Budaya-Tionghoa.Net| Dalam majalah “Liberty” kita melihat satu analisis dari berbagai surat kabar Tionghoa-Melayu yang terkemuka di Jawa , penggambaran dimana ada harganya untuk disajikan pada para pembaca kita. Antara lain ada ditulis : Kita punya S.S.K. Tionghoa-Melajoe. Apa yang kita tulis dibawah ini bukannya pujian dan juga bukan celaan buat salah satu surat kabar. Ini adalah pandangan singkat dari seorang yang berdiri diluar pagar jurnalistik dan kalau tulisan ini keliatan ada memuji satu surat kabar dan mencela surat kabar lain. , seharusnya memang begitu. Seperti garam yang rasanya asin dan gula yang rasanya manis. Kita mulai dengan :
|
PEWARTA SURABAYA
Pimpinan : Tio Ie Soei – RM Bintarti – Tan Kwat Poh
Surat kabar liberal nasionalis dan agak konservatif. Salah satu surat kabar Tionghoa-Melayu yang sejak bertahun-tahun menolak iklan Jepang. Mereka punya editorial yang sopan dan serius dan umumnya bicara soal politik dunia. Mereka punya harga abonemen yang paling tinggi diantara semua surat kabar Tionghoa-Melayu , dengan f. 6,50 perkuartal , tiap hari terbit paling sedikit 3.5 lembar dan sabtu sampai 7 lembar, sehingga menjadi surat kabar Tionghoa-Melayu yang terbit dengan lembaran paling banyak. Pewarta Surabaya dipimpin oleh jurnalis tua , hingga tidak mengherankan kalau sifatnya pun tentram dan sejuk.Satu koran yang sebenarnya tidak begitu “soeroep” untuk terbit di Surabaya , kota yang mempunyai “hawa panas” dan penduduknya terkenal “hangat”. Rasanya Pewarta Surabaya lebih cocok terbit di Semarang dimana penduduknya terkenal “adem”.
SIN TIT PO
Pimpinan : Liem Koen Hian (dibelakang layar) – Oei Gee Hwat – Sie Tjin Gwan
“Indonesisch” dan “Kiri”. Organ semi-official dari Partai Tionghoa Indonesia dan sudah barang tentu isinya bersifat suara partai politik. Sifatnya “hangat” dan “panas”, koran yang cocok dengan sifat penduduk Surabaya. Barisan “bangsa berwarna” punya pemboikotan terhadap Soerabaiasche Voetbal Bond waktu itu ada typisch “Sin Tit Po”.
“MATA HARI”
Pimpinan : Kwee Hing Tjiat (meninggal hari selasa 27 Juni 1939 red) – Tjioe Kim Soey – Siauw Giok Tjan.
Koran yang tidak mempunyai haluan tetap , “eksentrik”, penuh dengan dualisme. Disatu lembaran bisa memaki Jepang , tetapi dilain lembaran bisa memuat iklan-iklan Jepang yang berukuran besar ! Satu-satunya surat kabar Tionghoa-Melayu yang secara tidak tahu malu makan duit Jepang. Disatu lembaran ada sebut-sebut tentang “Indonesia Negeri Yang Kucinta” di lain lembaran bisa menulis tentang “Wali Olanda”. Suka sama sensasi dn mencoba meniru caranya S.S.K Amerikan ; berita tetek-bengek dipasangkan di headlines.
“SOEARA SEMARANG”
Pimpinan : Chan Kok Cheng – Tan Boen Soan.
