Budaya-Tionghoa.Net | Andreas Mihardja menulis dalam artikelnya : “Festival Hantu Di Bogor Tempo Dulu” : “Mulai tanggal satu dari bulan tujuh kepala hosang dari kelenteng ini keliling daerah perdagangan kota dgn membawa boneka-boneka dari kertas dengan surat undangan untuk hantu-hantu itu menghadiri festival mereka besok harinya dikelenteng. Di kelenteng biasanya ada panggung untuk wayang Potehi , wayang golek asal dari Fukien dan cerita Si Ji Juei , dimainkan disana setiap hari dan malam. Pohon Pinang dengan hadiah-hadiahnya diatas dipasang dan sudah dilicingkan dengan minyak motor.”
|
Nah, saya dari beberapa tahun lalu telah bertanya-tanya dan mencari data tentang panjat pinang ini. Soalnya pikiran saya sejak kecil, panjat pinang adalah monopoli dan khas Indonesia berkaitan dengan perayaan tujuh-belasan. Juga karena perayaan festival hantu yang tidak semeriah di zaman dulu, masa engkong Andreas masih di Indonesia karena setelahnya direpresi dan tidak diperbolehkan.
Panjat pinang 17 Agustus-an sangat berdekatan dengan perayaan bulan 7 Imlek yang memang sering jatuh di bulan Agustus-September setiap tahunnya. Saya merasa ini ada hubungan dan keterkaitan karena setelah saya cari data mengenai panjat pinang dalam kebudayaan Tionghoa, prosesi panjat pinang ini memang populer di Tiongkok selatan (Fujian, Guangdong, Taiwan) berkaitan dengan perayaan festival hantu ini. Mengapa cuma Tiongkok bagian selatan, ini dapat dimengerti dari kondisi geografis Tiongkok selatan yang beriklim sub-tropis, yang masih memungkinkan pinang atau kelapa tumbuh dan hidup.
Perayaan ini tercatat pertama kali pada zaman Ming, lumrah disebut sebagai “qiang-gu”, namun pada zaman Qing, permainan panjat pinang ini pernah dilarang pemerintah karena sering timbul korban jiwa. Namun kemudian sewaktu Taiwan berada di bawah pendudukan Jepang, panjat pinang mulai dipraktekkan lagi di beberapa tempat di Taiwan berkaitan dengan perayaan festival hantu. Terakhir, saya ketahui panjat pinang masih dijadikan satu permainan tradisi di berbagai lokasi di Taiwan. Tata cara permainan lebih kurang sama, dilakukan beregu, dengan banyak hadiah2 digantungkan di atas, namun bedanya tinggi yang harus dipanjat bukan hanya setinggi pohon pinang, namun telah berevolusi menjadi satu bangunan dari pohon pinang dan kayu2 yang puncaknya bisa sampai 3-4 tingkat bangunan gedung. Untuk meraih juara pertama, setiap regu harus memanjat sampai puncak untuk menurunkan gulungan merah yang dikaitkan di sana.
Nah, sekarang dari sini, kesimpulan dapat ditarik bahwa permainan panjat pinang ada di masyarakat Tionghoa (Hokkian, Konghu) dan juga Indonesia. Namun panjat pinang untuk 17 Agustus-an tentu saja baru mulai diadakan setelah kemerdekaan Indonesia, karena sebelumnya belum ada Indonesia. Namun sebelum Indonesia merdeka panjat pinang telah diadakan sebagai satu permainan menyambut festival hantu seperti yang dibabarkan engkong Andreas di atas.
Dari sini apakah dapat saya tarik kesimpulan bahwa panjat pinang 17 Agustus-an di Indonesia adalah salah satu sumbangan kebudayaan Tionghoa untuk Indonesia? Bagaimana pandangan rekan2 lain?
Budaya-Tionghoa.Net | Mailing-List Budaya Tionghua