Budaya-Tionghoa.Net | Pada tanggal 18 – 28 Juni 2006, kapal layar Gotheborg dari Swedia akan singgah di Tanjung Priok, Jakarta sebagai pelabuhan “Port of Call” dalam rangka ekspedisi pelayarannya dari kota Gothenburg di Swedia menuju Canton (Guangzhou) dan Shanghai di Tiongkok untuk memperingati 260 tahun pelayaran kapal dagang Gotheborg ke Tiongkok pada tahun 1742-1745..
|
Kapal layar Gotheborg (nama kota tempat kapal itu berasal) yang sekarang akan singgah di Jakarta ini adalah sebuah kapal layar replika dari kapal Gotheborg asli yang digunakan 260 tahun yang lalu oleh maskapai perdagangan Swedia ( The Swedish East India Company) atau disebut SOIC (didirikan tahun 1731) yang serupa dengan VOC-nya Belanda dalam rangka kegiatan perdagangan melalui jalur laut antara Swedia dan Tiongkok pada abad ke 18, jalur perdagangan melalui laut atau maritim ini sering disebut juga sebagai ” Silk Road of the Sea” (Jalur Sutera Laut). Pada bulan September 1745 ketika kapal Gotheborg ini kembali dari pelayarannya yang ketiga kalinya dari Whampoa (dekat Guangzhou) kapal ini kandas didekat pelabuhan Gothenburg di Swedia ketika hampir tiba dari perjalanannya yang telah menghabiskan waktu 2 tahun lamaya mengarungi lautan.
Kerangka kapal Gotheborg ini diketemukan kembali didasar laut oleh seorang penyelam amatir pada tahun 1985 dan telah menjadi topik berita Nasional dan Internasional karena merupakan bagian dari sejarah maritim perdagangan Swedia dan kota Gotheburg pada khususnya, dan pada tahun 1986 – 1992 telah diadakan penggalian kembali sisa-sisa bangkai kapal tersebut berserta muatannya dari dasar laut dan kemudian timbul sebuah gagasan untuk membuat replikanya yang dibuat menyamai dengan bentuk yang aslinya pada tahun 1994-2004 di galangan kapal asalnya Terra Nova di Eriksberg.
Pembuatan replika kapal Gotheborg dan rencananya untuk merintis ulang pelayarannya ke Tiongkok dengan rute seperti 260 tahun yang lalu serta sekaligus untuk memperingati 55 tahun terjalinnya hubungan diplomatik antara Swedia dan Tiongkok telah menarik banyak perhatian pemerintah dan publik Tiongkok dan pada tahun 1994 Ketua Kongres Republik Rakyat Tiongkok Li Ruihan hadir pada peresmian galangan kapal Terra Nova tersebut dan Menteri Luar Negeri Tiongkok Li Zhaoxing serta Wakil Perdana Menteri Wu Yi berturut- turut berkunjung ke galangan kapal tersebut pada tahun 2004 saat kapal tersebut mendekati tahap penyelesaian.
Kapal Gotheborg yang berukuran panjang 50 meter dan berbobot 1150 ton ini dengan kecepatan 6 knot memulai ekspedisi pelayarannya dari Swedia sejak Oktober 2005 tahun lalu dan dilepas oleh raja Swedia Karel Gustaf, dan sesudah mampir di pelabuhan Cadiz di Spanyol, Recife di Brasilia dan Cape Town di Afrika Selatan kapal ini berlayar mengarungi lautan Hindia dan singgah di Fremantle (Australia) pada 13 Mei lalu sebelum melanjutkan perjalanannya lagi menuju Jakarta sebagai bagian kaki ke 5 perjalanannya (Leg 5 – Fremantle-Jakarta) serta akan bersandar di pelabuhan Tanjung Priok pada tanggal 18 Juni 2006 (sekarang sedang berlabuh di perairan kepulauan seribu) dan sekaligus akan ikut serta meramaikan ulang tahun Jakarta yang ke 479 pada tanggal 22 Juni 2006 mendatang ini dan sesudah tanggal 28 Juni 2006 kapal akan meninggalkan Jakarta berlayar menuju ke Guangzhou (Leg 6 Jakarta-Guangzhou), kapal yang berawak 80 orang ini berlayar menuju Jakarta dari Fremantle mensertakan juga beberapa awak kapal dari Indonesia yaitu empat kadet AAL Indonesia, wartawan Kompas dan kru Metro TV serta kru CCTV Tiongkok.
