43. Evaluasi Kehidupan Selama Di Tiongkok
Kalau saya renungkan dalam-dalam dan tuntas-tuntas, bagaimana sebenarnya kehidupan kami selama di Tiongkok dalam rentang 18 tahun itu. Sebagian besar dan kebanyakannya adalah hal-hal yang positive – hal-hal baik. Dari segi kehidupan fisik, semuanya terjamin – semuanya aman damai dan sangat terpelihara. Bahkan ada saya rasakan – bahwa kami ini seakan dimanjakan. Semua kebutuhan hidup secara fisik – secara kebutuhan primaire – semuanya serba-baik – serba lengkap. Makanan – pakaian – perumahan dan kesehatan semuanya tersedia lengkap – bahkan kami mendapat uang-saku – uang-belanja kebutuhan sehari-hari seperti buat beli odol- sikatgigi – dan lain-lainya. Bahkan kalau diri kita dengan hemat menggunakannya – masih bisa nabung.
Dalam pada itu setiap musimpanas – kami diajak meninjau – bepergian jauh ke pedalaman – provinsi Tiongkok. Perjalanan biasanya selama satu bulan – antara Juli – Agustus. Dan menggunakan kereta-api – terkadang pesawatterbang – mobil dan hotel yang cukup baik. Selama rentang waktu kami hidup di Tiongkok itu, saya kira kami sudah menjalani lebih dari setengah wilayah Tiongkok. Yang saya ingat jelas- karena sangat terkenang indahnya – saya sudah melayari Sungai Yangtse lebih dari tujuh kali – dengan kapal-layar sepanjang Sungai Yangtse itu – dan sampai kini kalau ada kesempatan saya masih mau! Alam Tiongkok sangat indah – para petaninya sangat rajin – pekerja-keras.
Kami pernah iseng-iseng mengerjakan pekerjaan sebagai “orang yang kurang kerjaan”. Ketika di rumahsakit – diopname dengan beberapa teman – kami menghitung ini. Seandainya penduduk Tiongkok menyumbangkan uangnya setiap orang satu sen buat kami – dan digunakan buat kehidupan kami yang ratusan orang ini – termasuk meninjau setiap musimpanas itu – ongkos kehidupan biasa sehari-hari – termasuk bayar rumahsakit yang sedang kami diopname ini – dan uang saku segala – pokoknya semua pengeluaran ongkos – kami harus hidup di Tiongkok selama 40 tahun! Buat menghabiskan uang “sumbangan satu sen satu orang pendudukTiongkok yang lebih satu milyard ketika itu”! Semua ini kamu hitung dengan kalkulator dan beramai-ramai dan berulang-ulang! Dan bersoraklah kami – mendingan kami pilih pulang ke tanahair daripada
menghabiskan uang sebanyak itu dengan selama 40 tahun harus hidup di Tiongkok! Kami tahu – ini pekerjaan kami sebagai pengangguran menunggu keluar dari rumahsakit. Sudah saya tuliskan – apa bedanya pasien Tiongkok dan pasien seperti kami ini – orang-asing dan tamu-asing. Orang Tiongkok sulit masuk buat opname – tapi gampang buat keluarnya. Kami orang-asing – gampang masuk buat opname, tapi sangat sulit buat keluarnya – karena para dokter benar-benar harus bertanggungjawabagar pasien tamu-asingnya benar-benar sudah dapat dikatakan sembuh!
Kapankah kami merasa kehidupan selama di Tiongkok ini sangat menderita dari segi psikis – kejiwaaan?
Sekitar menghadapi RBKP – Revolusi Besar Kebudayaan Proletar – antara tahun 1966 sampai 1976. Ketika itu kami merasa sangat terkekang. Tidak bisa keluar semaunya – harus selalu dalam pengawalan – dan pengawalan militer lagi! Tidak bebas – merasa terkungkung – harus selalu diikuti dan hidup dalam disiplin militer – walaupun kami tak ada hubungan dengan hidup dalam ketentaraan. Tapi kami hidup dalam lingkungan kompleks tentara. Ketika banyak teman-teman kami yang merasa sangat frustrasi. Ada yang stress – bahkan ada yang sakitsyaraf dan lebih dari itu ada yang gila. Ada yang berusaha bunuh-diri – terjun dari jendela – tetapi gagal – “hanya patah
kaki”. Tetapi belakangan “berhasil” sebab jendelanya lebih tinggi – dan menjatuhkan diri dan mati. Ada yang bunuh diri dengan mensilet uratnadinya dan memotong lehernya, ini akibat hidup tidak normal. Keluarga terpisah. Suami terpisah dengan istri – suami di penjara di Nusantara – juga istri terpenjara di tanahair – keluarga banyak yang menjadi korban kekejaman Orba-Suharto. Jadi sebenarnya bukan karena kesalahan pengaturan tuanrumah semata-mata – tetapi ada latarbelakang sejarah pokoknya.
Ketika kami hidup dalam alam yang begitu sesak-sempit-terkungkung – tidak bisa keluar ke mana-mana itu – banyak sekali hal-hal yang menjadikan kami juga tidak normal. Karena tidak bisa keluar – dan hanya berkutat dalam kompleks asrama saja – maka apapun yang bisadianggap sebagai satu hiburan – kami akan menikmatinya! Lalu apa itu? Kami – teman-teman kami melihat jemuran pakaian – apalagi celana dalam saja – sudah merasa ada hiburan. Orang yang jatuh dari sepeda – lalu terguling-guling – kami merasa sangat lucu dan kami “terhibur”! Melihat burung berkejaran di pepohonan, lalu kawin – bersenggama – rasanya itupun hiburan yang “menyenangkan hati”,- Apalagi kalau ada anjing bertarik-tarikan karena mau melepaskan dari kawin-lengketnya. Bukan main merasa ada hiburannya.
Lalu apa semua ini? Karena hidup kami tidak normal. Apa sumbernya? Banyak! Terutama kedaan dan situasi kehidupan kami secara keseluruhannya – di mana tanahair kami – keluarga kami dan teman-teman kami sangat menderita perasaan. Banyak keluarganya – teman-temannya yang menjadi korban kejahatan dan kekejaman ketika masa-masa itu. Namun demikian peranan tuanrumah yang barangkali kurang secara baik mengatur kami secara kejiwaan yang sedang menimpa kami – turut memicu beberapa teman kami yang menjadi setengah-gila
dan gila dan bunuh diri! Ketika itu adalah masa-masa sulit kehidupan kami.
Karenanya ada teman-teman kami merasa hidup dalam penjara – dan merasa dipenjarakan. Sukurlah saya sendiri dan kebanyakan teman-teman tidak sama pendapatnya. Dan penilaiannyaberbeda-beda dan mungkin akan bersesuaian dengan latarbelakang kehidupan secara obyektive-nya. Karena itu saya berpendapat – kehidupana kami di Tiongkok – terutama selama kami rasakan – kami alami secara keseluruhan – tetap dapat kami katakan cukup baik. Tuanrumah kami sangat bertanggungjawab – sangat memperhatikan kepentingan dan kebutuhan kehidupan kami – terutama secara fisik. Tetapi seperti saya tuliskan barusan tadi itu – sudah tentu ada ekses-ekses tertentu – tetapi samasekali tidak menegasi hal-hal positive-nya – hal-hal positive-nya dan hal-hal baiknya yang sangat kentara,-