KASUS BISNIS – YONGLI VS ICI [Bruner , Mond & Co ]
Di tahun 1917 , Fan mendirikan Yongli Soda Company di Tianjin dengan modal awal 5000 Yuan dan dua puluh tahun kemudian Yongli mencapai kesepakatan dengan Imperial Chemical Industries [Buneimen , Brunner – Mond] dengan memimpin pasar Tiongkok dengan komposisi 55% dan ICI sisanya . Aset Yongli menjelang Sino-Japanese War II meletus adalah 20 juta pound sterling.
ICI masuk pasar Tiongkok sejak tahun 1899 dan berhasil memonopoli dengan memasok 90% impor soda. Fan Xudong dengan semangat bisnis dan patriotisme berhasil mengobarkan tek
Di tahun 1914 , Bruner , Mond & Co mengekspor 32 ribu ton ke Tiongkok langsung . Jumlah ini sekitar 88% dari total impor Tiongkok. Sesudah perang dunia I , perusahaan Inggris ini berusaha kembali menguasai dan memonopoli pasar Tiongkok. Di tahun 1926 , ICI melancarkan perang harga memanfaatkan tariff impor yang rendah di Tiongkok. Harga yang ditawarkan adalah 4.2 yuan / dan . Tujuan ICI adalah menghancurkan perusahaan Yongli yang masih muda. Yongli kelabakan dengan harga yang tidak masuk akal sementara biaya produksi adalah 6.5 yuan / dan , dengan posisi produk ICI lebih baik , harga lebih rendah , tariff impor murah , maka Yongli membutuhkan strategi khusus untuk tetap bertahan hidup. [6]
Fan Xudong memahami betul bahwa pasar di Jepang lebih besar dan berkembang daripada di Tiongkok dimana ICI juga bercokol di Jepang sebagai pasar terpenting. Maka Fan memutuskan untuk menghantam ICI di Jepang. Di Jepang ada persaingan pula antara Mitsubishi yang sudah memiliki produk Asahi Soda dengan perusahaan raksasa lainnya , Mitsui , yang belum memproduksi produk serupa. Karenanya Fan Xudong mendekati Mitsui dengan menawarkan sebagai agen eksklusif dengan kuantitas 20 ribu ton perbulan selama setahun dengan harga yang ditentukan oleh Yongli. [7]
Manuver Fan Xudong ini benar-benar brilian dan menggoncang harga produk soda di Jepang , ICI harus mereduksi harga di Jepang jika ingin bersaing. Karena penjualan Bruner di Jepang lebih besar daripada pasar di Tiongkok , kerugian ICI lebih besar. Selain itu harga di Jepang lebih tinggi daripada harga terendah produk Bruner di Tiongkok. Bruner tetap memprioritaskan pasar Jepang dan akhirnya memberi sinyal pada Fan Xudong bahwa ICI akan menghentikan manuver pemotongan harga di Tiongkok sebagai imbalan Fan Xudong menghentikan aksinya di Jepang. Sejak bulan November 1928 , ICI menjadi member eksklusif Yongli di Jepang selama tiga tahun. ICI juga setuju untuk menjaga selisih harga antara Yongli dengan ICI berkisar 5 persen. [8]
Fan dianggap pengusaha yang punya patriotisme sehingga Mao Zedong sendiri dikemudian hari memuji Fan Xudong sebagai pionir industri dan kontributor yang luar biasa bagi Tiongkok. [9]