Pada abad ke 18 kapal Gotheborg ini membawa bahan mentah besi baja dan kayu untuk ditukarkan dalam perjalanannya ke Canton dengan mata uang perak (piastres) Spanyol di kota pelabuhan Cadiz di Spanyol (seperti Dollar sekarang) lalu dipergunakan nanti sebagai mata uang yang akan ditukarkan dengan produk-produk Tiongkok yang sangat diminati oleh orang-orang Eropah seperti Sutera, Keramik/Porselin, Teh, tumbuhan parmasi, barang Metal dan sebaliknya sedikit produk-produk Eropah yang diminati oleh Tiongkok sendiri kecuali uang peraknya , sehingga terjadi surplus perdagangan dengan negara- negara asing lainnya pada wakti itu,. (keadaan yang hampir sama pada saat kini dimana Tiongkok memiliki cadangan devisa yang terbesar jumlahnya didunia).
[Foto Ilustrasi (by Admin) : Takeaway , Amsterdam Sail 2010 – Gotheborg , Agustus 2010 , Wikimedia ]
Di Jakarta kapal Gotheborg ini bukan hanya sekedar mampir untuk mengisi kebutuhuan logistiknya saja untuk perjalanan selanjutnya tetapi juga melakukan aktivitas perdagangan seperti membeli rempah- rempah dari para pedagang di Batavia (Jakarta) yaitu Lada dan termasuk Teh dan ketika kapal Gotheborg singgah di Batavia pada tahun 1743, (dalam tiga kali perjalanannya menuju Tingkok pernah berlabuh hampir 5 bulan di Batavia) dan kemungkinan besar bahwa penduduk Tionghoa yang berdagang pada waktu itu sudah berkurang karena tiga tahun sebelumnya yaitu pada tahun 1740 terjadi pembunuhan masal terhadap penduduk Tionghoa di Batavia oleh VOC (dibawah Gubernur Jenderal Adriaan Valckenier) dan orang-orang Tionghoa yang lolos dari pembantaian tersebut (holocaust in Batavia) pertama-tama melarikan diri ke Bekasi dahulu dan setelah dikalahkan disana lalu menuju ke Timur (Jawa Tengah) menyusur sepanjang daerah pesisir dan bergabung dengan warga Tionghoa lainnya di Jawa Tengah melawan Belanda yang dikenal dengan sebutan “Perang Cino” serta sempat menghancurkan pos-pos VOC di Semarang, Juwana, Pati dan Rembang dan pemberontakan ini baru dapat diakhiri pada tahun 1743, yaitu tahun ketika kapal Gotheborg tiba di Batavia.
Tahun ketika kapal Gotheborg singgah di Canton (tepatnya Whampoa), Tiongkok waktu itu dibawah pemerintahan Kaisar Qianlong (1736-1795) dari Dinasti Qing (Manchu), yang pada abad ke 18 itu berada pada puncak kejayaannya dan merupakan salah satu negara yang makmur dan terkuat perekonomiannya didunia serta diperkirakan sekitar 1/3 GNP dunia dihasilkan oleh negara tersebut dan kaisar Qianlong sendiri dinilai dalam sejarah Tiongkok sebagai salah satu dari tiga kaisar Qing (Kangxi-kakeknya dan Yongzheng-ayahnya serta Qianlong sendiri) yang terbaik (capable and exellent managers) dalam hal mengatur negara, Qianlong telah berhasil mengkonsolidasi wilayah .
Wilayah Dinasti Qing waktu zaman Qianlong lebih luas daripada wilayah sekarang ini. Waktu itu, sebagian Kazakhstan (daerah Ili), Manchuria, Korea dan Mongolia seluruhnya adalah di bawah kekuasaan Qing. Daerah Manchuria dicaplok oleh Sovyet selepas Perang Dunia II karena Sovyet menginginkan pelabuhan air hangat di Asia Timur (Vladivostok). Mongolia merdeka tahun 1921 berkat dukungan Uni Sovyet. Korea dicaplok oleh Jepang tahun 1910 dan Ili dicaplok oleh Uni Sovyet kemudian. Wilayah Qing boleh dikatakan adalah wilayah terluas Tiongkok dalam sejarahnya. (Rinto Jiang)
Melalui kontak perdagangan (dan juga melalui misionaris Jesuit) dengan benua Eropah, Qianlong yang dikenal sebagai penggemar sastra klasik Tiongkok mulai mengenal dan mengagumi hasil seni , ilmu pengetahuan dan teknologi Eropah seperti pada lukisan-lukisan, jam dinding dan arsitektur Eropah. Pada tahun 1747 Qianlong menugaskan seorang Jesuit (Castiglione) untuk mendisain bangunan Istana Musim Panas (Sommer Palace) “Yuanmingyuan” yang terkenal dekat Beijing yang bergaya arsitektur Eropah dimana pada akhirnya bangunan tersebut bernasib tragis karena dijarah dan dihancurkan pada tahun 1860 oleh agresi tentara gabungan Inggris dan Perancis.
