“There was never a Cuban Chinese deserter, There was never a Cuban Chinese traitor.”
Budaya-Tionghoa.Net | Bulan Februari 2006 yang lalu yaitu pada Pameran Buku Internasional Havana di Kuba (Havana International Bookfair) telah diluncurkan sebuah buku yang menjadi salah satu “best-seller” pada pameran tersebut yaitu mengenai Sejarah Tiga Jendral Tionghoa-Kuba didalam Revolusi Kuba, judul bukunya adalah “Our History is Still Being Written: The Story of Three Chinese-Cuban Generals in the Cuban Revolution¡” yang diterbitkan oleh Pathfinder Press dalam bahasa Inggris dan Spanyol dan pada Amazon.com website buku ini mendapat predikat tertinggi yaitu lima bintang (Average Customer Review). Harian “Granma” dan kantor berita Kuba “Prensa Latina” mengulas dan membuat resensi lengkap mengenai buku ini yang menceritakan tentang peranan warga Tionghoa-Kuba dalam Revolusi.
|
Sampai sejauh ini sedikit orang di luar Kuba mengetahui tentang peranan warga Tionghoa dalam revolusi dan pembentukan negara Kuba , nama yang paling popular dikenal oleh masyarakat internasional dalam revolusi Kuba adalah commandante Ernesto Che Guevarra¡ seorang doktor kelahiran Argentina yang akhirnya dibunuh dalam operasi militer yang dikendalikan oleh CIA di Bolivia pada tahun 1967. (selain adanya persaingan pribadi antara Che Guevarra dengan Fidel castro, Che Guevarra dianggap condong pada pro garis Peking (Mao Tse Tung) yang bertentangan dengan garis kebijaksanaan politik Fidel Castro yang condong pro Moskow dan akhirnya Che meninggalkan Kuba lalu bergabung dengan gerakan revolusioner dan gerilyawan di Bolivia)
Terbitnya buku ini terkait dengan perkembangan hubungan antara Kuba dan Tiongkok yang dalam beberapa tahun belakangan ini menghangat kembali, terutama sejak kunjungan masing-masing antara kepala negara seperti pada kunjungan Presiden Jiang Ze Min ( 2001) dan Hu Jin Tao (2004) ke Kuba dan kunjungan Fidel Castro ( 1995 dan 2003) serta saudaranya Raul Castro (1997 dan 205) ke Tiongkok.
Sebelumnya selama 25 tahun (1960-1985) hubungan antara kedua negara ini berjalan dingin karena Kuba pada waktu itu lebih condong ke Uni Soviet (Rusia sekarang) dan pada saat kini Pecinan ,China-Town Havana (Barrio Chino de La Habana) telah direnovasi kembali dan sejak tahun 2000 telah didirikan sebuah sekolah lagi yang mengajarkan bahasa Mandarin di Havana walaupun penduduk Tionghoanya sudah tinggal sedikit serta kerjasama ekonomi antara kedua negara tersebut sekarang lebih intensif daripada sebelumnya (Kuba sampai kini masih diembargo oleh Amerika).
Dengan latar belakang dan kondisi politik yang kondusif ini maka terbitlah buku tersebut yang telah disambut positif oleh pemerintah dan masyarakat Kuba .
[Foto Ilustrasi : Wilder Mendez , ” Dragones Street Havana’s Chinatown Core” , 2000 , Public Domain]
Buku ini mengisahkan sejarah tentang tiga orang Tionghoa yang ikut dalam revolusi di Kuba yaitu Jendral Armando Choy, Jenderal Gustavo Chui dan Jenderal Moises Sio Wong, ketiga orang Tionghoa ini bergabung dalam Angkatan Bersenjata Revolusioner Kuba (Cuba’s Revolutionary Armed Forces) dan berperan aktif berjuang dalam revolusi yang menggulingkan rejim Batista yang didukung oleh Amerika pada tahun 1959 dan bersama dengan Fidel Castro¡ dan Che Guevarra¡± ikut bergerilya dari pegunungan Sierra Maestra sebagai basis revolusi (seperti Yan¡¯an-nya Kuba di propinsi Shaanxi).
Mereka merupakan salah satu dari sejumlah warga Tionghoa-Kuba yang ikut berpartisipasi dalam revolusi dan pembentukan nasion dan negara Kuba. Ketiga orang ini juga ikut berperan dalam menggagalkan invasi tentara bayaran Anerika di teluk Babi (Bay of Pigs) pada tahun 1961 dan antara tahun 1975 -1988 mereka telah ikut serta beberapa kali dalam misi kemiliteran di Angola (Afrika) untuk membantu pemerintah Angola melawan infiltrasi bersenjata rejim apartheid Afrika Selatan waktu itu dan pada saat kini ketiga-tiganya masih aktif duduk memegang jabatan dalam lembaga pemerintahan Kuba.