Budaya-Tionghoa.Net| Mungkin diantara kalian tidak pernah memperhatikan perhitungan tahun – tetapi ini sesuatu yang mula-mula dikala saya masih kecil mengalami kebingungan. Didalam surat akte kelahiran saya yang ditulis jaman Jepang – bahasanya ada tiga macam : bahasa Jepang dengan aksara latin , bahaya Melayu Tionghua (waktu itu belum berbahasa Indonesia) dan bahasa Belanda.
|
Yang membingungakan adalah tanggal lahir ditulis juga dalam perhitungan menurut tiga kebudayaan , tanpa mengerti apa yang ditulis , mereka mencatat hari , bulan dan tahun . Untungnya mereka mencatat hari , bulan dan tahun dengan memakai sistem almanak internasional , yang menurut perhitungan Imlek dan internasional yang saya mengerti.
Yang menurut perhitungan Jepang baru saya mengerti setelah saya bertemu dengan satu orang Jepang. Mereka menghitung tahun dengan memakai sistem Huangdi Era . Maklum baru belakangan ini mereka merubah sistemnya mengikuti sistem internasional. Tetapi bulan dan penanggalan mereka juga memakai sistem internasional meskipun nama bulan masih tetap dengan nama Jepang dari sistem Huangdi. Bagusnya mereka tidak memakai tahun kaisar Hirohito (misalkan) .
Sistem ini juga digunakan di Taiwan dengan tahun republik [Minguo] , dihitung sejak tahun berdirinya Republik ditahun 1912. Sun Yat-sen kemudian menggunakan 2 versi penanggalan sebagai tanggal berdirinya Republik China, yaitu tanggal 13 bulan 11 tahun 4609 kalender Huang Di dan tanggal 1 Januari 1912 kalender Masehi.
Waktu kakek saya meninggal , ini juga memusingkan , karena dia lahir di tahun kaisar kesekian (lupa). Untung budaya Tionghua ini menggunakan sistem 12 binatang ini . Kalau tidak akan sangat sulit mengetahui umur kita. Karena itu engkong saya merayakan ulang tahun pada tanggal 1-7 yang menurut perhitungan imlek adalah renri , hari manusia atau ulang tahun untuk setiap orang.
Keadaan ini juga ditemukan didalam catatan kelahiran istri saya. Dia dilahirkan sewaktu pemerintah Tiongkok harus pindah ke Chungking melalui perjalanan darat dan air. Dia akhirnya dilahirkan di perbatasan Sichuan dan Sikang , disebuah desa kecil. Menurut program pertahanan , kalau Chungking jatuh maka pemerintah akan memindahkan pemerintahan ketempat disekitar desa kecil tempat istri saya dilahirkan. Karena rencana cadangan ini pemerintah saat itu juga sudah memindahkan beberapa kesatuan militernya kedaerah ini. Di daerah ini tidak ada catatan sipil dan hanya mencatat hari dan jam lahirnya dengan tahun republik , semua menurut perhitungan Huangdi . Untung di masa sekarang ada konversi jadi kita dapat mengetahui tanggalnya menurut sistem internasional. Penanggalan lahir penting untuk dicatat dalam paspor kita.
Ini contoh mengenai engkong dan isteri saya hanya untuk mengilustrasikan betapa pentingnya sistem perhitungan Huangdi – almanak imlek untuk penduduk Tiongkok. Catatan sipil oleh karena civilwar terus menerus sejak pertengahan abad ke 19 tidak berfungsi didaerah pendalaman , termasuk dari tempat kelahiran nenek moyang kita. Disinilah letaknya keindahan kebudayaan – sebab tanpa catatan kita tahu umur dengan ulang tahun kita. Tanpa sistem ini kita hanya dapat mengingat – umpamanya – saya lahir di pohon yang baru ditanam (sistem yang dipakai di kepulauan Pasifik. Karena itu saya memberikan nasehat agar kita jangan membuang sistem ini. Pemerintah Republik Rakyat Tiongkok di masa Mao membuang sistem ini — tetapi rakyat tetap memakainya dan sekarang kembali berkembang.
Andreas Mihardja
Budaya-Tionghoa.Net| Mailing List Budaya Tionghua 23326