TRANSISI SOSIALIS
1. Apa yang kami maksud dengan transisi sosialis? Transisi sosialis adalah periode dimana satu masyarakat bukan komunis diubah menjadi satu masyarakat komunis. Selama transisi sosialis, tidak ada satu jalan tertentu yang sudah ditentukan lebih dulu yang bisa dipakai untuk menilai politik dan kejadian kejadian dan untuk menentukan apakah jalan itu yang sedang diikuti. Analisa terhadap transisi sosialis tergantung kepada arah umum dari transisi. Oleh karena itu, satu kejadian sendiri tidak bisa menentukan apakah transisi itu sosialis atau kapitalis (lihat diskusi tentang proyek proyek kapitalis dan proyek sosialis dibawah). Kita tidak mempunyai satu jalan yang sudah ditentukan lebih dulu dan oleh karena itu tidak ada ukuran khusus untuk mengukur evaluasi kita. Seperti dikatakan oleh Lenin:¡¨Kita tidak menyatakan bahwa Marx atau kaum Marxis tahu jalan menuju sosialisme dalam keseluruhannya. Itu adalah omong kosong. Kita tahu arah jalan itu; kita tahu kekuatan klas apa yang memimpin sepanjang jalan itu, tetapi secara kongkrit dan praktis pengalaman dari jutaan orang orang yang melaksanakan tugas itulah yang akan memberi pelajaran¡¨ (Kaum Tani dan Kaum Buruh¡¨ Pilihan Tulisan (NY: Internasional Publisher, 1932) Jilid 21, hal 133)
Dilihat dari keseluruhan, politik dan kejadian di Tiongkok selama periode dari tahun 1952 sampai 1978 menunjukan dengan jelas bahwa arah transisi adalah menuju Komunisme, maka itu kami menganggap transisi dalam periode tersebut sebagai transisi sosialis. Pada pihak lain, setelah pengamatan selama 14 tahun, kami tidak ragu ragu lagi bahwa reformasinya Deng adalah merubah Tiongkok dari satu masyarakat bukan kapitalis menjadi satu masyarakat kapitalis. Jadi, arah dari reformasi Deng adalah menuju kapitalisme dan kami namakan periode dari 1978 sampai sekarang transisi kapitalis.
2. Kami tidak menganggap perubahan dalam hukum sebagai titik tolak bagi transisi Sosialis. Disinilah kami berbeda dengan cara tradisional Tiongkok dalam menggunakan terminologi itu. Pada tahun 1949, Pemerintah baru mensita semua modal birokrat dan modal asing. Ia juga menasionalisasi semua aset besar dalam transport, komunikasi dan semua yang berkaitan dengan industri. Kemudian pada tahun 1952, Pemerintah mengambil beberapa langkah untuk menasionalisasi sisa kapital swasta. Pada tahun 1958, sudah selesai nasionalisasi industri dan kolektivisasi pertanian. Pemerintah secara hukum memindahkan hak milik atas alat produksi kepada Negara dan kolektif. Tiongkok menamakan periode antara 1952 dan 1958, transisi ke sosialisme, dan periode sejak 1958, sosialisme.
Pemindahan secara hukum dari hak milik pada tahun 1958 memberi kemungkinan untuk adanya perubahan yang besar dalam hubungan produksi. Tetapi menganggap bahwa pemindahan secara hukum dari hak milik atas alat produksi sebagai titik tolak untuk dimulainya sosialisme adalah salah. Ketika pemindahan secara legal terjadi, tidak ada cara untuk menilai watak dari transisi itu, sosialis atau kapitalis. Apakah transisi itu sosialis atau kapitalis tergantung kepada kejadian kejadian kongkrit setelah terjadi perpindahan secara hukum itu. Oleh karena itu perubahan secara hukum dalam hak milik hanyalah satu titik referensi, hanya satu index yang menandai satu perkembangan sejarah sampai saat itu.
Perubahan secara hukum dalam hak milik hanya memberi kemungkinan bagi perubahan dimasa yang akan datang.
