Budaya-Tionghoa.Net| Pada suatu waktu , hiduplah seekor katak di sumur yang dangkal . Suatu hari , seekor kura-kura yang datang berkelana dari Laut Timur sampai disana dan melihat sang katak.
Sang katak dengan bangga berkata kepada tamunya , ” Saya begitu bahagia . Ketika saya pergi , saya melompat pagar sumur. Ketika saya kembali ke rumah , saya beristirahat di lubang pada tembok sumur yang retak. Ketika saya melompat . Ketika saya berjalan di lumpur , terlindungi oleh kaki saya. Saya melihat sekeliling , cacing , kepiting , jentik dan tidak ada yang sebanding dengan saya. Saya adalah penguasa dua dunia , air dan darat . Kebahagian saya luar biasa , tuan kura-kura kenapa anda tidak turun dan mampir kerumah saya yang menakjubkan ini.
|
Sang kura-kura mencoba untuk memaksakan diri turun ke bawah sumur. Tetapi sebelum itu lutut kanannya cidera , dan hendak mengurungkan niatnya. Menyadari betapa kecilnya sumur ini , sang kura-kura mulai menjelaskan Laut Timur kepada si kodok.
“Ukuran dari Laut Timur diluar imajinasi terliar anda. Bahkan sebuah jarak ribuan mil tidak bisa memberikan anda betapa luasnya lautan. Bahkan gambaran ribuan kaki tidak bisa mempermudah anda membayangkan dalamnya lautan.” kata sang kura-kura.
Di masa Great Yu atau Da Yu , pendiri Dinasti Xia yang juga merupakan pahlawan yang berhasil mengendalikan banjir ke arah lautan , tetapi permukaan laut tidak juga menaik. Laut tidak berubah seiring waktu , dan permukaannya tidak berubah seiring curah hujan yang kecil dan besar . Hidup di Laut Timur adalah kebahagiaan terbesar.
Mendengarkan penjelasan kura-kura , sang katak terkejut dan menyadari betapa tidak penting dirinya dan perasaannya seperti tercebur ke air comberan.
Komentar :
Kisah fabel ini bermakna tentang satu banalisme berbanding luasnya dunia. Keterbatasan pengetahuan justru sering menyebabkan orang tidak mengetahui posisinya dan malah menjadi arogan. Sementara orang yang memiliki banyak pengetahuan malah bersikap merendah.
Budaya-Tionghoa.Net | Mailing-List Budaya Tionghoa