38. Gila Bersepeda
Jam-kerja saya sementara saya mencari jalan buat ke luar Tiongkok, hanya setengah-hari,dari jam 08.00 sampai dengan jam 12.00. Sudah itu saya gunakan buat tulis-menulis surat ke beberapa negara. Menghubungi teman-teman yang ada di negara itu – menghubungi badan-badan organisasi dan NGO yang kira-kitra dapat membantu saya buat berangkat dan minta perlindungan di negara tertentu itu. Termasuk saya menghubungi badan gereja. Ada patokan pada tahap pertama ini – negara yang kami hubungi adalah negara yang bahasa pengantarnya adalah bahasa Inggris. Karena itu kami menghubungi Kanada – Australia – Amerika Serikat – Inggris – Hongkong dan Singapura. Tetapi Hongkong dan Singapura tidak menjadi perhatian besar – sebab ada kekuatiran kami. Karena dua negara ini bukan hanya terlalu dekat Indonesia – tetapi lebih-lebih ada kecemasan kami kalau-kalau dua negara ini ada perjanjian extradisi antara RI dan mereka,- dan lalu kami bisa dikirimkan ke Indonesia dan tinggal ciduk lalu binnen….masuk…dan habis perkara!
Semua ini saya kerjakan sesudah kantoran – biasanya sampai jam 15.00 dan setiap hari. Mula-mula ada belasan surat saya kirimkan – lalu membesar menjadi puluhan surat – yang mungkin pada akhirnya mencapai angka ratusan. Kerja setiap hari sampai berbulan – menulis surat – melamar – mengajukan permintaan dan permohonan. Setiap hari dua tiga jam kerja – mengetik – lalu koreksi – lalu periksa lagi dengan baik-baik dan teliti. Dan lalu ke kantor-pos. Lalu apa sekarang? Pergi menenangkan pikiran. Ke mana? Bersepeda. Dan ke mana tujuannya? Ke mana saja. Jalanan di seluruh kota Beijing ini sangat enak buat mengendarai sepeda. Jalannya mulus dan besar-besar lapang-lapang. Dan lagi datar – tidak ada tanjakan – rata. Jadi sangat enak mengayunkan sepeda. Ringan dan tidak berat karena rata dan datar itu. Ada bahaya yang tak terasa. Lalu lupa danlalu nyasar, tersesat mau ke mana – mana arah yang mau dituju.
Suatu waktu saya bersepeda yang entah ke mana. Hari sudah agak sore dan menjelang senja. Saya tidak tahu sudah sampai di mana saya. Yang paling saya takut dan ngeri – kalau tiba-tiba ban sepeda pecah atau kempes. Karena tidak ada bengkel sepeda. Saya merasa harus bertanya kepada penduduk sekitar di situ. Saya menanyakan di mana Youyi bing-guan – Hotel Persahabatan – karena kalau sudah tahu gedung itu – ada patokan buat pulang ke rumah ke kompleks Radio. Penduduk – petani itu menunjukkan – masih sangat jauh – sekira 20 li lagi. Li adalah ukuran setengah km atau 500 meter. Jadi dari tempat saya bertanya itu masih 10 km lagi ke arah Hotel Persahabatan. Padahal dari Hotel Persahabatan masih ada belasankm lagi ke kompleks Radio kami. Sedangkan jalan yang harus saya tempuh masih ada tiga universitas lagi. Saya harus melalui Chinghua – fakultas Tehnik – kalau di kita adalah ITB Bandung – lalu Beida ( Beijing Dahsue ) Universitas Beiijing – kalau di kita adalah UI atau Gama-nya dan lalu Renda ( Renmin Dahsue ) Universitas Rakyat – tiga uni ini adalah yang paling popupler di Tiongkok dan selalu ada di pinggiran kota. Betapa jauhnya perjalanan yang akan saya tempuh sore dan senja itu.
Karena sudah ada titikterang – dan sudah tahu arah yang akan dituju – saya menjadi agak tenang. Biar sangat jauh – tetapi sudah tahu jalannya mau ke mana. Karena sering bersepeda jauh begini – semula saya sering nyasar dan tersesat. Tetapi karena berkali-kali – lalu tahu keadaan pinggiran kota Beijing, dan mengenal arah dan tempat. Rupanya senja sampai malam itu – sekira jam 24.oo saya baru tiba di kompleks kami. Hari itu karena saya nyasar dan tersesat, saya sudah bersepeda sejauh 90 km. Terasa juga capeknya. Tetapi karena jalannya rata dan datar – tidak begitu banyak makan-tenaga. Bersepeda begini setiap hari saya jalani. Terkadang hanya dalam kota Beijing saja. Sebenarnya saya hanya membuang waktu saja – daripada kesepian sendirian di rumah – saya berusaha melupakan kesedihan dan kesepian. Maunya begitu sampai di rumah – tak banyak lagi waktu buat lalu tidur. Karena keasyikan begini – terkadang saya lupa mengawasi pekerjaan anak-anak. Begitu teringat – segera saya kerjakan dan anak-anak menjadi gembira – bersemangat melihat papanya “masih peduli kepada mereka”,-