19. Peninjauan ke Timur Laut
Tuanrumah kami mengatur kami buat mengadakan peninjauan selama liburan musimpanas. Biasanya antara tanggal 20-an Juli sampai dengan tanggal 20-an Agustus,- selama satu bulan. Semua kami terima secara gratis – tak satu senpun kami membayar – dibayar penuh oleh tuanrumah. Perjalanan kereta-api – kapal-laut – hotel dan kehidupan sehari-hari. Karena setiap tahun diadakan peninjauan – maka lebih setengah dari wilayah Tiongkok ini sudah kami jalani. Dengan sendirinya kami “terpaksa” tahu juga berbagai wilayah Tiongkok – dari Selatan sampai Utara – Barat sampai Timur. Sudah tentu apa yang kami ketahui belum dapat dikatakan sempurna. Baru pengetahuan dasar dan sekilas saja. Dan lagi semua orang juga tahu, bahwa Tiongkok itu sangat tertutup. Sangat sulit buat mengetahui apa saja yang kita mau tahu. Harus ada kerja-kerasnya – harus ada usaha yang ekstra – tidak begitu saja bisa mengetahui sebagaimana negara lain – misalnya negara-negara Eropa apalagi Amerika.
Suatu kali – suatu tahun liburan musimpanas – kami diajak megadakan peninjauan ke Timur Laut. Daerah ini jauh melesat di utara = lebih utara dari Korea Utara. Nama provinsi-nya yalah Liaoning. Dan ibukoanya yalah
Shenyang. Dulu ketika zaman penjajahan Jepang – provinsi Liaoning dan ibukotanya Shenyang disebut juga sebagai Manchuria. Pabila musimdingin provinsi yang bersebelahan dengan provinsi Heilungchiang ini – daerah yang sangat dingin. Rata-rata dibawah nol 25 derajat C. Ada daerah yang 30 dC di bawah nol. Karena daerah ini jauh di utara – dan rata-rata orang utara ini adalah sangat tahan dingin dan makanannyapun serba disesuaikan dengan cuaca dan kebiasaan orang-orang di daearah dingin. Maka kami yang sering dan selalu mengedari wilayah Tiongkok ini berpendapat yang mungkin orang lain tidak setuju dan tidak suka akan pendapat kami ini. Apa pendapat yang begitu itu? Kami berpendapat orang-orang utara tidak pandai masak-masak – tidak pandai merasai makanan yang enak-enak – tidak pandai makan! Mungkin pendapat ini bisa diubah menjadi – kita saja yang tidak sesuai dengan cara makan dan masakannya – selera kita lain dengan mereka.
Baru kali ini saya menemui, ketika makan pagi, kami disuguhi telor-mata-sapi yang di atasnya diberi madu – sehingga telor-mata-sapi yang sebetulnya akan sangat enak itu – malah kami merasa “nek” dan tak bersemangat makannya. Dalam hati kami – sayang sekali telor-mata-sapi yang begitu memancing selera, tahu-tahu lha kok pakai madu segala sih! Lalu ketika masih di sana – kami juga baru tahu dan baru merasakan bahwa daging kambing tetapi masakannya digoreng seperti goreng-ayam. Rasanya agak aneh. Sebab di kampung kita – pabila kambing selalu digulai atau disate – persatean – atau dipanggang – panggang kambing guling. Tetapi kali ini kami makan kambing-goreng. Ya, enak juga – tetapi karena belum biasa barangkali. Bagi orang-orang utara sepert di wilayah Timur Laut ini – dua provinsi yang saya sebutkan di atas – makanan utama adalah tepung-terigu – mandou – roti kukus – bakpau berjenis bakpao. Ada juga nasi – tetapi bukan yang utama. Termasuk berjenis mi adalah makanan utama mereka.
