Budaya-Tionghoa.Net | Tibet, negeri yang berada di pegunungan Himalaya yang sering dikatakan sebagai puncak dunia, sebelum kedatangan bangsa asing dan invasi China adalah negeri yang damai. Masyarakatnya sangat menjunjung tinggi kehidupan spritualnya. Ketentraman ini tiba-tiba diresahkan oleh mimpi yang mengganggu tidur Lama Agung Mipam (pemimpin spiritual Tibet). Dalam mimpinya ia diberi penglihatan sesosok mayat yang jatuh dari langit. Sesuai dengan apa yang telah diramalkan Guru Agung Padma Shambava, mimpi itu menandakan bahwa dalam tahun naga akan datang gerombolan penjahat yang akan menyerbu perbatasan Tibet dari selatan. Darah akan menodai salju abadi bangsa Tibet dan hal ini akan meruntuhkan pondasi keyakinan bangsa Tibet dan orang-orang Tibet akan terinjak-injak dan tersebar ke empat penjuru angin.
|
Judul : The White Lama # 1 : Reinkarnasi
Teks : Alejandro Jodorowksy
Gambar : Georgess Bess
Penerjemah : Hetih Rusli
Editor : Tanti Lesmana
Proofreader : Yulia Hanoto
Penerbit : Humandios / Gramedia
Cetakan : Juli 2007
Tebal : 144 hlm ; 6 mm
Harga : Rp. 56.000,-
Lama Agung Nipam yang telah sepuh sadar bahwa sebelum semua itu terjadi, Tibet butuh seorang pemimpin yang memiliki tubuh yang kuat dan jiwa seorang pejuang. Sebelum meninggalkan raganya Nipam menyatakan bahwa ia akan kembali bereinkarnasi menjadi seorang bocah yang tempat kelahirannya telah ia ramalkan. Untuk itu ia mengutus pendeta pelatih Dondup dan guru Tzu untuk menemukan bocah itu dan melatihnya hingga siap menjadi seorang Lama Agung.
Sebagai Lama Agung ad interim, Nipam menunjuk Lama Migmar untuk memimpin kehidupan spiritual masyarakat Tibet hingga bocah yang merupakan reinkarnasi Nipam ditemukan.
Setelah Nipam wafat, datanglah Gabriel dan Susan – sepasang orang inggris bersama menuju Tibet. Ternyata Susan sedang mengandung. Penyihir Naljdjorpa yang disegani di Tibet menyatakan bahwa terdapat ikatan abadi yang menyatukan wanita inggis tersebut dengan Atma, wanita Tibet yang ketika itu juga sedang mengandung. Dan mereka diharuskan tinggal dalam satu rumah hingga kedua anak mereka lahir.Ternyata rumah tempat kedua anak itu dilahirkan merupakan tempat dimana Nipam akan berinkarnasi.
Lama Migmar yang ingin kekuasaannya langgeng memerintahkan sekutunya untuk mencari tempat dimana Nipam akan bereinkarnasi dan membunuh bocah tersebut. Utusan Migmar berhasil membunuh bayi yang baru dilahirkan dari rahim Atma, sedangkan Gabriel dan Susan yang tinggal bersamanya tewas terbunuh. Namun sebelum menghembuskan nafasnya, Susan sempat melahirkan anaknya yang kelak akan diberi nama Gabriel Marpa dan dibesarkan oleh Atma dan Kuten.
Lama Migmar tak pernah menduga bahwa ia salah membunuh bayi. Ia sama sekali tak menduga bahawa reinkarnasi Lama Agung Nipam akan lahir dari rahim seorang wantia inggris. Merasa telah berhasil membunuh bocah yang ‘terpilih’ Dengan rekayasanya Migmar memperdaya rakyat Tibet dengan menetapkan seorang bocah idiot sebagai reinkarnasi Lama Agung Nipam. Bocah idiot tersebut dijadikannya boneka sehingga kekuasaan secara faktual masih dipegang oleh Migmar.
Selanjutnya kisah dalam buku ini akan berputar pada bagaimaan Gabriel kecil harus menjalani didikan keras dari Pendeta Tzu hinggga akhirnya suatu tragedi menimpa ayah angkatnya dan menyebabkan dirinya terusir dari keluarganya dan mengembara mencari sebuah biara yang mau menerimanya untuk menjadi soerang biksu. Saat itu tak seorangpun tahu kecuali Atma dan pendeta Tzu bahwa ia adalah reinkarnasi Lama Agung Nipam.
Akhirnya ia sampai di biara tempat dimana Migmar dan bocah idiot yang dipercaya sebagai reinkarnasi Nipam berada. Usahanya untuk diterima dalam biara tersebut tidaklah mudah, ia harus menjalani berbagai syarat yang berat. Ketika akhirnya diterima, Gabriel harus melihat kenyataan bahwa biara yang dipimpin Migmar telah mengalami kemerosotan moral. Migmar hanya peduli pada kekuasaan dan kekayaan. Ia hanya memikirkan bagaiman ia dapat terus berkuasa. Ketamakan dan egoismenya begitu besar sehingga ia rela menjual negaranya pada orang-orang Cina.
Kisah diatas terdapat dalam buku pertama sebuah novel grafis – The White Lama : Reikarnasi karya Alejandro Jodorowski dan Georges Bessis. Seluruh kisah kehidupan Gabriel sebagai Rahib Putih ini termuat dalam 6 buah buku yang telah diterbitkan oleh Les Humanoïdes Associés / Perancis pada tahun 1988 hingga 1993.
