Dermawan Besar Yang Suka Membantu
Li Haifeng, kepala Kantor Urusan Huakiao Tiongkok pernah berkata, “Setiap kali orang Tiongkok menderita kesulitan, Huakiao di luar negeri selalu tampil untuk membantu dengan sigap. Leung selalu menjadi salah seorang yang pertama untuk membantu begitu dia tahu tanahairnya sedang menderita dan perlu bantuan. Dan dia selalu melakukan yang terbaik untuk mengajak para Huakiao lainnya ikut memberikan dukungan.”
Pada saat wabah SARS merebak, Leung memberi sumbangan senilai RMB 180.000,- untuk obat-obatan, 3.000 set gaun isolasi SARS, tutup pelindung, penutup sepatu dan peralatan pelindung lainnya. Kecuali itu, Leung di Hong Kong juga ikut aktive mengorganisasi dan membentuk Hong Kong Asosiasi Persatuan Kembali Tiongkok Secara Damai, dengan menyumbangkan puluhan ribu set pakaian pelindung ke Hong Kong, Taiwan, Shandong, Hebei dan propinsi lainnya.
Ketika tsunami melanda Samudra Hindia Selatan Indonesia pada tahun 2004, Leung segera berpartisipasi dalam Komite Tionghoa Sumatera Utara Lembaga Bantuan Bencana yang diselenggarakan oleh 65 organisasi sosial Tionghoa di Propinsi Sumatera Utara. Berkat usahanya, Desa Persahabatan Tiongkok-Indonesia didirikan pada 19 Juli 2007 di bawah bantuan Federasi Amal Tiongkok, Palang Merah Tiongkok dan Engineering Group Corporation Tiongkok. Pada tanggal 18 Mei 2006, upacara Pembukaan Kerja dilangsungkan di Desa Niheng, Kabupaten Aceh Besar, Propinsi Aceh, Indonesia. Proyek pembangunan perumahaan diatas tanah seluas 22,4 hektar, menjadi satu desa baru yang memiliki total 606 rumah, seluruhnya merupakan 2 kamar dan ruang 42 meter persegi. Terbuat dari batu bata dan beton, merupakan rumah-rumah yang mampu menghadapi gempa bumi tingkat-8 dan topan tingkat-11, juga dengan perlengkapan isolasi panas. Model rumah dibangun sesuai dengan gaya tradisional “Rumah Aceh” tapi juga menggunakan perlengkapan rumah modern yang disuaikan dengan kebiasaan agama setempat. Kecuali itu, desa juga dibangun sekolah, taman kanak-kanak, pertokoan, klinik, aula dan lapangan-olahraga. Begitu juga dengan bangunan publik lainnya seperti jalan-raya, saluran-air, menara air, listrik dan fasilitas pendukung lainnya. Sekarang telah menjadi salah satu atraksi yang paling unik bagi wisata di Indonesia.
Leung salah seorang yang dihargai dalam kontribusi-nya saat dilangsungkan Olympic Beijing. Setelah permohonan Olympic Beijing berhasil dimenangkan pada tahun 2001, Leung, sebagai anggota Konferensi Permusyawaratan Politik Rakyat Beijing, aktif menghubungi Huakiao dan Peranankan Tionghoa diluar negeri untuk mengumpulkan dana pembangunan Gedung- Olahraga di perkampungan Olympic.
Dalam rangka mengumpulkan dana sebanyak mungkin, dia mengusulkan banyak rencana sumbangan. Salah satu rencana itu adalah siapa yang menyumbangkan US$ 100 untuk pembangunan Gedung, namanya terukir pada batu bata peringatan. Rencana ini diterima secara luas oleh Huakiao dan Peranakan Tionghoa.
