah Liu Bei kemudian diteruskan oleh anaknya. Liu Bei adalah beberapa generasi keturunan raja dari dinasti Han. Karena kepandaiannya yang segani dan ditakuti oleh musuh-musuhnya maka beliau dijuluki juga sebagai “The Crouching Dragon, The Sleeping Dragon atau The Hidden dragon.” Karena strategi dari Zhuge Liang yang tepat, maka Liu Bei dapat mendirikan salah satu dari tiga kerajaan dan mempertahankan, padahal beliau sebelumnya tidak mempunyai kekuasaan yang menentukan perkembangan sejarah Tiongkok.
Menurut cerita Zhuge Liang adalah turunan dari beberapa generasi pemimpin negara di Tiongkok, dan beliau sedari kecil orangtuaya meninggal dunia dan terpaksa melarikan diri sewaktu Cao-Cao seorang warlord dari kerajaan Wei, yang kuat membunuh kira-kira rakyat sebanyak 400 000 orang. Sebetulnya Cao Cao adalah perdana menteri dan raja Tiongkok dibungkam olehnya dan semua urusan negara Cao Caolah yang menentukan.
Liu Bei diberi nasehat oleh seorang strategist taois, untuk meminta Zhuge Liang membantu sebagai strategist militer karena beliau sendiri tidak bisa membantu berhubung ibunya tinggal didaerah dimana Cao Cao berkuasa. Cerita ini beken dengan kunjungan dari tiga saudara Liu Bei, Guan Gong dan Zhang Fei [bukan saudara kandung, tetapi saudara sumpah] ke rumah gubuknya di Long Zhong, sampai tiga kali untuk turun gunung membantu Liu Bei.
Didesa ini Zhuge Liang mengerjakan tanahnya untuk penghidupan, namun Beliau sering berdiskusi dengan teman-temanya ahli ketata-negaraan. Dua kali kunjungan tidak dapat bertemu dengan Zhuge Liang, meskipun jalanan yang sukar ditempuh dan hawa udara yang dingin. Dua kali kunjungan mereka haya ditemui oleh adiknya Kong Ming, adiknya mengatakan bahwa kakaknya sedang berpergian dan tidak tahu kapan datangnya. Meskipun kedua saudaranya terutama Zhang Fei akan marah yang menganggap Zhuge Liang orang yang sombong, tetapi dianjurkan oleh Liu Bei agar adik-adiknya pakai Li, sopan santun. Kunjungan ketiga kali baru ketemui dengan maestro yang dicari, mereka berdiskusi lama, dan Kong-Ming tertarik dengan budi pekerti Liu Bei dan bersedia meninggalkan rumahnya dan membantu usaha Liu Bei.
Itu waktu Zhuge Liang baru berumur 26 dan Liu Bei 47 tahun. Bersama-sama mreka mendirikan “The Shu Han kingdom” didaerah yang sekarang dikenal sebagai provinsi Sichuan, daerah yang kaya dengan bahan makanan. Dinasti Shu dapat dipertahankan bahkan diperluas, meskipun daerah musuh utamanya, yang dikuasai oleh warlord Cao Cao (yang kemudian mendirikan kerajaan Wei), beberapa kali lebih besar dan lebih banyak penduduknya. Dinasti Shu dibawah raja Liu Bei berumur [161 – 230 M] , dan anaknya Liu Chan [207-271M].
Kedua adiknya Liu Bei kemudian memandang Zhuge Liang sebagai strategist dan pemimpin yang kapabel dan bijaksana, mereka tunduk pada perintah Kong-Ming. Sebagai pemimpin Zhuge Liang memegang keadilan, memegang erat-erat disiplin dan memberikan reward pada mereka yang berjasa dan menghukum mereka yang bersalah. Karena kebijakan memerintah berkembanglah pertanian dan industri tangan dan sekaligus memperkuat kerajaan yang beliau pimpin.
Disamping itu Zhuge Kong Ming bisa menempatkan orang pada fungsinya dan mempunyai kepercayaan relasi yang baik dengan orang-orang disekitarnya. Hubungan beliau dengan orang-orang disekitarnya dapat di umpamakan sebagai: Pada waktu musim semi dan panas tanaman-tanaman tidak akan menambah bunga-bunganya dan diwaktu musim rontok dan dingin pohon-pohon tidak akan berjatuhan daun-daunnya. Tetap tidak akan berobah pada empat musim, atau relasi Beliau dengan orang-orang disekitarnya tidak akan berobah pada waktu menguntungkan dan waktu bahaya. Kong Ming setia dan mengabdi baik-baik pada Liu Bei dan teman-teman disekitarnya.
Karena kapabilitas dan berbagai kemajuan kerajaan yang dipimpin oleh Kong Ming menyebabkan beliau dianggap sebagai pemimpin yang bijak dan berintelejensia oleh kaum intelek Tionghoa didalam dan di luar negeri sampai hingga kini pada jaman informatika. Aku ingat bahwa sewaktu aku masih tinggal di Shanghai orang-orang Tionghoa mengatakan bahwa perdana menteri Zhou En-Lai adalah Zhuge Liang pada abad keduapuluh.
