Budaya-Tionghoa.Net | Tiongkok adalah salah satu negara yang terluas didunia hasil dari perkembangan peradaban yang kompleks dan berkesinambungan. Dalam wilayah yang luas juga terkandung keragaman suku bangsa dengan perjalanan sejarahnya sendiri (ethnohistorical) dan interaksi kultural diantaranya.
|
JUDUL
An Ethnohistorical Dictionary of China
PENULIS
James Olson
PENERBIT
Greenwood Press, 1998
HALAMAN
446
Buku ini mengurai keragaman etnohistorikal di Tiongkok yang sedemikian beragam dari kawasan China Proper sampai perluasan wilayah yang terjadi di masa Dinasti Qing yang hampir sebagian besar wilayahnya dibawah kedaulatan Republik Rakyat Tiongkok. Demikianlah keragaman itu terbentang dari Yunnan , Xinjiang , Mongolia Dalam , Tibet sampai ke wilayah utara Manchuria. Dan garis perbatasan Tiongkok terhadap India , Myanmar (Burma) , Thailand , Vietnam , Laos , Korea Utara , Rusia , Pakistan , Asia Tengah dan seterusnya.
Penulis buku ini , James Olson , menghadapi berbagai kesulitan dalam mendefinisikan etnisitas . Kalangan antropologis berpendapat bahwa etnisitas adalah sense of identity individual dengan grup yang lebih besar berdasarkan permutasi rasial , religi, linguistik , kemiripan dan interaksi diantara keragaman tersebut.Loyalitas etnis bersifat dinamik mengikuti seperti halnya perkembangan budaya , tidak statis ,dan dipengaruhi oleh faktor ekonomi , demografi dan perubahan sosial-politik.
Dalam kasus di wilayah perbatasan seperti wilayah Manchuria dengan Russia , wilayah Yunnan dengan Asia Tenggara dan wilayah Xinjiang dengan Asia Tengah , satu suku bangsa bisa diberikan definisi yang berbeda dari kalangan antropologis di kedua belah pihak.
Di ranah bahasa di Tiongkok juga bukan dari satu bahasa tapi serangkaian dialek dan sub-dialek. Di kalangan Han sendiri ada delapan dialek dari Mandarin , Wu , Jin , Gan , Xiang , Hakka , Yue dan Min. Mereka ada persamaan religi-filsafat Taoisme , Confucianisme dan Buddhisme Tiongkok tetapi tidak mengerti satu sama lain saat berkomunikasi dalam dialek masing-masing. Jadi semestinya mereka digolongkan kedalam grup atau sub-grup yang berbeda tersendiri. Untungnya diantara perbedaan bahasa ini ada persamaan tulisan sebagai pemersatu. (Di Indonesia seorang merasa dirinya Tionghoa tapi dalam kondisi tertentu ada sense of distinction dengan menyebut diri Hokkian-lang atau Hakka-nyin. Berdasarkan demografi seorang Tionghua juga bisa menyebut dirinya Tenglang Bandung-Semarang-Medan etc.)
Realitas politik baik dalam negri maupun luar negri juga mewarnai benang kusut etnisitas seperti kasus di wilayah Aksai Chin , Tibet , Xinjiang. Untuk itu Olson memberi cakupan etnisitas pada buku ini , “An Ethnohistorical Dictionary of China”, terhadap wilayah kedaulatan Republik Rakyat Tiongkok dan Republik Tiongkok (Taiwan).
Buku ini juga menyertakan lampiran populasi (Appendix A) , dimana Han sebagai yang terbesar disusul suku bangsa lain seperti Zhuang , Manchu , Hui , Miao , Uigur , Yi , Tujia , Mongol , Tibetan , Dong , Yao , Korean , Bai , Hani , Kazak , Li , Dai. Mereka adalah sebagian dari yang populasinya diatas satu juta (data 1990) Han atau Hanren adalah grup etnis terbesar yang memiliki kesamaan kinship (kekerabatan) dan kesamaan leluhur Huangdi , figur mitologi dan pahlawan kultural yang didaulat sebagai leluhur awal (shizu) suku bangsa Han yang mencakup 91.9 persen populasi dengan penggunaan keluarga bahasa Sino-Tibetan dengan keragaman reginalect seperti yang sudah disebutkan sebelumnya.
Etnisitas juga terbentuk karena perpisahan dari grup awal didasari tekanan politik dalam perkembangan sejarahnya. Ambil satu kasus Yugur yang berasal dari Uigur (halaman 385) . Sejarahwan dan arkeolog menelusuri asal usul Yugur sampai ke grup etnis Uigur dimana masyarakat ini memisahkan diri sejak abad 9 Masehi. Pada masa sekitar keruntuhan kerajaan Uigur , dan salah satu grup Uigur berulang kali mendapat serangan dari pasukan Kirgiz. Untuk menyelamatkan diri , orang yang selamat dari pembantaian melarikan diri dari kampung halamannya dan menetap di kawasan yang sekarang dikenal sebagai Dunhuang , Zhangye dan Wuwei di provinsi Gansu. Di masa berikutnya mereka dikenal sebagai juga Hexi Ouigurs. Mereka menyesuaikan diri dengan berbagai kekuatan yang ada disekeliling mereka seperti Tufan , Xixia – Tangut , Mongol dan dominasi Han dimasa Dinasti Ming dan Dinasti Qing. Proses sejarah ini lambat laun melahirkan identitas tersendiri bagi mereka.
Yugur ini bisa digolongkan lagi kedalam subgrup seperti salah satunya adalah Yohur . Mereka juga bisa terpisah kedalam perbedaan bahasa seperti bahasa Yohur yang masuk rumpun Turkic tapi juga masuk dalam keluarga bahasa Altaic secara bahasa. (halaman 382) .
Sedangkan Enger walaupun merupakan subgrup dari Yugur , secara rumpun mereka adalah cabang Mongolia dari keluarga bahasa Altaic. Sementara Yohur dekat dengan Uigur dan Salar — masyarakat Enger lebih dekat ke Bonan , Tu dan Mongolia. Dan keduanya tidak punya sistem tulisan. (halaman 72).
Satu grup bisa menyebar di beberapa negara yang berbatasan seperti Hezhen atau Nanai yang hanya berjumlah ribuan di wilayah Manchuria dan Rusia (halaman 140) sampai salah satu grup etnis besar seperti Miao yang tersebar di Tiongkok selatan dan Myanmar , Thailand , Vietnam , Laos . (halaman 228). Ada kalanya satu kumpulan bergerak menjauhi kawasan asalnya seperti orang Yakut di Tiongkok lebih sedikit daripada rekan-rekannya di Russia. (halaman 372).
Beberapa grup tidak diakui oleh pemerintah seperti Negidal (halaman 257) , Puman (halaman 280) , Rawang (halamn 292) dan seterusnya . Mereka dimasukan ke grup yang diakui pemerintah berdasarkan linguistik , religi , demografi dan perbedaan sosial.
Buku ini juga mengulas kaum aborigin di Taiwan seperti Yami (halaman 372) , Ami (halaman 12) , Atayal (halaman 15) , Bunun (halaman 35) , Paiwan (halaman 271) , Puyuma (halaman 283) , Rukai (halaman 294) , Tsou (halaman 334) , Saisiyat , Thao , Kavalan (halaman 171) , Pazeh (halaman 275) .
10 Februari 2012.
Budaya-Tionghoa.Net | Facebook Group Budaya Tionghoa