Perubahan yang terjadi kemudian setelah perubahan legal bisa membawa perubahan perubahan dasar dalam hubungan produksi. Ini hanya bisa terjadi kalau dalam kenyataannya ada kediktaturan proletariat. Sebaliknya, kalau kaum borjuasi yang mempunyai kontrol atas mesin Negara, transisi sosialis tidak akan terjadi. Marx mengkritik Proudhon yang berasal dari buruh karena Proudhon menganggap aspek legal, dan bukan bentuk yang sesungguhnya, sebagai hubungan produksi. (Karl. Marx ¡¨Tentang Proudhon, (surat kepada J.B. Schweitzer¡¨, 24 Januari , 1865, The Poverty of Philosophy (Foreign Language Press, 1978), hal. 215
3. Kami menentang pembagian transisi sosialis dalam tahap tahap. Marx memang berkata bahwa dalam transisi dari kapitalisme ke komunisme akan ada tahap awal dan tahap maju. Tiap tahap memiliki ciri ciri tertentu. Tetapi kami menentang dibaginya tahap tahap seolah-olah mereka terpisah satu sama yang lain. Ini adalah yang dilakukan oleh Deng dan pendukungnya. Mereka berkata bahwa Tiongkok masih berada pada tahap awal dari Sosialisme, dan mereka menggunakan ini sebagai alasan untuk memperluas produksi barang dagangan dan menegakan proyek kapitalis mereka.
Deng dan Liu dalam periode waktu yang lalu, juga mencoba membagi Revolusi Tiongkok dalam dua tahap yang terpisah: Revolusi Demokrasi Baru dan Revolusi Sosialis, seolah-olah Revolusi Demokrasi Baru bisa dipisahkan dari Revolusi Sosialis.
Tetapi, menurut Mao, dua tahap itu tidak bisa dipisahkan secara jelas. Itulah sebabnya maka disebut Revolusi Demokrasi Baru. Mao tidak setuju dengan apa yang ditulis dalam ¡¨Soviet Political Economy: a Textbook¡¨, tentang sifat Revolusi Tiongkok segera setelah Republik Rakyat didirikan. Mao berkata: ¡¨ Pada akhir halaman 330, Textbook membawa transformasi dari Revolusi Demokratis kedalam Revolusi Sosialis, tapi tidak menjelaskan dengan jelas bagaimana tranformasi itu dijalankan. Selama Perang Pembebasan berlangsung, Tiongkok menyelesaikan tugas Revolusi Demokratis. Untuk menyelesaikan Reformasi Agraria diperlukan 3 tahun
lagi (setelah 1949), tetapi begitu Republik didirikan dengan segera kami mensita perusahaan perusahaan kapitalis birokrat-80% dari aset tetap (aktiva tetap) dari industri dan transport kami- dan mengubah mereka menjadi milik seluruh rakyat¡¨. Mao meneruskan:¡¨tetapi salahlah kalau berpikir bahwa setelah Pembebasan seluruh negeri, Revolusi pada tahap awalnya hanya mempunyai karakter sebuah Revolusi Borjuis Demokratis dan hanya kemudian secara perlahanp-lahan berkembang menjadi Revolusi Sosialis (Mao Tse-tung:¡¨ Sebuah kritik kepada ekonomis Soviet¡¨ terjemahan Moss Roberts (NY:Monthly Revieuw Press, 1977), hal.39-40.
Bahkan selama periode perang pembebasan, Revolusi berisi elemen elemen sosialis. Revolusi Tiongkok melawan Feodalisme, Imperialisme ( dan agen agennya, komprador) dan Birokratisme.Kapital asing dan kapital birokrat adalah kapital terbesar saat itu (dibanding dengan kapital borjuis nasional). Jadi, pada tahap Revolusi itu ketika PKT menjadikan kapital asing dan kapital birokrat sebagai sasarannya, Revolusi Demokrsi Baru berisi elemen elemen sosialis.
Ini tidak berarti kami tidak menyetujui adanya dua tahap dalam Revolusi Tiongkok: Revolusi Demokrasi Baru dan Revolsui Sosialis. Sebaliknya, kami ingin menekankan adanya kesinambungan antara dua tahap itu dan dualitas (keadaan rangkap) pada tiap tahap. Oleh karena itu dengan alasan yang sama, ada proyek proyek kapitalis dan proyek proyek sosialis dalam transisi sosialis. Baik proyek kapitalis maupun proyek sosialis hanya bisa menunjukan aspek pokok dari sifat rangkap itu.