Setengah “Indonesisch” dan setengah nasionalis , tidak galak dan juga tidak melempem , tidak besar dan juga tidak kecil , dengan pendek surat kabar “tengah-tengah” , atau yang disebut oleh orang Belanda sebagai “De Gulden midden weg”. Pemimpinnya cukup lama tinggal di London dan banyak merasakan suasana di Inggris. Dalam banyak hal ia berlaku seperti gentlemen , seperti caranya orang Inggris, satu sikap yang seharusnya dihargai. KC Chan hampir tidak pernah memaki , ia adalah seorang jurnalis yang gentlemen. Rubrik “Lombok Rawit” yang di-isi oleh Mr Tjabe seperti namanya , ada segar ada pedas. Suatu waktu serius dan suatu waktu rada-rada ……cabul , yang mana sangat disukai pembaca. Ini mengikuti kemajuan jamannya. Ngko Ben Soan, saya sendiri suka membaca apa yang hebat.
“SIN PO”.
Pimpinan : Kwee Kek Beng – Go Tiauw Goan.
Dengan satu perkataan : Super nationalis . Dari situ muncul istilah “Haluan Sinpo”. Musuh dan sahabat secara jujur mengakui bahwa ada satu hal yang Sin Po dimana kita orang Tionghoa bisa merasa bangga. Sin Po merupakan satu surat kabar Tionghoa-Melayu dalam soal oplah , ilustrasi , berita dan lain lain. Sin Po tidak perlu malu untuk dibandingkan dengan koran dari bahasa apapun yang terbit disini. Editornya berbagai latar belakang dari guru sampai pedagang . Tidak mengherankan kalau sifat Sin Po ada mendidik semangat. Sin Po telah mendidik pembacanya untuk percaya pada diri sendiri. Secara singkat , apa yang lain bangsa bisa lakukan , orang Tionghoapun bisa. Orang boleh tidak setuju dengan haluan Sin Po , tetapi orang harus kagum dengan apa yang telah dikumpulkan untuk amal yang telah Sin Po kumpulkan dalam jumlah f. 60 ribu shanghai , shanghai fond f. 260 ribu dan chinese fond lebih dari satu juta rupiah pada masa itu. Apa yang Sin Po dapat kumpulkan lebih besar dari apa yang bisa dikumpulkan seluruh surat kabar dalam berbagai bahasa dijadikan satu.
“KENG PO”
Pimpinan : Injo Beng Goat. Koran orang kecil , koran untuk kaum buruh atau semacam “Daily Herald” dari Jawa. Buat membela kepentingan kaum buruh , ia pernah serang KPM dan Hoppenstedt secara hebat hingga yang belakangan sampai di stop iklannya. Kora ini pernah mempropagandakan lampu tempel dan sahabat baik pa Wongso , sementara ia punya musuh-musuh seperti Tjung See Gan dan Tjiam Kim Hoat. Beng Goat suka membadut , tulisannya segar , lucu dan agak brutal hingga bikin kita teringat pada Dr Lim Yu Tang.
“SIANG PO”.
Pinpinan : Mr Phoa Liong Gie (namanja sadja) – Phoa liong An. Korang yang lebih banyak merugi daripada menguntungkan Mr Phoa. Tapi biar begitu Mr Phoa mencoba mempertahankan sebisa-bisanya. Ini perlu untuk ia punya penghidupan sebagai politikus dan advocaat. Praktis pimpinan ada ditangan Phoa Liong An yang merupakan orang baru dikalangan jurnalistik. Dalam perjalanan awal ia mencoba berlaku gentleman seperti KC Chan , tetapi sudah makan sedikit asam garam ia menjadi setengah ulung. Siang Po mempunyai “saudara muda” Kong Hoa Po , tetapi lantaran kita kuatir ini tulisan menjadi terlalu panjang , maka kita hentikan sampai disini saja.
“HONG PO”.
Hong Po , surat kabar dari Hoo Hap tidak kita bicarakan , ia baru terlahir dan masih terlalu pagi buat orang bisa menarik penilaian tentang dirinya.
Catatan Admin : Dialih bahasa bebas oleh admin dari tulisan sebelumnya di Mailing-List Budaya Tionghua , Tjamboek Berdoeri 28 , Arsip no 18713 , 16 April 2006
Budaya-Tionghoa.Net | Mailing-List Budaya Tionghua | Facebook Group Budaya Tionghoa