25. Sama Sama Kerja dan Kerja Sama
Ada yang saya rasakan ketika saya berkiprah kerja di Radio ini. Kami sangat merasakan tidak hanya sama-sama kerja – kerja biasa – tetapi lebih terasa adanya kerja-sama – bagaikan satu tim yang kompak – bagaikan rantai yang saling-hubungan – kait-mengait yang erat – dan serasi. Semangat kerja saya baru kali inilah saya rasakan adanya suasana yang akrab antara dua bangsa – dua negeri. Pagi-pagi sekali saya sudah masuk kerja. Antara asrama kami dengan kantor Radio hanyalah beberapa langkah – dekat sekali. Saya membersihkan ruangan – menyapu dan mengelap meja dan bersih-bersih. Memang ada teman yang bertugas buat semua itu, tetapi saya tahu bahwa Lao Tien cukup banyak pekerjaan di rumahnya – menyiapkan buat dua anaknya berangkat sekolah. Istrinya belum pulang, sebab giliran kerja-malam, baru sesudah jam 08.00 tiba di rumah. Tadinya Lao Tien sangat segan dan merasa tidak enak kepada saya. Tetapi saya meyakinkan dia, bahwa kerja begini ini sudah sangat biasa bagi saya. Bukan hanya kepada dia saja. Pada akhirnya dia mengerti. Apalagi saya pernah dengan Wati datang ke rumahnya yang tak begitu jauh dari asrama kami.
Ada yang saya rencanakan buat saya kerjakan dalam waktu yang dekat ini. Saya dengan Wati merencanakan buat datang ke rumah setiap orang teman-teman sekantor kami. Beranjangsono – mengenal dari dekat kehidupan mereka. Sebagian besar teman-teman kami sekantor ini adalah tadinya orang Tiongkok perantauan – Hoakiaw. Beberapa orang dari mereka adalah orang-orang Tiongkok asli – totok yang berasal dari berbagai daerah. Dari Guangdong – dari Xian – dari utara – Heilungciang ( Manchuria dulu ). Mereka pada umumnya sudah menamatkan sekolahnya di universitas atau akademi bahasa asing setempat. Ada yang dari universitas di Beijing sendiri dan ada yang dari Akademi Bahasa Asing di Kanton ( Guangdong ). Jadi mereka sudah tingkatan sarjana. Tentu saja ucapan bahasanya – irama ucapan bahasanya tidak sebagus teman-teman Hoakiaw yang dari Indonesia. Tetapi mereka sangat berusaha keras buat belajar dan benar-benar menguasai bahasa Indonesia dengan baik. Buat itu semua – saya diminta memberikan penataran – ada latihan dan kursus bulanan tentang bahasa Indonesia. Dan mereka sangat antusias mengikutinya dan sangat aktive.
Saya membicarakan satu perkara pendekatan yang lebih baik lagi antara teman-teman kami ini. Saya ajukan usul kepada Wati. Disamping kami sudah “menunaikan” buat mendatangi – anjangsono – ke setiap rumah mereka, – bagaimana kalau kita juga mengundang mereka buat makan di rumah kita. Dan Wati menyambut usul itu – dan dengan gembira akan mengundang mereka
makan-siang atau makan-malam di rumah kami. Saya menyadari benar – kalau semua ini mau dilaksanakan – artinya Wati akan cukup banyak kerja-rumah – kerja-dapur. Karena itu saya benar-benar harus banyak membantunya buat kerja-dapur – dan buat keperluan pertemuan dan perjamuan itu. Bukan main kami senang dan menyambut hangat, ada beberapa orang ibu-ibu teman sekantor
kami mau membantu dan datang ke rumah kami buat persiapan perjamuan itu. Semua ibu-ibu ini adalah penyiar dengan masing-masing ruangannya. Dan ada juga dari bagian tehnik – operatornya. Mereka semua tenaga berpengalaman.
Setelah kami hitung-hitung, yang harus kami undang semua teman sekantor kami – ada sejumlah 29 orang. Tetapi yang pasti bisa datang tidak akan sebanyak itu – sebab sebagian ada yang bertugas dan kantor kami – kantor Radio – tidak boleh kosong tak seorangpun di sana. Kantor Radio yang langsung siaran – harus selalu ada teman-teman bertugas di sana. Kami selalu berkonsultasi
dengan beberapa teman – termasuk atasan kami – bos kami sekantor – senior kami. Pada hari perjamuan itu – kami bersama ada 25 orang – termasuk keluarga yang tidak sekantor dengan kami – tetapi kami merasakan bahwa mereka juga adalah bagian dari kami. Hari itu kami sangat bergembira. Banyak hal-hal dan cerita serta kisah lama – sejak dari Indonesia – sejak dari Solo – Sragen – Palembang dan Medan. Teman-teman orang Tiongkok totoknya dengan aktive turut bercerita dan banyak bertanya ini itu. Jauih sebelum ini saya sudah menganjurkan agar mereka jangan malu-malu dan jangan segan-segan buat bertanya banyak hal. Dan juga turut aktive dalam pembicaraan. Bagi semua teman yang bekerja di siaran Radio – percakapan lisan sangatlah diuntut keras agar selalu meningkatkan mutu bicara – mutu bahasa.
Hari itu semua teman – semua kami merasa puas dan bersenang-hati. Lebih mendekatkan rasa sama-sama kerja dan kerja-sama yang sebaik-baiknya. Tetapi sebaliknya dari itu, saya ada kekuatiran dalam hati. Betapa lelah-letihnya Wati dengan kesehatannya yang begitu tidak baik, tetapi sudah bekerja berat buat semua itu. Tetapi semangat menyambut tamu dan teman-teman sekantor kami sangat tinggi. Kegembiraannya karena banyak tamu – teman-teman sekerja, dia dapat melupakan keletihan dan kelelahannya. Hari itu banyak juga teman-teman sekantor yang pulang terlambat karena membantu pekerjaan rumah dan pekerjaan dapur kami. Mereka kami rasakan bagaikan keluarga sendiri. Dan dari pihak mereka-pun saling terasa berdekatan hati – berdekatan kehidupan. Apalagi mereka sangat memahami tentang keluarga kami yang menjadi sasaran – tudingan – tangkapan – dan siksaan dari pemerintah RI sekarang itu. Mereka tahu bahwa kami adalah keluarga yang cukup banyak kehilangan – antaranya dibunuh dan diteror – dan di penjara – menjadi orang buangan di Pulau Buru,-