Budaya-Tionghoa.Net | Teracota yang jumlahnya ribuan itu sebenarnya masih banyak lagi yang berada di dalam tanah. Pasukan teracota itu berwarna-warni sebenarnya, bukan berwarna tanah seperti yang kita lihat sekarang di TV atau foto2. Warna-warni cat di permukaan teracota tadi begitu digali dan bersentuhan dengan udara, langsung pudar warnanya.
|
Melihat hal ini, Kementerian Kebudayaan RRC kemudian menghentikan segala kegiatan penggalian untuk menunggu teknologi yang lebih baru. Menggali mudah, namun mereservasi dan melindunginya tidaklah mudah. Ini sebabnya sekarang ini tidak ada usaha penggalian yang baru walaupun banyak makam kaisar dan pejabat masa lalu telah ditemukan.
Jepang pernah menawarkan teknologi penggalian dan reservasi yang lebih maju, namun syaratnya 1/2 dari apa yang ditemukan harus menjadi milik Jepang. Tiongkok menampik dan memutuskan untuk menunggu teknologi negeri sendiri mencukupi untuk melakukan penggalian dan preservasi sendiri.
Sebenarnya, dari banyak makam yang ada, telah banyak digali oleh para pencuri makam yang beroperasi turun temurun dari zaman dahulu. Seperti makam Ratu Ci Xi dari Qing yang sudah habis dicuri barang berharganya. Itu makanya pengamanan makam adalah hal yang perlu bagi kaisar2 zaman dulu. Namun ada pula makam kaisar yang setelah dibuka tidak ditemukan apa2, karena sesuai catatan sejarah bahwa sang kaisar tidak menginginkan cara pemakaman yang konvensional. Makam pejabat Liu An dari Dinasti Han tidak ada barang berharga, namun ditemukan 3 gentong besar arak. Arak yang umurnya hampir 2100 tahun ini kemudian disimpan di museum dan sebagian ada yang dijual dengan harga tinggi. Liu An ini adalah yang menemukan cara pembuatan tahu, arak dan cuka, boleh dibilang adalah bapaknya tahu, arak dan cuka.
[Foto Ilustrasi : Kevin Schoenmakers , “Fotografi Changan” , 2011]
Makam kaisar wanita satu2nya di Tiongkok, Wu Ze-tian yang dimakamkan bersama suaminya Kaisar Tang Gao-zong menarik diperhatikan karena selain dinding makam yang kokoh tidak dapat ditembus juga adalah papan nisannya kosong, tidak bertuliskan apa2.
Kembali ke masalah pencuri makam, makam Qin Shi-huang ini pernah dirusak sekali oleh Xiang Yu, lawannya Liu Bang yang kemudian mendirikan Dinasti Han. Lalu, Liu Bang yang menjadi kaisar pertama Dinasti Han juga ingin meniru makamnya Qin Shi-huang untuk memakamkan diri sendiri. Bedanya, bila teracota dan kota bawah tanah di dalam makam Qin Shi-huang itu dalam skala 1:1, Liu Bang membuatnya dalam skala 1:4 lebih kecil. Discovery atau National Geographic saya lupa, pernah mengulas makamnya Liu Bang, kota bawah tanah dalam skala kecil lengkap dengan miniatur istana, sungai, kota, perumahan dan orang2 kecil. Ini menunjukkan bahwa kaisar tidak sanggup melawan kematian, berusaha membawa postur yang sama dari alam nyata ke alam baka. Namun fenomena ini cuma sampai Dinasti Han, setelah Dinasti Tang, makam kaisar tidaklah sebesar dan semegah sebelumnya.
Satu lagi, tampang teracota yang beragam menunjukkan Qin Shi-huang ada merekrut suku2 asing selain Han ke dalam kesatuan tentaranya.
Rinto Jiang
Budaya-Tionghoa.Net | Mailing-List Budaya Tionghoa