4. Dalam transisi sosialis, proyek proyek sosialis dan proyek proyek kapitalis hidup bersama-sama dan berkompetisi.
Selama transisi sosialis proyek proyek sosialis hidup bersama-sama dengan proyek proyek kapitalis. Misalnya: reformasi agraria, dipandang dari dirinya sendiri secara terisolasi, adalah satu proyek kapitalis. Tetapi reformasi agraria adalah satu bagian yang diperlukan dari strategi jangka panjang sosialis. Regu saling bantu dan koperasi elementer adalah proyek kapitalis, tetapi mereka juga bagian dari strategi sosialis secara keseluruhan.
Koperasi yang maju adalah satu proyek sosialis karena pada tingkat itu distribusi hanya menurut kerja yang diberikan dan uang akumulasi dikurangi dari pendapatan bruto total sebelum dibagi kepada anggota koperasi.
Dibawah keadaan tertentu, mungkin perlu untuk membuat proyek proyek kapitalis lebih banyak. NEPny a Soviet adalah satu contoh. NEP adalah satu langkah mundur dan harus dilihat seperti itu. Oleh karena itu, satu kejadian
atau satu politik tidak bisa digunakan untuk menentukan arah transisi.
Antara tahun 1979 dan 1984, Deng mengambil beberapa langkah untuk mendistribusi kembali tanah kepada keluarga tani. Seperti reformasi agraria dari tahun 1949 sampai tahun 1952, distribusi kembali atas tanah itu adalah satu proyek kapitalis. Argumentasi yang dipakai oleh Deng dan pendukungnya untuk membongkar Komune adalah ¡¨makan dari satu periuk besar melahirkan kemalasan¡¨. Walaupun itu mungkin benar di beberapa tempat, Deng membongkar semua Komune sekali sapu, meskipun dalam kenyataannya mayoritas dari Komune berjalan dengan baik. Kalau kita lihat distribusi kembali atas tanah dan proyek proyek kapitalis lainnya yang dibuat oleh Deng dan pendukungnya (seperti dihapuskannya secara bertahap sistim pembelian yang disatukan, swastanisasi industri desa, dikuranginya dukungan Negara kepada produksi mesin mesin pertanian dan sarana pertanian lainnya, dan akhirnya pengontrakan perusahaan perusahaan negara dan digantinya buruh tetap dengan buruh sementara di perusahaan perusahaan negara), kita bisa menyimpulkan bahwa itu adalah satu proyek kapitalis dalam strategi
kapitalisnya Deng secara keseluruhan. Strategi kapitalisnya Deng memperlihatkan garis klas dari reformasinya. Reformasinya Deng dengan sengaja menghancurkan persekutuan buruh dan tani, dan memperkuat persekutuan antara kapitalis birokrat dan ¡¨pengusaha¡¨ baru (pejabat Partai atau orang yang mempunyai koneksi kuat dengan Partai) dipedesaan.
Selama transisi sosialis berlangsung, membangun proyek proyek kapitalis adalah perlu.
Satu contoh adalah reformasi agraria yang baru saja kita sebut. Reformasi agraria diperlukan sebelum kolektivisasi pertanian. Maka itu, reformasi agraria adalah satu proyek kapitalis dengan sifat rangkap. Mao memberi
komentar tentang kapitalisme negara pada bulan Juli 1953. Mao berkata:¡¨Ekonomi kapitalis di Tiongkok saat ini adalah satu ekonomi kapitalis yang sebagian besar ada dibawah kontrol Pemerintah Rakyat dan yang berkaitan dengan ekonomi sosialis milik Negara dalam berbagai bentuk dan diawasi oleh kaum buruh. Itu bukan satu ekonomi kapitalis yang biasa melainkan satu macam khusus dari ekonomi kapitalis, yaitu ekonomi kapitalis negara tipe baru. Ia berada pertama-tama tidak untuk membuat laba untuk kaum kapitalis, tetapi untuk memenuhi kebutuhan Rakyat dan Negara. Benar bahwa sebagian dari laba yang dihasilkan oleh kaum buruh untuk kaum kapitalis, tetapi itu hanya satu bagian kecil, kira kira seperempat dari laba total. Tiga perempat selebihnya dihasilkan untuk buruh (dalam bentuk dana kesejahteraan), untuk Negara (dalam bentuk pajak pendapatan) dan untuk
memperluas kapasitas produktif (satu bagian kecil dari itu menghasilkan laba bagi kaum kapitalis). Oleh kaena itu, ekonomi kapitalis negara tipe baru itu sebagian besar memililiki sifat sosialis dan menguntungkan kaum buruh dan Negara¡¨. (Mao Tse-tung, ¡¨Tentang Kapitalisme Negara¡¨, 9 Juli 1953, Pilihan Karya Mao Tse-tung, Peking, Lembaga Bahasa Asing, 1977, jilid !V, 101).