Sebaliknya melalui jalur perdagangan ini juga benua Eropah pada abad ke 18 mengenal kebudayaan dan peradaban Tiongkok yang dianggap penuh misteri (termasuk bibit-bibit kelemahannya) lebih lanjut , orang Eropah juga mulai menghargai dan mengagumi hasil seni kebudayaan Tiongkok seperti yang dikenal di Eropah pada abad ke 18 yaitu gaya seni atau stil “Chinoiserie” yaitu suatu interpretasi seni Eropah atas gaya, stil, corak dan seni ragam hias Tiongkok yang diekspresikan dalam bentuk dekorasi interior, mebel, keramik, perangkat makanan dan minum, tekstil, bangunan paviliun dan seni taman .
Taman Botani Kew Garden serta bangunan Pagodanya yang terkenal di Inggris didisain oleh William Chambers yang telah mendapatkan inspirasi dari seni taman dan bangunan di Tiongkok ketika beliau bertugas pada maskapai perdagangan Swedia (SOIC) selama beberapa tahun di Canton (Guangzhou), seni taman ini menggantikan seni taman atau arsitektur pertamanan Perancis yang formal seperti di istana Versailles, dan William dianggap sebagai pelopor seni taman Inggris yang baru dengan bentuk yang informal (free park landscape) yang mencerminkan konsep mikrokosmos seni taman Tiongkok sebagai sumber inspirasinya seperti bangunan yang unik dan eksotis, kolam air yang irregular , paviliun, jembatan , batu-batuan alamiah, jalan yang berliku-liku dan konsep arsitektur pertamanan yang baru ini akhirnya menyebar keseluruh Eropah.
Gaya seni Rococo di Eropah pada abad ke 18 yang menggantikan gaya seni Baroque juga tidak terlepas dari pengaruh “Chinoiserie” ini (The Rococo Style can not be explained without the inspiration from China : Prof. Bo Gyllensvard , Swedia ) , pengaruh gaya seni “Chinoiserie” ini secara gradual hilang popularitasnya pada abad ke 19 ketika Tiongkok merosot menjadi negara lemah, terbelakang dan setengah jajahan serta tidak dipandang lagi oleh negara Barat dan termasuk Jepang (yang pernah menjadi muridnya sewaktu jaman Dinasti Tang) sebagai negara yang patut dikagumi.
Kunjungan kapal Gotheborg ke Tiongkok ini dijanjikan akan disambut dengan meriah disana karena Tiongkok dengan status barunya di abad ke 21 ini mengharapkan hubungan yang lebih luas dengan Swedia dibidang perdagangan, kebudayaan , ilmu pengetahuan, dan teknologi, dan Swedia sendiri sebagai negara maju yang berteknologi tinggi (Erricson, Volvo, Atlas Copco, SKF, dll.) menjanjikan untuk mendukung pencabutan embargo atas produk-produk berteknologi tinggi yang dikenakan terhadap Tiongkok oleh negara-negara EU, sedangkan Swedia sendiri membutuhkan akses pasar Tiongkok yang besar dan sekarang Tiongkok adalah partner dagang Swedia yang terbesar di Asia , dan sebaliknya Swedia adalah partner dagang terbesar Tiongkok di negara Eropah Utara (Skandinavia) dan pada saat kini “Chinoiserie” dirasakan bangkit kembali ditandai dengan bertambah intensitasnya pelajaran bahasa Mandarin dan sejarah Tiongkok yang diberikan pada sekolah dan perguruan tinggi di Swedia serta semakin populernya masakan-masakan China yang disajikan pada restoran China di Swedia yang hampir dijumpai pada setiap kota disana.
Berbeda dengan maskapai perdagangan bangsa Eropah lainnya pada abad ke 16-19 seperti Portugis, Spanyol, Inggris (EIC) dan Belanda (VOC) , maskapai perdagangan Swedia ini (SOIC) tidak mempunyai beban stigma sejarah masa lalu karena belum pernah menjadi Kolonialis dinegara lainnya seperti yang terjadi Asia, Afrika atau Amerika Selatan dan seperti yang dikatakan oleh duta besar Swedia untuk Indonesia Lennart Linner bahwa kunjungan kapal Gotheborg ini merupakan simbol perdagangan, pertukaran kebudayaan dan persahabatan antar bangsa dan berkaitan dengan kunjungan kapal Gotheborg ke Jakarta ini diselenggarakan juga festival musim panas Swedia (Swedish summer festival) yang acaranya antara lain adalah pameran foto eksibisi pelayaran Gotheborg, ceramah, festival film , workshop dan festival makanan serta kunjungan bebas kapal Gotheborg di Terminal Penumpang II Tanjung Priuk dari tanggal 18 -28 Juni 2006.
GOLDEN HORDE , 19661
Budaya-Tionghoa.Net | Mailing-List Budaya Tionghua