35. Awan Gelap
Beberapa hari itu saya sangat merasakan bahwa pandangan banyak mata teman-teman saya di kantor – teman-teman sekerja saya – agak lain dari biasanya. Saya rasakan ada hal-hal yang ganjil – tidak seperti biasa.
Tampaknya ada beban – dan beban itu saya tidak tahu apa dan bagaimana. Tetapi yang saya rasakan semua teman tidak lagi ramah seperti biasanya kepada saya. Lama juga saya pikirkan masalah ini – ada apa gerangan? Apa salah saya? Apa dosa saya? Tidak bisa lalu saya biarkan begitu saja – akh masa’bodo-lah – misalnya begitu. Tetap saja menjadi pertanyaan yang tak bisa dijawab – apa sebabnya. Perkara ini makan-syaraf juga – sebab ada yang dipikirkan tetapi tidak tahu apa masalahnya.
Dan sukurlah – pada akhirnya ada yang membuka sedikit – kira-kira apa yang akan datang – dan apa yang akan menimpa diri saya ini. Kecelakaan apa lagi yang harus saya jalani dan tempuh? Kepala bagian saya mengabarkan kepada saya, bahwa pada tanggal 3 Agustus nanti Kepala Bagian Tertinggi Radio akan mengundang Kawan buat rapat tentang pekerjaan Kawan di Radio selama ini. Mendengarkan berita kecil ini – kontan dada saya agak menyesak. Dan ada rasa kecurigaan – bahwa akan ada apa-apa lagi yang akan menimpa saya – menimpa
kami sekeluarga. Apalagi setelah saya tanyakan kepasa Lao Huang – ada soal apa – dan rapat apa yang akan dibicarakan nanti itu. Lao Huang mengatakan bahwa Lao Yang – Kepala Bagian Tertingi Radio – yang dulu mengundang saya buat bekerja di Radio – dua tahun yang lalu – kini kembali mau bertemu dan mau menyampaikan segala sesuatu tentang pekerjaan saya.
Lao Yang ini adalah seorang wanita kader tinggi Radio – yang mengepalai – yang menjadi penguasa Radio – dan khusus bagian mengundang dan memberhentikan orang asing. Maksudnya memutuskan bahwa kontark-kerja akan dilanjutkan atau diputuskan – tidak akan memperpanjang kontrak lagi. Dialah yang paling berkuasa menentukan – sudah tentu ada lagi atasannya – misalnya Menteri Penerangannya yang langsung jadi atasannya. Tetapi memutuskan segala sesuatu yang berkenaan dengan pekerjaan Radio – dialah – Lao Yang-lah yang
memutuskan terus atau stop sampai sini saja. Dan sebagai catatan saya pribadi : dia ini sangat tidak simpatik. Sejak mula pertama saya melihat wajahnya – melihat rupa tampangnya – kenapa terbayang pada saya – dia ini
bagaikan seorang nenek tukangsihir – tampak jahat dan mengerikan. Ada firasat saya – dia ini adalah sumber kecelakaan – sumber kabar-buruk dan musibah. Ini kesan saya yang pertama – pada hari pertama melihat wajah orang ini!
Dan kini dia mengundang saya buat membicarakan perkara pekerjaan saya selama ini – selama dua tahun ini di Radio. Dalam batin saya, sebelum rapat yang akan diadakan tanggal 3 Agustus 1981 nanti itu sudah ada terasa pada pikiran saya. Habislah riwayat saya di Radio ini…..habis…kikis…cintaku terbang – seperti kata penyair Amir Hamzah. Tak secuilpun saya merasa bahwa dugaan saya akan salah! Kepada diri saya – antara saya bagian luar dan saya bagain dalam ada dialog – ada soal-tanya-jawab. Apa yang akan saya ajukan – apa yang akan saya bicarakan pada “penentuan hidup-mati” saya dan kami sekeluarga bertiga nanti itu.
Sudah menjadi kebiasaan di Tiongkok ketika itu – pabila mau tahu tentang sesuatu yang agak mendetail tentang apa saja – seseorang harus berani kasak-kusuk mencari berita – kira-kira apa yang akan saya hadapi nanti. Dan
saya sudah mendapatkannya walaupun tidak bisa ada kepastiannya. Tetapi apa yang saya rasakan – sangat mendekati kebenaran perencanaan isi rapat yang akan datang itu. Apa kira-kira yang saya rasakan? Tak secuilpun keraguan – bahwa saya sangat besar kemungkinan akan…didepak….akan diperhentikan dengan kata halusnya akan dihabiskan – dihentikan masa kerja-kontraknya. Dan kontrak-kerja selama dua tahun itu, sudah pasti tidak akan diperpanjang. Apa artinya ini? Artinya saya akan kehilangan pekerjaan – akan kehilangan sumber
kehidupan. Dan lebih lanjut, akan apa saja yang saya harus hadapi? Bagi saya hanya satu jalan – saya harus ke luar Tiongkok! Ke mana? Mana saya tahu! Sebab semua jalan tampaknya gelap – tetapi buat menerobosnya betapa akan banyak mengalami kesulitan – kerumitan dan dengan segala macam perjuangan. Ya, Awan Gelap Lagi betapapun cepat atau lambat datangnya – saya harus siap menghadapinya. Tak bisa lain – tak ada jalan lain…..saya harus menempuh jalan yang sangat sulit dan mungkin sengsara itu……