Dibawah ini saya coba ceritakan suatu kejadian yang mnunjukkan bagaimana hidupnya Kong Ming memakai strategi dalam peperangan. Pada musim panas, dan masa permulaan kekuasaan Liu Bei yang masih kecil, kota dimana Liu Bei tinggal akan diserbu oleh tentara Wei dengan strateg besar musuh utama Kong Ming yaitu Sima Yi. Kalau jadi pertempuran tentunya Kong Ming pasti kalah, maka beliau mengunakan taktik dan menganjurkan Liu Bei dengan rakyatnya keluar, lalu ke kota yang lebih aman yang telah ditunjuk oleh Kong Ming.
Liu Bei sebetulnya tidak mau karena beliau berpendapat Kong Ming pasti menjadi korban di pertempuran ini. Kong Ming hanya menjawab:” saya hanya perlu dua boca dan tiga tentara yang bisu, selainninya dapat pergi bersama-sama paduka raja. Tenangkanlah hati anda.” Sesudah berdiskusi Kong Ming tetap pada prinsipnya dan dengan terpaksa dan menangis Liu Bei keluar kota. Zhyge Liang hanya bicara yang perlu dibicarakan selainnya itu Beliau tidak mau bicara.
Tentara Wei yang besar dibawah pimpinan Sima Yi sampai di pinggiran kota dan beliau menyuruh seorang kepercayaannya sebagai mata-mata menyelidiki kota yang akan diserbu. Mata-mata ini heran dan tidak gapat mengerti apa uang dilihatnya; pintu kota dibuka lebar-lebar, kelihatan beberapa orang sedang menyapu jalanan. Dan di rumah tingkat dua kelihatan Zhuge Liang sedang bermain Qing dengan tenang dan dua boca sedang mengipasi Beliau.
Mata-mata itu bertanya pada penjaga pintu kota:”berapa jumblah tentara yang ada didalam kota.?” Penjaga pintu itu bisu, hanya menunjukkan tiga jarinya diangkat keatas. Mata-mata itu lalu tanya:” tiga ribu.” Dijawab lagi dengan tiga jarinya. Ditanya lagi:”tiga puluh ribu?”dijawab seperti yang terdahulu. Mata-mata ini kembali melaporkan pada Sema Yi. Sema Yi menjadi binggung dan dilihatnya dari jauh-jauh, memang betul demikian. Yang penting pula Kong Ming dengan tenang bermain Qing tanpa ada kesalahan dalam memukul snar Qing. Dua boca juga tenang tenang mengipasi si strateg yang kenamaan ini, suasanya menunjukkan keamanan dan ketenangan. Sema Yi berpikir, Kong Ming ini banyak akalnya pasti Beliau mempunyai strategi yang berbahaya bagi kita, apalagi kalau kita serbu. Maka dia memutuskan untuk mundur tidak berperang.
Kemudian ada orang yang tanya pada Zhuge Liang:” Jendral Zhuge, saya menanyakan pada diri saya, bagaimana anda seorang strateg yang besar kohk berani dengan rencana yang sangat bahaya ini dan mengapa Sima Yi mundur?” Zhuge Liang dengan senyum menjawab:”taktik ini tidak boleh dipakai untuk jendral yang lain, ini karena saya tahu sifat dari jendral Sema Yi bahwa beliau menganggap saya terlalu banyak akalnya maka beliau ragu-ragu. Dan kalau ragu-ragu lebih baik jangan menyerang, mungurangi korban banyak tentara.” Ini yang dikatakan kenali musuhmu dan kenali dirimu, anda dapat berperang dan menang (Sun Zi, strateg yang besar, bukan filosof Xun Zi).” Apa yang perlu dibicarakan boleh dikatakan, tetapi yang mengandung resiko tidak boleh dikatakan, meskipun pada rajapun.
Strategi dan taktik Zhuge Liang dalam memimpin peperangan ialah:
- Sebelum peperangan beliau selalu mempelajari lapangan dimana peperangan akan dilakukan, keadaan fisik lapangan, hawa udara etc. dan dicari timing yang menguntungkan.
- Mengerti kedaan jalan untuk menentukan daerah gerakan maju kalau menang perang dan mundur kalau kalah.
- Merencanakan persedian yang diperlukan untuk hidup dan semagat tentara.
- Mempelajari personaliti, sifat-sifat pemimpin musuhnya dan kekuatan tentaranya
- Waktu memimpin peperangan Beliau selalu naik kereta, berjuba Taois dan memegang kipas besar, putih yang dibuat dari buluh.
- Beliau sambil melihat peperangan sambil menjerit-jerit untuk memberi pimpinan taktis gerakan tentaranya.
Dr. Han Hwie-Song
Breda, 8 Desember 2005 The Netherlands
Budaya-Tionghoa.Net | Mailing-List Budaya Tionghoa
REFERENSI :
1. Sanguo Yanyi
2. M.E. Hom, “Zhuge Liang (Kong Ming) The Original “Hidden Dragon”
CATATAN ADMIN :
San Guo Yan Yi adalah roman sejarah yang sering disalah-artikan oleh banyak orang sebagai fakta sejarah. Membaca sebuah roman harus memandangnya juga sebagai roman walaupun diangkat dari latar belakang sejarah. Roman San Guo Yan Yi pada gilirannya memperkaya kebudayaan Tionghua sebagai satu dari Empat Klasik dalam literature Tionghua. Begitu juga dengan tulisan ini , mengupas figur Zhuge Liang dari sudut pandang literature sastra, bukan secara historis.