Budaya-Tionghoa.Net | Di grup Facebook , salah satu rekan memforward satu artikel untuk mengenai Li Shi Min dari salah satu blog. Dia menilai artikel itu terlalu ideal. Sebenarnya artikel itu sudah beredar bertahun-tahun termasuk di Mailing-List Budaya Tionghua [Arsip 38777 , Desember 2008]. Dalam artikel itu Li Shi Min digambarkan sedemikian baik hati . Hubungan dia dengan para mentri seperti ayah dan anak. Bahkan Li Shi Min ikut menangis bersama prajurit saat datang ke upacara untuk mengenang prajurit yang gugur. Li Shi Min sebagai kaisar juga mengundang tentara untuk beristirahat disisi tempat tidurnya. Dikabarkan lagi bahwa Li Shi Min mengisap luka jendral Li Simo yang terluka karena panah. Apakah cerita diatas tidak terlalu berlebihan ?
|
Yah , memang terlalu berlebihan. Sebelumnya di situs Budaya Tionghoa ini ada artikel pendahuluan mengenai Li Yuan yang terdiri dari empat halaman. [klik link] Dalam tulisan ini dijelaskan pergerakan awal klan Li sampai mencapai kekuasaan dengan segala kontroversinya. Salah satu contohnya adalah perihal kontribusi Li Yuan dan Li Shimin. Dalam dua catatan tradisional , Li Yuan digambarkan sebagai seorang figure yang medioker , kurang bergairah , sama sekali tidak berambisi. Gambaran mengenai Li Yuan ini bertolak belakang dengan anaknya , Li Shimin , yang pada tahun 617 , masih berusia 17 tahun. Li Shimin digambarkan sebagai pemimpin militer yang brilian, berambisi , kuat dan berkharisma. Jadi menurut pandangan ini, kredit pendirian Dinasti Tang sudah selayaknya jatuh kepada Li Shimin.
Versi lain menyebutkan bahwa Li Yuan memang otak dibalik pemberontakan dan memimpin kampanye untuk menaklukan Dinasti Sui. Berbeda dengan gambaran diatas , Li Yuan dalam narasi ini digambarkan sebagai pemimpin yang berani dan strategist handal. Li Shimin dalam versi ini adalah pemeran sekunder dan tidak lebih besar kontribusinya dibandingkan dengan Li Jiancheng 李建成 [589-626 M]. Terlepas dari kontroversi itu , Dinasti Sui menemui akhir ketika klan Li bergerak dari utara , Taiyuan menuju Daxingcheng [Chang’an] dan dilanjutkan oleh kampanye pasifikasi ke selatan. [1][2]
Babak berikutnya dalam kehidupan Li Shimin adalah bertarung menuju kekuasaan melawan saudara-saudaranya termasuk calon pewaris tahta , Li Jian Cheng dan saudara lainnya Li Yuanji. Li Yuan berusaha menghindari ketegangan diantara anak-anaknya dengan membuat pangeran mahkota Li Jiancheng dan Li Shimin tidak kontak langsung satu sama lain. Li Yuanji dan Li Jiancheng melakukan manuver politik yang membuat dua orang paling penting bagi Li Shimin , yaitu Fang Xuanling dan Du Ruhui sempat dipecat. Salah satu jendral Li Shimin , Yuchi Jingde , lolos dari pembunuhan yang diupah Li Jiancheng dan Li Yuanchi. Ini hanya dari sekian intrik diantara klan Li . Dalam beberapa intrik , sejumlah sejarahwan meragukan bahwa Li Jiancheng memang terlibat , ada yang percaya bahwa hal tersebut di fabrikasi oleh Li Shimin dan para pendukungnya. [3]
Pada akhirnya Li Shimin memutuskan untuk memplot rencana untuk menghabisi (membalas) saudara-saudaranya. Li Shimin menyuap komandan pengawal istana di gerbang Xuanwu yang terletak di tembok utara ibukota Chang’an . Gerbang ini strategis karena memberikan akses ke istana. Li Shimin kemudian melakukan manuver yang membuat Kaisar memanggil Li Jiancheng dan Li Yuanji ke istana karena masalah skandal mereka dengan wanita-wanita dari istana harem. Li Shimin dengan 12 orang kepercayaannya sudah menunggu kedatangan mereka kemudian menghabisi Li Jiancheng dan Li Yuanji dihabisi oleh Yuchi Jingde.[4] Pengikut Li Jiancheng dan Li Yuanji berusaha untuk balas menyerang gerbang tapi moral mereka jatuh dengan kepala majikan mereka yang ditampilkan dengan sengaja. Berikutnya Li Shimin mengambil alih kekuasaan dari ayahnya menjadi Tang Taizong [mengenai Insiden gerbang Xuanwu mungkin akan dibahas di tulisan lain] . Sudah barang tentu Li Shimin yang konon baik hati ini akan menghabisi juga “keponakan”-nya untuk mengamankan potensi ancaman dikemudian hari.
