Budaya-Tionghoa.Net|Presiden Republik Indonesia yang pertama , Sukarno memiliki hobi mengoleksi lukisan. Salah satu pelukis istana adalah Lee Manfong yang berkarya selama empat tahun [1961-1965]. Lee Manfong masuk menggantikan pelukis sebelumnya , Dullah [1950-1960]. Lee Manfong berasal dari Guangzhou dan dilahirkan disana pada tahun 1912. Ayahnya yang memiliki 10 anak. Pada saat usia Lee Manfong mencapai empat tahun , ayahnya membawanya ke Singapura. Disana Lee masuk dalam sekolah Tionghua dan ayahnya meninggal tahun 1929. Lee Manfong menekuni dunia lukis dan advertensi , kemudian pindah ke Jakarta.
|
Tahun 1946 , Lee Manfong mengadakan pameran tunggal dan sempat menerima beasiswa Malino yang diberikan Van Mook. Lee Manfong sempat menggelar pameran lukisan di Eropa. Lee kemudian kembali ke Indonesia dan mendirikan Yinhua asosiasi pelukis Tionghua di Lokasari , Mangga Besar , Jakarta.Puluhan seniman Tionghoa menjadi aktif berkarya dan mengadakan pameran. Lie Nan Lung , wakil ketua organisasi berkata ,”Kami mau kasih sumbang kami punya karya pada sejarah kesenian Indonesia”. Kontribusi pelukis diharapkan sama dengan kontribusi penulis Tionghoa yang menciptakan genre sastra “Cina Peranakan” di awal abad 20.
Tahun 1956 , Lee memimpin rombongan Yin Hua ke Tiongkok. Tahun 1961 ia menjadi pelukis istana dengan Lim Wasim sebagai asistennya. Lim Wasim pernah menempuh pendidikan di Institut Seni Sentral Beiking tahun 1950 dan bahkan mengajar di Institut Seni di Xi’an pada tahun 1956. Tahun 1959 ia kembali ke Indonesia. Lee mendapat gaji 5000 rupiah perbulan dan Lim mendapat gaji 4000 ribu rupiah perbulan.
Pada tanggal 23 Maret 1962, Sukarno menikah dengan Naoko Nemoto [3 Februari 1940] , seorang gadis cantik asal Jepang yang juga memiliki minat tinggi pada lukisan. Nama Naoko Nemoto menjadi Ratna Sari Dewi. Minat yang sama pada Sukarno dan Ratna Sari Dewi yang sangat apresiatif terhadap seni lukis juga berdampak pada Lee Manfong. Pada tahun 1964 , Ratna Sari Dewi berhasil melakukan lobi di Jepang sehingga sebagian koleksi Sukarno yang dibukukan berhasil dicetak di Jepang , percetakan Toppan , Tokyo. Buku ini disusun oleh Lee Manfong dengan kualifikasi cetak yang nyaris sempurna.
Saat terjadi pergantiaan kekuasaan di Indonesia , Lee menyingkir ke Singapura. Dullah menyembunyikan diri di rumahnya. Sedangkan Lim Wasim tetap berkerja di Istana sampai tahun 1968. Ketika Sukarno jatuh , koleksi lukisannya berjumlah 2300 bingkai , mungkin koleksi lukisan presiden terbanyak didunia.Didalam buku muncul berbagai lukisan spesifik cat air berbagai karya seniman Jepang. Lim Wasim , asisten Lee , mengatakan bahwa kualifikasi karya-karya Jepang itu memang istimewa.
Karya Le bukan sekedar lukisan saja , di kawasan Hotel Indonesia , bisa dilihat gedung-gedung baru yang dibangun sedemikian dekat dengan dome yang ditengahnya ada mosaik karya Lee.
Di masa sekarang , lukisan Lee Man Fong semakin bernilai tinggi. Di tahun 2010 , Sotheby Hong Kong melelang karya Lee yang berjudul “Bali Life” dengan rekor 3.2 juta USD. Harga yang sangat tinggi dan menjadikan Lee sebagai pelukis dengan karya termahal di kawasan Asia Tenggara. [Art Daily]
Balai lelang terkemuka , Sotheby pada April 2011 lalu melelang sejumlah mahakarya seni yang salah satunya adalah lukisan karya Lee Man Fong yang berjudul Doves atau Burung Merpati. Karya ini dinilai merupakan karya terbaik Lee karena Lee jarang melukis dengan media kanvas. Ia terbiasa melukis diatas media hardboard. Selain itu karya seni juga berbeda dengan kebiasaan Lee yang menampilkan warna Asia dalam lukisannya. Lee adalah ikon sejarah seni rupa Indonesia. Ia bukan jenis pelukis yang berambisi menciptakan konsep-konsep artistik yang eksplosif , namun tetap dikenang karena karyanya mampu menggoyang konvensi visual yang sudah ada. [Suara Pembaruan , 2011].
Budaya-Tionghoa.Net | Mailing-List Budaya Tionghua
Referensi :
- Hero Triatmono , Kisah Istimewanya Bung Karno , Penerbit Buku Kompas
- Agus Dermawan , ” Bukit-Bukit Perhatian : Dari Seniman Politik , Lukisan Palsu Sampai Kosmologi Seni Bung Karno”, 2004
- Suara Pembaruan , “Karya Abadi Lee Man Fong di atas Kain Kanvas” , 21 Maret 2011
- Mailing-List Budaya Tionghua , http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua/message/45122 , 9 Oktober 2009
- Mailing-List Budaya Tionghua , http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua/message/24109 , 12 Maret 2007
- Agus Dermawan , “Tionghoa Bukan Cuma Barongsai” , Kompas , 2004
- Artdaily.com ,”Lee Man Fong’s Bali Life Sells for US$3.24 Million at Sotheby’s” , 2010