Belajar Filsafat Mensukseskan Bisnis
“Semua orang harus belajar filsafat, yang membantu kita berpikiran jernih dan secara dialektis memecahkan masalah.”
Leung adalah seorang yang tenang dan low-profile, pengusaha yang suka meneliti dan menganalisa pendapat-saran yang diajukan tim. Selama wawancara dilangsungkan, ia berulangkali menyebutkan kesatuan teori “Tentang Praktek” dan “Tentang Kontradiksi”, dan dia dalam segala masalah pandai menemukan kontradiksi utama. Berdasarkan filsafat yang dikuasai dengan baik inilah beliau berhasil baik dalam usaha bisnis yang dijalankan.
Pada tahun 1963, Leung pindah ke Hong Kong dan mendirikan Perusahaan Perdagangan Chun Lung. Dia menggambarkan dirinya sebagai pemain sulap. Selama 48 tahun terakhir dalam melakukan bisnis, ia selalu bisa menemukan peluang. Dia mulai dari menjual obat nyamuk Tiongkok, ritsleting dan barang lainnya di Indonesia, mengambil 90% dari pangsa pasar negara itu. Kemudian melalui pembeli Korea mengekspor produk Tiongkok ke wilayah di seluruh dunia, disamping itu juga menjadi agen peralatan televisi Sony di Indonesia. Kecuali itu, dia secara aktif mempromosikan hubungan ekonomi dan perdagangan antara perusahaan Tiongkok dan Jepang. Membantu pemecahan masalah penempatan Gedung Konsulat Indonesia di Hong Kong, gedung 22-lantai yang sampai sekarang ini digunakan. Leung dianugerahi Pemerintah Indonesia seorang yang memberi sumbangan besar kepada negara dan rakyat Indonesia. Dia berhasil menyulap semua masalah dan banyak pekerjaan dengan sangat baik.
Pada tahun 1983, perusahaan Leung dan Grup Daewoo Korea memenangkan tender untuk usaha cabai senilai US$ 12 juta. Namun, mitra perdagangan Leung meninggalkan proyek setelah memasok 60% dari barang kontrak. Dalam rangka mempertahankan kredibilitas untuk menyelesaikan kontrak, Leung pergi ke banyak propinsi dan Kota di Tiongkok untuk mendapatkan pasokan cabai yang stabil.
Dengan bantuan Perusahaan Pusat Bahan-pangan Tiongkok, Leung pergi ke Qingdao, Propinsi Shandong, yang menghasilkan “cabai Yidu”. Cabai semacam ini ternyata berkualitas baik tapi belum terkenal. Pada bulan Oktober ketika Cabai Yidu dipanen, Leung bertahan menanggung panas terik matahari di siang hari dan dingin di malam hari, menjalin hubungan erat dengan pejabat lokal, memobilisasi antusiasme kerja penduduk setempat, menggunakan Kereta-api dan kapal mengirim cabai ke Hong Kong siang dan malam. Setelah dikemas berdasarkan tuntutan kontrak, Cabai Yidu kemudian dikirim ke Pusan, Republik Korea dalam waktu dan jatah sesuai dengan ketentuan kontrak. Seluruh proses adalah suatu keajaiban.
Sejak saat itu, Republik Korea mengimpor cabai Yidu dari Shandong, setiap tahun memberi sumbangan peningkatan cadangan devisa dari ekspor produksi Tiongkok.
Leung mengatakan kepada kami, bahwa langkah ini mendapat kepercayaan dari mitra perusahaan Korea. Mereka tidak hanya membeli cabai kering Tiongkok, tetapi juga meningkatkan pembelian cabai-bubuk. Cabai-bubuk Tiongkok kemudian dijual di lebih dari 500 supermarket Korea dan di Amerika Serikat sepanjang pantai timur dan barat, bahkan juga di Jepang, Australia dan banyak negara lain dan daerah. Dengan perkembangan bisnis yang terjadi, Leung juga memperkenalkan benih-jamur Jepang untuk propinsi Fujian. Jamur dibudidayakan dan diolah menjadi lebih tebal, besar dan halus, setelah melalui proses pemanggangan khusus. Leung juga memperluas pemasaran kacang merah yang diolah khusus menjadi mengkilat keluar negeri dan juga produksi pertanian lainnya.