Periode antara awal Republik Rakyat dan 1979 adalah satu periode transisi sosialis dimana proyek proyek sosialis bertanding dengan proyek proyek kapitalis. Sampai akhir periode itu, Tiongkok masih mempunyai dua macam hak milik: hak milik negara dan kolektif dan masih belum mungkin melakukan distribusi menurut kerja pada skala nasional.
Jelaslah bahwa apa yang didapat seorang buruh disektor negara dari satu jam kerja berbeda dengan apa yang diterima seorang petani untuk 1 jam kerja. Perbedaan juga terdapat diantara petani dari komune yang berbeda. Nilai dari satu point angka kerja dalam satu komune yang kaya (regu atau brigade) bisa beberapa kali lipat lebih besar dari pada nilai yang didapat dalam satu komune yang miskin (regu atau brigade). Juga ada 8 tingkat gajih yang berbeda bagi buruh negara. Kalau transisi sosialis terus berjalan, dua macam hak milik bisa dihapuskan secara bertahap dan menjadi satu macam hak milik. Masih akan memakan waktu bertahun-tahun lagi untuk memungkinkan satu distribusi menurut kerja pada skala nasional. Ketika akhirnya distribusi bisa dibuat sesuai dengan kerja, masih akan ada hak borjuis, satu elemen bukan komunis.
Tetapi sudah sejak awal 1958 rakyat pekerja di Tiongkok mengabaikan prinsip tukar yang sama. Dalam Gerakan Maju Melompat Kedepan, rakyat begitu antusias dalam usaha kerasnya untuk membangun satu Tiongkok sosialis sehingga mereka bekerja sampai larut malam dan tidak pernah bertanya apakah mereka menerima nilai tukar sama bagi kerja mereka. Oleh karena itu, adalah mungkin memiliki elemen elemen komunis bahkan dalam tahap awal dari transisi sosialis. Masih banyak lagi contoh contoh heroik lainnya, termasuk pembangunan pertanian sosialis di Dazhai. Dibawah pimpinan Chen Yong-gui, petani di Dazhai mengatasi kondisi sulit yang serius dan bekerja untuk membuat tanah mereka menjadi teras teras dan membangun sistim irigasi untuk mencegah banjir dan kekeringan.
Mereka bekerja berjam-jam tanpa istirahat dalam satu udara yang sangat dingin sekali.
Pikiran untuk membuat satu perhitungan yang teliti berapa banyak setiap orang akan menerima sebagai ganti dari 1 jam kerja tidak pernah terlintas dalam kepala mereka. Bagi Mao, elemen elemen komunis ini adalah mungkin dalam transisi sosialis. Mao tidak menekankan rangsangan materiel dalam pekerjaan. Tetapi, Liu dan Deng, yang selalu berusaha untuk memisahkan tahap tahap dari transisi, menolak adanya kemungkinan adanya elemen elemen komunis dalam apa yang dinamakan tahap awal. Mereka, sebaliknya terlalu menekankan rangsangan materiel dalam kerja.
Lagi pula, seperti kami katakan dalam reformasi perburuhan, beberapa tunjangan yang diterima buruh negara berdasarkan kepada kebutuhan, seperti perumahan murah, makanan yang disubsidi, penitipan anak anak gratis dan banyak lagi. Juga dalam sistim komune, petani dijamin jatah gandum, walaupun mereka tidak mencapai angka cukup untuk ditukar dengan konsumsi gandum minimum mereka. Disamping itu, selama transisi sosialis, banyak dibuat proyek proyek sosialis untuk mengurangi perbedaan antara kerja fisik dan kerja mental, antara kota dan desa, dan antara industri dan pertanian. Sebaliknya, proyek proyek kapitalisnya Deng telah memperlebar perbedaan perbedaan itu.
Proyek proyek sosialis dan proyek proyek kapitalis bertanding sepanjang periode transisi sosialis di front front politik, ekonomi dan ideologi. Kekuatan klas yang berbeda (atau grup grup dengan kepentingan berbeda) mendukung atau menentang proyek yang berbeda (sosialis atau kapitalis) dan perjuangan antara mereka adalah isi dari perjuangan klas selama berlangsung transisi sosialis.
Budaya-Tionghoa.Net | Mailing-List Budaya Tionghua