Jodorowski sendiri adalah seorang jenius kelahiran Chili dan telah menjadi warga negara Perancis. Ia seorang yang multitalent, selain dikenal sebagai figur penting dalam percaturan komik Eropa : bahkan dunia, Jodorowksy juga memiliki seabrek keahlian sebagai produser dan sutradara film alternatif, aktor, dramawan, composer, ahli tarot, filsuf, ahli perbandingan agama, psikoterapis, dll.
Dalam kariernya sebagai penulis komik, Jodorowsky telah menghasilkan lebih dari 20 buah komik yang telah diterjemahkan lebih dari 10 bahasa. Komik yang paling terkenal adalah L’Incal yang digambari oleh Jean Giraud (Mœbius). Dalam komiknya ini Jodoroewsky menggunakan symbol-sombol kartu Tarot yang memang dikuasainya. Komik terbarunya diberinya judul Dayal de Castaka, dengan ilustrator Das Pastoras, Les Humanoïdes Associés, 2007
Sedangkan Georges Bessis adalah illustrator komik yang kariernya sebagai komikus menanjak setelah berkolaborasi dengan Jodorowsky dalam White Lama. Sebelumnya Bess adalah ilsutrator di malajah-majalah Swedia dan juga mengerjakan serial komik The Phantom yang diterbitkan oleh penerbit Skandinavia. Hingga kini Bess masih produktif. Pada tahun 2005 terbit komik karyanya yang juga berlatar Tibet, ‘Pema Ling’, dan kini Bess sedang mengerjakan komik terbarunya yang berjudul Yamantaka, seigneur de la mort (Dubois).
Kolaborasi Jodorowsky dan Bess dalam The White Lama ini menghasilkan sebuah komik berlatar belakang Tibet yang sangat menarik. Tibet yang masyarakatnya dikenal dekat hal-hal gaib dan kedekataannya pada tradisi dan spiritualisme tergambar jelas pada komik ini. Dalam komik ini kita akan menemui hal-hal yang gaib seperti munculnya penyihir Naldjorpa yang bisa menalayang, guru Tzu yang menjelma menjadi dua, munculnya sosok gaib Lama Mirpan dalam diri gabriel kecil, dll. Semuanya itu tercertiakan dan tergambar dengan apik dalam komik ini. Dalam hal tradisi Tibet, komik ini juga mengungkapkan bagaimana ritual penenggelaman bayi yang baru lahir ke sebuah danau es guna menguji ketahanan si bayi akan kondisi dingin yang akan menyertai dia selama hidupnya.
Masuknya budaya barat yang dibawa oleh tentara inggris yang pertama kali menginjakkan kakinya di Tibet juga tergambar dengan jelas di komik ini. Dengan alasan membawa keberadaban pada bangsa Tibet, Inggris mencoba meruntuhkan kepercayaan di Tibet dengan membawa agama baru bagi orang Tibet. Hal ini terlihat pada tokoh Gyalpo dan seluruh keluarganya yang dibabtis secara Kristen dan memiliki nama baru “Yesus” dan anak cucunya diberi nama yesus junior dan yesus kecil dan merubah gaya hidup mereka menjadi gaya barat seperti bermain kriket, perabotan barat dan patung salib di rumahnya.
Jodorowsky tampaknya memahami betul budaya dan spiritualisme Tibet. Selain soal-soal tradisi dan budaya yang telah diungkap diatas, kita juga akan disuguhkan beberapa percakapan yang filososofis, semua ini terangkai secara pas dan tidak berlebihan sehingga tidak mengganggu alur ceritanya. Ilsutrasi yang dibuat oleh Bess juga sangat menarik dan detail sehingga membantu kita memahami isi ceritanya. Kesimpulannya Alexandro Jodorowsky dan Georges Bess mempersembahkan kisah memikat yang menggabungkan unsur-unsur filososif, bela diri, kekuatan supranatural, dan kebangkitan spiritual.
Walau terjemahan komik ini baru hadir di tangan pembaca Indonesia lebih dari 10 tahun sejak terbitan perdananya di Perancis, rasanya tak ada kata terlambat untuk menikmati komik-komik kelas dunia dalam bahasa indonesia. Kabarnya seri berikutnya dari komik ini telah selesai diterjemahkan dan akan segera terbit, semoga tak terlalu lama menunggunya sehingga kita bisa segera menikmati salah satu seri terbaik karya komikus dunia ini secara lengkap.
The White Lama dicetak dengan format yang sama dengan edisi aslinya (format Album) Dari segi terjemahannya, komik ini diterjemahkan dengan sangat baik sehingga pembaca dipastikan tak akan menemui kendala dalam memahami komik ini. Dari hasil cetakannya, karena tidak menggunakan kertas art paper, konsekuensinya beberapa gambar dalam buku ini terlihat kurang terang dibanding edisi aslinya. Hal yang patut dimaklumi karena tampaknya penerbit berusaha menekan harga agar buku ini lebih terjangkau oleh pembaca indonesia.
Saya rasa apa yang diambil penerbit dalam menyiasati kemasan novel grafis ini agar harganya lebih terjangkau sangat tepat. Hasilnya tak mengecewakan dan tidak terlalu berbeda dengan edisi aslinya. Semoga dengan terus diterbitkannya novel-novel grafis bermutu dengan harga yang terjangkau, masyarakat Indonesia mulai tersadarkan bahwa komik bukanlah bacaan anak-anak yang tak berguna. Kini melalui komik, pembaca juga akan mendapat wawasan baru sesuai dengan keragaman komik-komik kelas dunia yang kini bukan hanya menyajikan cerita-cerita superhero belaka.
H Tanzil
Sumber :
- Tulisan ini dimuat ulang dengan seijin dan sepengetahuan H.Tanzil , pemilik tulisan dan blog dibawah ini.
- http://bukuygkubaca.blogspot.com/
Budaya-Tionghoa.Net | Buku Yang Kubaca Blogspot