Budaya-Tionghoa.Net | Hal yang tabu bagi aktivitas menyapu di hari Imlek ini berkaitan dengan legenda Ru Yen. Bahkan dapat dikatakan bahwa Ru Yen inilah dewa rejeki sesungguhnya. Pada catatan Lu Yi Ji menceritakan bahwa jaman dahulu ada pedagang bernama Qi Ming yang berkenalan dengan Qing Hong Jun. Qi Ming amat menghormati Qing sehingga suatu saat Qing mengatakan akan mengabulkan satu permintaan dari Qi. Ada orang yang membisiki Qi agar Qi meminta Ru Yen (keinginan/harapan semoga terkabul).
|
Qing terkejut mendengar permintaan Qi ini dan Ru Yen itu sesungguhnya adalah pelayan wanita Qing. Tapi karena sudah terlanjur berjanji , maka Qing memberi Ru Yen kepada Qi.Ketika Ru Yen tinggal dirumah Qi , ternyata semua keinginan Qi terkabulkan dan akhirnya ia menjadi orang kaya yang sukses. Hingga pada saat hari sincia itu Ru Yen terlambat bangun. Qing amat marah dan hendak memukuli Ru Yen. Ru Yen amat ketakutan dan mengubah dirinya menjadi kecil kemudian bersembunyi diantara tumpukan sampah dipengki. Qi Ming memukuli pengki itu dan berteriak memanggil Ru Yen. Tapi Ru Yen tidak pernah muncul lagi. Sejak itu Qi berangsur-angsur menjadi miskin.
Kebiasaan orang-orang didaerah Kanglam atau Jiang Nan ( Su Hang) itu adalah mengikat atau merangkai uang dan menaruh dipengki kemudian berteriak memanggil Ru Yen. Walau sekarang kebiasaan memanggil-manggil nama Ru Yen tidak ada di kalangan orang-orang selatan ( Fu Jian , Guang Dong dan sekitarnya) tapi kebiasaan tidak membuang sampah keluar rumah dan tidak menyapu pada hari sincia itu masih ada. Harapannya adalah semoga Ru Yen tidak diturut terbuang bersama dengan sampah-sampah itu.
Makna atau pesan moral dari cerita ini adalah jangan berlaku kejam kepada bawahan sendiri. Seorang pedagang atau pengusaha tetap memerlukan pelayan/pembantu dalam hal usaha mencapai keinginan. Termasuk siapapun jangan kejam terhadap karyawan atau pembantu. Karena tanpa mereka juga kita tidak bisa apa-apa.
Budaya-Tionghoa.Net | Facebook Group Budaya Tionghua