Leung juga secara aktif mempromosikan Olympic Beijing di luar negeri, menggunakan segenap hubungan yang luas dan menguntungkan itu, menyerukan jaringan agama, perkumpulan-keluarga, asosiasi alumni, dan kelompok-kelompok Tionghoa perantauan di negara-negara Asia Tenggara untuk berpartisipasi mensukseskan Olympic. Berkat usahanya, tercatat lebih dari 52.000 orang memberi sumbangan untuk Olympic-Beijing. Semua ini dia lakukan semata-mata karena cinta pada tanahairnya. Tentu sangat tepat dan adil mengatakan Leung adalah relawan paling berdedikasi untuk Olympic-Beijing. Leung mengatakan, “Tujuan saya adalah sederhana, saya ingin generasi-muda mengetahui bahwa generasi kami telah berbuat jasa kepada negara”.
Sehubungan dengan sumbangan Leung yang sangat menonjol, tahun 2008, Leung dianugerahi gelar Seorang Luarbiasa dalam Mempromosikan Olympic oleh Kota Beijing dengan Tanda Jasa. “Sungguh satu kejutan besar. Saya tidak mengharapkan itu.”
Leung diundang untuk ikut menghadiri parade Perayaan Memperingati Ulang Tahun ke-60 berdirinya Republik Rakyat Tiongkok pada 1 Oktober 2009. Ditanya tentang pengalaman ini, dia jawab dengan bangga, “Tanahair tidak melupakan kita.”
Diplomat Persahabatan, Berperan sebagai Jembatan
Sebagai seorang Tionghoa yang lahir di luar negeri, hati Leung tidak hanya tetap melekat pada tanah-airnya, Tiongkok, tetapi juga aktif dalam mempromosikan hubungan ekonomi dan perdagangan antara Tiongkok dengan Indonesia, Malaysia, Singapura, Republik Korea, Jepang dan negara Asia lainnya.
Leung sangat khawatir melihat kenyataan banyak pengusaha Tiongkok yang hanya mengejar keuntungan sementara. Dia menghimbau pengusaha untuk mempertahankan kejujuran dan visi jangka panjang, dan jangan hanya mengejar keuntungan sementara yang pendek. Kenyataan, keberhasilan bisnis yang dicapainya sekarang ini, terutama hasil dari kejujuran dan pandangan jauh dengan pertimbangan menyeluruh.
Perdana Menteri Wen Jiabao pada 30 Arpil di Jakarta, menghadiri “Perundingan Perdagangan Bilateral RI-RRT” bersama Wakil Presiden Indonesia Boediono yang menetapkan target baru jumlah perdagangan bilateral hingga tahun 2015 akan mencapai US$ 80 milyar. Leung yakin target yang ditetapkan ini bisa dicapai.
Leung telah melakukan perjalanan bolak-balik antara Tiongkok dan Indonesia selama bertahun-tahun, dan telah melakukan usaha besar untuk meningkatkan kerjasama perdagangan dan pertukaran persahabatan antara kedua negara.
Sejak tahun 2010, Leung, sebagai saksi penting dari Konferensi Bandung, diundang oleh Departemen Luar Negeri lndonesia dan Museum Konferensi Bandung, untuk menyampaikan kisah pengalaman saat itu, khususnya untuk generasi muda.
Dengan tujuan tetap mengobarkan api solidaritas antar bangsa Asia-Afrika dan untuk mempererat bersahabat antara Tiongkok dan Indonesia, Leung menerbitkan buku Museum Konferensi Bandung versi bahasa Tionghoa berdasarkan informasi yang diberikan oleh museum.
Mengenang Konfrensi Bandung, ketika ia menyampaikan karangan bunga pada Perdana Menteri Zhou dan berjabatan-tangan di Bandung, Leung mengatakan, “Itu adalah saat yang paling menyentuh dalam hidup saya. Setiap kali saya mengenang masa itu, teringat tanahair dan saya terinspirasi oleh senyum hangat Perdana Menteri Zhou, karakter mulia, dan patriotisme yang tinggi.”
- Wawancara dengan Jackson Leung Sze Mau, (Chairman of Golden Island Cable Company)
Oleh: Wang Lili & zhang Li
Via : Chan CT , http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua/message/60991
Budaya-Tionghoa.Net | Mailing-List Budaya Tionghoa