Budaya-Tionghoa.Net | Kue Keranjang sering disebut dengan Dodol . Padahal ada perbedaan diantara keduanya. Dodol menggunakan bahan gula merah atau gula aren dalam pembuatannya , dibentuk panjang-panjang dan dibungkus plastik , seperti yang juga dikenal dikalangan orang Betawi. Sementara Kue Keranjang tidak memakai gula merah , gula kawung ataupun gula aren , melainkan gula pasir. Proses ini bisa dilihat di spesialis pembuat Kue Keranjang seperti misalkan Kue Keranjang Nyonya Lauw di Pintu Air , Benteng , Tangerang.
|
Dodol (atau jenang dalam bahasa Jawa) di antaranya memakai bahan baku santan, sehingga mudah menjadi tengik dalam waktu beberapa bulan saja, sedangkan kue keranjang bisa tahan sampai setahun. Saya pernah─tanpa sengaja, karena disimpan di lemari yang jarang dibuka─menyimpan kue keranjang. Setelah saya hitung-hitung, ternyata kue itu sudah ada sejak kurang-lebih setahun lalu! Sama sekali tidak rusak, hanya agak keras membatu dan bagian luar pembungkusnya yang dari daun pisang agak sedikit bulukan (berjamur). Setelah dibersihkan dan dikukus, kue keranjang siap dihidangkan dengan parutan kelapa. Rasanya pun tidak berubah. Itulah kehebatan kue keranjang (nian gao 年糕 dalam Mandarin, alias tni kue dalam dialek Hokkian 甜粿)!
[Foto Ilustrasi : Warung Ophoeng Ajah Jeh , http://www.facebook.com/groups/budaya.tionghoa/10150540154407436/, 18 Januari 2011]
Meski bentuk fisik keduanya mirip, dodol dengan lempok saja sudah berbeda. Dodol terbuat dari ketan ditambah gula merah dan santan, lalu diberi aroma durian, cempedak atau wijen, misalnya, sedangkan bahan baku utama lempok adalah buah-buahan macam durian, nanas atau sirsak, yang ditambah pemanis gula putih dan dimasak hingga mengental dan dapat dibungkus.
Maka dari itu saya kurang setuju apabila ada yang mengatakan kue keranjang itu “dodol” keranjang, “dodol” cina dsb. Dodol ya dodol, kue keranjang ya kue keranjang! Selain bahan baku yang berbeda, proses pembuatannya pun jauh berbeda berbeda. Dodol harus terus-menerus diaduk-aduk di sebuah kuali raksasa, semenjak adonan masih cair hingga lama-kelamaan mengental, sehingga pekerjaan berat itu harus dilakukan oleh laki-laki dewasa; perempuan takkan kuat! Sedangkan adonan kue keranjang tetap cair dan dituang ke cetakan-cetakan yang sudah diberi alas daun pisang, sewaktu dimasak di sebuah alat pengukus (langpo) raksasa!
Budaya-Tionghoa.Net | Facebook Group Budaya Tionghua