Budaya-Tionghoa.Net | Para pendatang Tionghoa dapat dikelompokkan berdasarkan kelompok bahasa atau dialek yang mereka pergunakan, secara garis besar dapat di bagi menjadi tiga kelompok besar, yaitu dialek Min ( 閩 ) yang lebih dikenal sebagai dialek Fu Jian / Hokkian, dialek Yue ( 粵 ) dimana orang mengenalnya sebagai dialek Guang Fu / Konghu / Canton, dan dialek Ke ( 客 ) disebut sebagai dialek Hakka.
|
Kelompok berbahasa Fu Jian datang ke Indonesia melalui pelabuhan Xia Men, mereka berasal dari daerah Fu Jian Selatan dan Fu Jian Tengah. Kelompok Fu Jian merupakan orang Tionghoa yang pertama kali menetap di Indonesia dalam jumlah besar, dan telah hidup di Indonesia selama beberapa generasi.
Kelompok Heng Hua berasal dari Pu Tian, dan berusaha di bidang suku cadang sepeda atau sepeda motor. Selain itu, kelompok ini bergerak di bidang persewaan becak, hampir semua pengusaha di bidang ini berasal dari kelompok Heng Hua.
Kelompok Hok Cia yang berasal dari daerah Fu Qing di propinsi Fu Jian bagian Tengah. Kelompok ini kebanyakan bergerak di bidang perdagangan kain, dan dahulu mereka tinggal di jalan Gang Warung dan Gang Pasar Baru. Perkumpulan kelompok ini bernama xxxxx di jalan Gajah.
Kelompok Fu Jian, Hok Cia, dan Heng Hua mempunyai dialek yang hampir sama satu dengan yang lain, sehingga mereka dimasukkan dalam kelompok bahasa Min Nan. Di Semarang masyarakat berdialek Min Nan mempunyai perkumpulan yang bernama Min Nan Gong Hui ( 閩 南 公 會 ) di jalan Petudungan.
Kelompok berdialek Hakka kebanyakan berasal dari daerah Fu Jian bagian Selatan dan Guang Dong bagian Utara, merupakan kelompok terbesar kedua setelah kelompok Fu Jian. Mereka berusaha di bidang kelontong, grosir, dan peralatan rumah tangga. Kebanyakan berasal dari daerah Mei Xian di propinsi Guang Dong. Toko obat di daerah Pecinan pada umumnya diusahakan oleh kelompok Hakka yang berasal dari daerah Yong Ding, suatu daerah di Fu Jian bagian Selatan. Kelompok Hakka mempunyai perkumpulan bernama Ke Jia Gong Hui ( 客 家 公 會 ) yang beralamat di Kompleks Ruko Bubaan B-11 Semarang.
Kelompok Guang Fu berasal dari daerah delta Sungai Mutiara dan bagian Barat propinsi Guang Dong. Mereka pada umumnya datang ke Indonesia dengan membawa modal yang lebih besar dan mempunyai ketrampilan bertukang. Orang Guang Fu terkenal sebagai tukang-tukang yang mahir, pekerja mesin, pemilik toko besi atau industri kecil, pengusaha rumah makan, fotografi, dan bidang perhotelan. Seperti kelompok lainnya, kelompok Guang Fu juga memiliki perkumpulan yang bernama Guang Xiao Hui Guan di jalan Karanganyar 30.
Selain kelompok di atas, terdapat pula kelompok-kelompok dialek lain yang lebih kecil, misalkan: Chao Zhou ( Teo Chew ), dan Hu Bei.
Kelompok Chao Zhou berasal dari daerah Chao Zhou dan Shan Tou di propinsi Guang Dong mereka pada umumnya mempunyai spesialisasi di bidang pertanian dan perdagangan hasil bumi. Gedung perkumpulannya bernama xxxx di jalan Villa Marina F-12. Secara geografis, daerah asal kelompok Chao Zhou berdekatan sekali dengan kelompok Hakka.
Kelompok Hu Bei datang dari propinsi Hu Bei di Tiongkok bagian tengah, jumlah mereka tidak banyak, hal ini kemungkinan disebabkan letak geografisnya jauh dari pantai. Yang menarik dari kelompok ini adalah hampir semuanya berprofesi sebagai tukang gigi. Mereka memadukan seni pengobatan tradisional Tiongkok dengan peralatan modern Barat. Bahasa yang mereka pergunakanpun adalah bahasa Mandarin. Kelompok ini tidak mempunyai perkumpulan berdasarkan bahasa, namun pada jaman dulu terdapat perkumpulan Zhong Zhao Wa Ya Yue Gong Hui ( 中 爪 哇 牙xx 公 會 / Perkumpulan Tukang Gigi Jawa Tengah ).
Kelompok Hok Chiu kebanyakan berprofesi sebagai tukang emas di daerah Gang Pinggir.
Budaya-Tionghoa.Net | Facebook Group Budaya Tionghoa