Masa awal kepemimpinan Li Shimin atau Tang Taizong menggambarkan pemerintahan ideal atau “di-ideal-kan” , ini berkat usaha dirinya sebagai penguasa untuk mempengaruhi catatan sejarah , dan pada gilirannya mempengaruhi kaum sejarahwan dan Confucian.[5] Tang Taizong pada saat baru berkuasa mengatakan bahwa “penguasa bergantung pada negara dan negara bergantung kepada rakyat. Menindas rakyat untuk membuat mereka patuh pada penguasa itu sama saja memotong daging sendiri untuk mengisi perutnya sendiri. Perut terisi tetapi tubuh terluka.” Deklarasi ini membawa dia pada popularitas. Di tahun 627 , Tang Taizong mengambil nama masa pemerintahannya sebagai Zhenguan. Di kalangan sejarahwan dianggap sebagai pemerintahan yang baik masa Zhenguan”. Model kepemimpinan ini yang menginspirasi penguasa berikutnya seperti masa pemerintahan Kubilai , masa pemerintahan Qianlong dan bahkan Tokugawa Ieuyasu [6]
Gambaran ideal ini hanya berlangsung pada tahun-tahun awal masa kepemimpinannya. Dipertengahan tahun 630 , Tang Taizong mengerahkan kekuatan untuk konsolidasi dan perluasan kekaisaran di perbatasan. [7] Dia mulai percaya diri dan membangun berbagai mega proyek dan menghamburkan biaya dan tenaga kerja. Jika dimasa awal pemerintahannya , Tang Taizong jarang mengadakan berburu formal seperti yang sering dilakukan oleh ayahnya dan saudaranya , Li Yuanji. [8] Dimasa pertengahan kepemimpinannya , Taizong , malah semakin sering berburu. Secara tidak langsung aktivitasnya itu menjauhkan dia dari pemerintahan. Suatu ketika Tang Taizong mengamati bahwa tutor dari pangeran tidak becus mendidik anaknya. Untuk kejahatan seperti itu dia pantai mati. Liu Fan menjawab :”Kepala mentri anda Fang Xuanling mengabdi kepada baginda sejauh ini tidak sanggup mencegah baginda dari berburu “”. Taizong kemudian pergi keluar dalam kemarahan besar.[9]
Ketidakpuasan para pejabat terhadap kepemimpinan Tang Taizong adalah meninggalkan prinsip awal kepemimpinannya. Dua dekade terakhir kepemimpinannya diwarnai dengan perselisihan dengan pejabat. [10]Di tahun 637 , Ma Chou mengeluhkan tentang naiknya beban labour services dan tentang bagaimana Taizong mulai bersikap tidak acuh kepada rakyat . Ma memberikan nasehat agar Taizong kembali kepada kebijakan awalnya.[11] Di tahun berikutnya Wei Zheng [580-643] juga mengeluhkan perubahan gaya administrasi kaisar sejak 627 , dan meningkatnya arogansi , kepuasan diri dan pemborosan uang negara.[12] Taizong mulai merasa puas dan aman dan merumuskan kebijakan sendiri tanpa mengindahkan pendapat para pejabat. Dia mulai gusar dengan kritik dan mengintimidasi siapa saja yang tidak sepakat dengan dirinya.
Dari sini sudah terlihat bahwa Li Shimin untuk mencapai kekuasaan perlu membantai kakak-kakaknya (dan keponakan-keponakannya) , menyingkirkan ayahnya . Di masa akhir Li Shimin tidak lagi sebagai pemimpin yang ideal seperti di masa awal dan menghabiskan masa akhir kepemimpinannya dengan penghamburan uang dan tenaga yang pada gilirannya membebani rakyat . Dia juga tidak menghormati saran pejabat-jabatnya sehingga orang yang paling setia seperti Fang Xuanling di tahun 648 , menjelang kematiannya di tempat tidurnya dengan sedih mengamati bahwa pada saat itu tidak ada seorangpun di pemerintahan berani membantah Taizong .[13]
Referensi :
- Mark Erdward Lewis , “ China’s Cosmopolitan Empire “ , The Belknap Press Of Harvard University Press , Cambridge , 2009
- Twitchet , Fairbank , “The Cambridge History of China : Volume 3 , Sui and T’ang China 589-906 Part I ” , Cambridge University Press , 1979
[1] Pola utara ke selatan ini menjadi ciri khas pergantian kekuasaan di Tiongkok di masa berikutnya seperti Mongol-Yuan , kemudian Manchu-Qing yang merangsek maju dari utara kemudian secara bertahap menaklukan satupersatu wilayah selatan. Pola ini terjadi lagi saat Pasukan PLA merangsek maju dari kawasan Manchuria terus keselatan merontokkan satu persatu kekuatan pasukan KMT.
[2] Untuk keseluruhan lihat artikel http://web.budaya-tionghoa.net/the-history-of-china/the-history-of-tang-dynasty/1609-li-yuan-pendiri-dinasti-tang-?start=1 , yang terdiri dari empat halaman.
[3] Cambridge , p184
[4] Menurut Nunome Chofu , “Genmu Mon no hen” , ada 12 pengikut , bukan sembilan seperti yang ada dalam catatan tradisional mengenai kudeta tersebut.
[5] Mark Lewis , p34
[6] Cambridge , op.cit. , p191
[7] Taizong mendeklarasikan dirinya sebagai “Heavenly Emperor” dan “Heavenly Qaghan”. Konflik perbatasan terjaga baik dimasa Taizong dan akan kembali bergejolak pasca wafatnya.
[8] Aktivitas berburu seringkali mirip dengan maneuver militer skala besar daripada acara berburu sederhana , selain memboroskan uang negara dan membebani rakyat
[9] Cambridge , CTS 77 , p2681
[10] Mark Lewis , p34
[11] CTS 74 , pp 2615-18 dalam “The Cambridge History of China : Volume 3 ,
[12] Wei Chen-kung chien-lu , edn of Wang Hsien-kung (Changsha , 1883) , I , p232 dalam “The Cambridge History of China : Volume 3 ,
[13] TCTC 199 , p6260 dalam “The Cambridge History of China : Volume 3 ,
Budaya-Tionghoa.Net | Mailing-List Budaya Tionghua | Facebook Group Budaya Tionghoa