Daerah dingin di provinsii Timur Laut ini. Ketika huru-hara di daerah perbatasan dengan Uni Sovyet ini, tercetus pertempuran hebat antara dua pasukan Sovyet Uni dengan TPRT = Tentara Pembebasan Rakyat Tiongkok, mereka bertempur di tengah sungai Usuri. Banyak tank melintas di atas sungai Usuri itu – sebab sungai itu masih beku tebal – padahal sudah bulan April! Ketika daerah lain yang agak selatan sudah pada bermekaran berbagai bunga-bunga dan dedaunan tumbuh-tumbuhan. Di pihak lain – perindustrian sedang dan berat – sangat maju di daerah ini. Pabrik baja yang terbesar ada di daearah ini. Studio film termasuk terbesar ada di daerah ini : kota Changchun, dan kota Chilin ( Kirin ). Banyak juga kota pelabuhannya yang menghadap ke Jepang dan Korea. Pengaruh bahasa Jepang – sampai kini masih ada sisa-siasanya – dan banyak orang-orang tua yang masih bisa berbahasa Jepang.
Ada kejadian lucu antara kami – para tamu dan tuanrumah kami. Ketika kami makan-siang di hotel, kami melihat ada beberapa kepala ikan! Kepala ikan-tenggiri – besar dan menggiurkan. Kami para lelaki – laki-laki yang jago makan – yang rakus – segera saja mengambil kepala-ikan-tenggiri itu. Dalam sekejap tumpukan kepala-ikan-tenggiri itu habis kikis – cintaku terbang ( kata syair Amir Hamzah )….Dan bagi kaum wanita kami, tidak
apa-apa sebab mereka tidak ada yang suka akan kepala-ikan-tenggiri – mana sih ada dagingnya! Rupanya diam-diam petugas dapur yang bertugas meladeni dan mengawasi kami, memperhatikan tingkah-polah para melayu ini. Ada yang disimpan di hatinya.
Keesokan harinya – ketika makan-siang lagi – nah baru nyaho’…..Piring besar di tiga meja besar itu – semua yang sajian ikan – adalah semua kepala-ikan-tenggiri. Tak ada badan lainnya – semua kepala ikan goreng tenggiri. Melihat semua ini, kaum wanita kami protes kepada kami – barangkali juga turut terkena sentil petugas dapur tuanrumah. Kok sekali ini hanya semat-mata kepala ikan-tenggiri doang – nggak ada badan lainnya. Emangnya semia kami ini hanya pemakan kepala-ikan-tenggri itu saja. Kami sepenuhnya mengerti kekesalan kaum wanita kami – dan pada biasanya sesudah terjadi sesuatu barulah datang penyesalan dan datang kesadaran.
Selama di Timur Laut, kami mengadakan peninjauan ke beberapa pabrik – industri sedang dan berat dan studio perfileman Tiogkok yang besar. Juga peninjayan ke tanah pertanian khas wilayah utara. Sejak dulu sampai kini –
saya ini adalah seorang yang sangat ortodox – terbelakang dan kuno! Saya tidak suka mengadakan perjalanan yang wilayahnya di utara. Kenapa? Mereka itu tidak bisa makan dan tidak bisa masak. Karena itu saya jauh lebih suka ke daerah dan wilayah orang-orang pemakan nasi! Saya pilih ke Thailand atau Tiongkok daripada mengadakan peinjauana ke Norwegia – Tanah Siberia – ataupun Skandinavia. Sorry – semoga nggak banyak yang marah.
Peninjaun bagian wilayah Tiongkok Selatan – pada pokoknya sudah kami jalani. Kecuali ke daerah Pulau Hainan – direncanakan pada tahun-tahun berikutnya.Sayangnya ketika diadakan peninjauan ke sana, kami sudah pindah
ke Paris. Daerah Tiongkok bagian manapun, saya merasakan ada kebebasan saya buat merasa aman-damai dan tak pernah takut diikuti dan dikuntit oleh intel yang bertahun-tahun saya alami justru di tanahair dan kampunghalaman saya sendiri. Semoga dan memang sejak tahun lengsernya “beliau” itu, saya merasa ada kebebasan dan tidak di-seperti-dulu-kan,-