AIR MATA CANGJIE
Ketika langit di atas bumi menguning menjadi gelap dan alam semesta menjadi tandus. Pangu menciptakan alam semesta, langit dan bumi lahir Nuwa menciptakan manusia, berawal dari wanita Cangjie menemukan karakter huruf Tiongkok, memberikan sinar kebijaksanaan kepada rakyat Tiongkok. Sejak itu, budaya Tiongkok tumbuh bermekaran selama puluh ribuan tahun dalam sejarah
Suatu hari, para Dewa mengadakan perjamuan besar di atas Gunung Hua di Tiongkok. Pesta ini diadakan setiap 100 tahun sekali, para Dewa datang dari berbagai tempat untuk menikmati perjamuan tersebut. Di suatu sisi lain Gunung Hua, Cangjie dan muridnya, Wentong, sedangduduk menikmati dinginnya cuaca di bawah pohon besar. Setelah beberapa waktu.
[Foto Ilustrasi oleh Admin :”Gambar Cang Jie , figur mitologis pencipta sistem penulisan Tionghua” , Beijing , 1685 , Wikimedia , Public Domain ]
Wentong: “Guru, saya dengar andalah yang menemukan karakter huruf Tionghoa!”
Cangjie: “Saya tidak berani mengatakannya. Sebenarnya saya membawa karakter tersebut dari langit untuk Tiongkok. Karakter huruf Tionghoa sangat mendalam dan mengandung arti yang luas. Karena mereka sebagai media yang sangat cerdas untuk menyebarkan dan melindungi kebudayaan Tiongkok.”
Wentong : “Karakter huruf Tiongkok benar-benar bermakna! Guru, di Gunung Hua ada perjamuan besar hari ini. Tidakkah anda pergi menghadirinya?”
Cangjie : “Saya lebih suka tinggal di sini untuk beberapa saat. Engkau pergi saja sendiri. Jika ada sesuatu yang unik terjadi, cepatlah kembali dan ceritakan padaku.”
Kemudian Wentong pergi ke perjamuan itu sendirian. Di sana banyak sekali Dewa yang menikmati pesta tersebut. Mereka saling menyapa dan berdiskusi satu sama lainnya. Setelah beberapa saat, salah satu Dewa memberikan kartu namanya ke Wentong. Wentong melihatnya dan bertanya
ingin tahu.
Wentong : “Dewa, anda mempunyai nama yang sangat spesial.”
Dewa: “Ha..ha… Apa maksudmu nama yang spesial?”
Wentong : “Ah tidak. Hanya sangat aneh.”
Dewa : “Bagaimana bisa.”
Wentong : “Lihat, di sini tertulis, “Orang Aneh dari Utara”.
Dewa : “Ah, kamu salah. Itu tertulis, “Orang Bijak dari Utara” (Dalam huruf singkat Mandarin yang diciptakan oleh PKC, “bijak” ditulis sebagai () yang menyerupai huruf () yang berarti aneh.”
Wentong : “Namun masih tetap saja terlihat sebagai kata “aneh” walau bagaimanapun saya melihatnya.”
Dewa : “Anda mungkin tidak akrab dengan huruf singkat Mandarin yang sedang trend di dunia manusia sekarang.”
Wentong menatapnya dengan bingung. Dia membawa kartu nama itu kepada gurunya. Cangjie melihat tulisan di kartu itu. Dia dapat mengenal beberapa huruf Mandarin yang telah berubah itu, namun ada beberapa huruf yang lain telah berubah sepenuhnya, dia tidak habis pikir mengapa bisa begitu. Cangjie sangat kecewa.
Wentong : “Guru, huruf dalam kartu itu terlihat aneh, namun mereka lebih sederhana bentuknya. Pasti lebih mudah untuk menulisnya. Ah, saya menyukainya”
Selagi Wentong masih tersenyum gembira, Cangjie memukul kepalanya.
Cangjie : “Lupakan tentang kemudahan ataupun lebih cepat. Ada pepatah Tiongkok bilang “terburu-buru akan percuma”. Setiap goresan dalam karakter tulisan Tionghoa mempunyai arti khusus. Saat kamu merubah bentuknya, kamu telah merubah maknanya. Dampaknya akan sangat hebat. Kita sudah seharusnya tidak merubah atau merusak karakter huruf Tionghoa jika hanya untuk membuat lebih mudah dalam menulisnya.”
Wentong : “Saya mengerti”
Cangjie : “Wentong, saya pikir kita harus turun ke dunia manusia dan memeriksa kerusakan huruf Tionghoa di dunia manusia.”
Lalu mereka segera turun ke Bumi. Mereka sampai di Tiongkok. Mereka mengelilingi seluruh Tiongkok dan berjalan diseluruh jalan-jalan utama dan setapak. Apa yang mereka temui seluruhnya adalah huruf singkat mandarin. Cangjie tidak dapat menahan airmatanya, dia telah
bekerja keras untuk mengajarkan nenek moyang orang Tionghoa namun hari ini semuanya menjadi rusak.
Murid: “Guru, beberapa karakter mempunyai banyak sekali coretan. Akan membuang banyak waktu untuk belajar menulisnya.”
Guru: “Setiap goresan dalam sebuah huruf Tionghoa mempunyai asal usulnya. Kadangkala, satu huruf bisa menjadi sebuah rintangan untuk kita waktu pertama kali menulisnya, namun begitu bila kalian mengerti makna yang terkandung di dalamnya, kalian tidak akan pernah melupakannya.”
Guru: “Mari kita mengambil contoh huruf “bijak” (). Di atas huruf tersebut ada dua kata dasar: telinga () dan mulut (). Ini berarti kebijaksanaan itu harus dapat mendengar dengan bijak sehingga dapatmembedakan benar dan salah, juga harus penuh belas kasih sehingga dapat menyebarkan Tao. Hanya di saat seseorang dapat menjunjung budi pekerti yang tinggi, dia akan menjadi seorang yang bijaksana. Jika kalian merubah atau menghilangkan dua goresan ini hanya demi kemudahan, dari () menjadi (), orang ini sangat mungkin tidak dapat mendengar atau berbicara dengan bijaksana. Dan kemudian dia tidak dapat lagi dikatakan kebijaksanaan.
Sungguh sayang memang, tapi sudah terlanjur dirubah, setidaknya masih ada orang-orang Tionghoa di berbagai negara yang melestarikan huruf tradisional yang tidak diubah-ubah, budaya Tionghoa luhur yang sungguh tak ternilai.
Di Indonesia sendiri, generasi tua masih menguasai bahasa Tiongkok asli, banyak dari mereka sudah mempelajarinya sebelum mulai dirubah pada tahun 1949. Kita dapat belajar dari mereka, anak cucu juga disarankan apabila mulai mempelajari mandarin, tetap harus belajar huruf asli, artinya semua orang dapat memahami, tidak mungkin terjadi penyimpangan makna, anda tulis semua orang dapat faham.
KANARIYA CHANDRA
Catatan Admin : Lihat juga tanggapan terhadap tulisan opini ini dari rekan-rekan member lain.
Budaya-Tionghoa.Net |Mailing List Budaya Tionghua | Facebook Group Budaya Tionghua