Budaya-Tionghoa.Net| Diakhir abad ke 19 ,bangsa Tiongkok amat direndahkan bahkan dijuluki “Orang Sakit Dari Asia”. Runtuhnya kejayaan serta harga diri itu tidak terjadi begitu saja , tapi melalui proses jangka panjang. Korupsi , aksi separatis internal dan masuknya candu yang lebih dari 100 tahun menggerogoti bangsa Tiongkok.
|
Tapi dibalik itu ada beberapa tokoh yang sedikit banyak , membangkitkan harga diri bangsa. Mereka adalah para pesilat yang maju melawan tantangan dari para petinju Barat dan Jepang. Pesilat-pesilat asing ini berasal dari delapan negara yang kelak memang ikut menyerbu Tiongkok. Banyak para petinju dari delapan negara ini datang ke Tiongkok serta membangun lei tai (ring untuk mengadu kemampuan bela diri) dan menghina bangsa Tiongkok sebagai yang tidak berguna. Dan ini baru berakhir hingga tahun 1940an.
Beberapa diantaranya adalah Che Yifai atau Chen Hongyong dan Huo Yuan Jia. Di tahun 1988 , Che pergi ke Tianjin . Pada saat itu perwira militer Jepang telah bermarkas disana. Salah satunya adalah Sakazaki Santarou atau Itayama Tarou mendengar kemashuran Che Yifai dan memintanya untuk berduel. Merasa bahwa tantangan itu merupakan tugas patriotik , Che menerima tantangan itu. Pihak penantang menyerang Che dengan dashyat menggunakan tombaknya . Che menangkis serangan itu dan memukul lawannya tepat di dada dan menjatuhkannya. Petarung Jepang menolak mengakui kekalahan dan kembali menantang Che dengan pedang. Che kembali menerima tantangan ini dan kembali pula mengalahkannya. Akhirnya penantang mengakui kekalahan dan mengundang Che untuk mengajar di Jepang. Che menolak tawaran ini.
Petarung lainnya adalah Huo Yuan Jia (1869-1910, tinju Mi Zhong). Huo membuat takut petinju inggris Au Pi Yin pada tahun 1910 di Shanghai. Di tahun yang sama , Huo juga mematahkan empat pesilat dari Jepang , juga di kota Shanghai. Huo Yuanjia merupakan salah satu tokoh yang terkenal dan mendirikan Jing Wu Men yang menyebar ke seluruh Tiongkok dan akhirnya keseluruh dunia.
Keunikan Jing Wu Men adalah mengundang para pesilat-pesilat tangguh lainnya untuk menjadi pelatih atau mengajarkan ilmu beladiri. Pada tahun 1910 Jepang mendirikan pusat Judo di Sanghai dan mengundang Huo untuk datang. Huo ketika itu menderita penyakit batuk menahun,ia datang bersama muridnya Liu Zhen. Guru dan murid berhasil mengalahkan petarung-petarun Jepang disana. Orang-orang Jepang berpura-pura mengagumi kemampuan Huo. Mereka kemudian menjamu Huo dan muridnya dalam satu perjamuan makan. Sebelum itu , seorang dokter Jepang, Qiu Yue , mengundang Huo untuk ke rumah sakitnya untuk berobat. Siapa menyangka setelah Huo ke Rumah Sakit milik QiuYue , badan Huo malah kejang-kejang dan meninggal tidak lama.
Huo Yuanjia meninggal ketika berusia 41 tahun. Salah satu anak Huo Yuan Jia yaitu Huo Dongge beremigrasi ke Indonesia. Dan beliau tinggal di Bandung. Ketika Jepang menyerbu Indonesia , Huo Dongge ditangkap tentara Jepang. Sayangnya Huo Dongge tidak mengajarkan ilmu beladiri secara terbuka di Indonesia. Setahu saya cuma beberapa gelintir orang yang memang belajar darinya.
Budaya-Tionghoa.Net | Mailing-List Budaya Tionghoa
Photo Ilustrasi : Huo Yuanjia dalam kultur populer yang diperankan Jet Li dalam “Fearless”