REFORMASI PERBURUHAN:
UNDANG UNDANG BARU, PELAKSANAAN DAN PERLAWANAN BURUH
Deng memulai reformasinya di pedesaan Tiongkok dengan membubarkan sistim komune yang dibangun pada tahun 1958. Pada tahun 1984, dekolektivisasi dalam produksi pertanian sudah selesai, tanah dan sarana produksi lainnya dibagi kepada keluarga keluarga tani secara perorangan. Itu adalah satu strategi sangat penting yang digunakan oleh kaum reformis dalam mengubah arah transisi. Hancurnya komune berarti pecahnya persekutuan antara kaum buruh dan kaun tani.
Selama perang revolusioner dan kemudian dalam transisi sosialis, strategi Mao Tse-tung adalah membentuk persekutuan yang erat antara kaum buruh dan kaum tani dalam perjuangannya melawan kaum borjuasi. Kolektivisasi dalam pertanian adalah kondisi yang diperlukan untuk mengkonsolidasi persekutuan itu. Ketika kaum tani dipedesaan Tiongkok mengorganisasi dirinya menjadi kesatuan kesatuan ekonomi, sosial dan politik, hal itu memungkinkan kaum buruh untuk membentuk persekutuan dengan kaum tani sebagai grup yang terorganisasi. (6). Bersamaan dengan itu, kolektivisasi menghancurkan persekutuan antara kaum borjuasi di kota kota dengan tani kaya di pedesaan. Koletivisasi di pedesaan Tiongkok telah meniadakan kemungkinan rekonsentrasi tanah ditangan pribadi dan menghindari akumulasi kapital primitif¡X satu kondisi yang tak dapat dihindarkan bagi perkembangan kapitalis.
Banyak pakar sosial di Tiongkok, sekarang mengakui akibat yang merusak dari dekolektivisasi dalam produksi pertanian. Dengan pengertian yang sekarang, cendekiawan itu kelihatannya berpendapat bahwa di tempat tempat dimana produksi pertanian dulu mengalami mekanisasi tinggi, pembubaran kolektivisasi mungkin merupakan satu kesalahan. Pikiran semacam itu memperlihatkan ketidaktahuan akan alasan politik yang paling penting dibelakang reformasi pedesaan Deng, yaitu menghancurkan persekutuan antara buruh dan tani.
Ketika Deng dan pendukungnya memulai reformasinya, mereka menyatakan bahwa periode perjuangan klas di Tiongkok telah selesai dan fokus dari pada reformasi adalah mengembangkan tenaga produksi. Dalam kenyataannya selama 14 tahun terakhir, Deng melakukan perjuangan klas yang paling sengit dalam sejarah Republik Rakyat Tiongkok. Tidak lama setelah Deng dan pendukungnya dalam PKT mengambil kekuasaan, mereka merubah konstitusi dan menghapus hak buruh untuk mogok dan melarang hak mengajukan pendapat secara bebas yang paling penting, yaitu 4 da: damin, dafang, dabianlun dan dazibao yang berarti ¡¨suara besar¡¨,
¡¨keterbukaan besar¡¨, ¡¨perdebatan besar¡¨ dan ¡¨poster berhuruf besar¡¨ (7). Kemudian kaum reformis menghancurkan persekutuan buruh tani dan tak lama kemudian reformasi langsung menyerang kaum buruh dengan mengambil kembali banyak hak dan hak istimewa dari kaum buruh yang telah mereka dapatkan sejak pembebasan.
REFORMASI DALAM UPAH
Reformasi perburuhan mula mula dimulai dengan dimasukannya rangsangan materiel langsung kedalam sistim gajih pegawai negeri . Pada tahun 50-an, pembayaran upah pegawai negeri melalui kerja borongan cukup umum, tetapi selama Gerakan Lompat Maju Kedepan ditinggalkan. Kemudian pada awal tahun 60-an diterapkan kembali dan selama RBKP dilarang sepenuhnya. Dari tahun 1966 sampai 1979, buruh di perusahaan perusahaan negara digajih melalui sistim upah dengan 8 tingkat. Kenaikan upah seorang buruh dari tingkat rendah ke satu tingkat lebih tinggi tergantung kepada lamanya dia bekerja dan kecakapan dan pengalamannya. Buruh buruh yang membuat sumbangan penting untuk menaikan produktivitasnya melalui kerja keras, semangat tim dan/atau pembaruan teknik, dipilih menjadi buruh model yang menerima hadiah dan pujian, tetapi mereka tidak menerima hadiah material langsung, seperti upah lebih tinggi, bonus atau promosi.
Reformasi upah mulai dengan menambahkan bayaran bonus kepada upah buruh sebagai rangsangan materiel langsung dan pada tahun 1979-1980 dimasukan kembali pembayaran upah borongan. (8) Kaum reformis percaya bahwa rangsangan itu akan mendorong buruh untuk berkompetisi satu dengan yang lain, dan dengan demikian menaikan produktivitas. Walaupun sebelum reformasi upah , kader dan buruh dibayar menurut skala yang berbeda, reformasi upah menambah satu aspek baru yang mengkaitkan jumlah bayaran seseorang dengan jabatan yang dia duduki. Sebelum reformasi, gajih kader hanya naik kalau mereka maju dari satu tingkat yang lebih
rendah ke satu tingkat yang lebih tinggi.
Sekarang ini, manajemen dari tiap perusahaan telah membentuk jabatan jabatan seperti presiden, wakil presiden, insinyur senior, dan sebagainya, yang ditiru dari korporasi korporasi kapitalis modern, setiap jabatan memberi hak kepada orang yang menjabatnya satu pembayaran extra yang ditambahkan kepada upah tetapnya. Perubahan itu telah menciptakan perbedaan intern yang lebih besar dalam perusahaan. Kemudian, reformasi struktur ekonomi pada tahun 1985 (lihat bagian selanjutnya) memberi kepada manajemen kebebasan untuk membuat dana bagi mereka sendiri. Dana yang mereka tentukan sendiri itu berfungsi seperti daftar biaya pengeluaran di Barat. Dana yang ditentukan oleh manajemen sangat menjengkelkan buruh dan mereka namakan ¡¨tambang emas kecilnya manajemen¡¨. Reformasi struktur ekonomi juga memberi kepada manajemen wewenang untuk membayar buruh upah yang lebih tinggi dari keuntungan yang didapat perusahaan. Itu telah merusak skala upah 8 tingkat yang menjamin buruh upah yang sama (dengan perbedaan kecil yang mencerminkan perbedaan ongkos hidup daerah) disemua perusahaan Negara. Politik baru itu memungkinkan seorang buruh disatu perusahaan yang mendapat keuntungan untuk mendapat gajih 2 atau 3 kali lebih besar dari pada buruh lain yang bertingkat sama disatu perusahaan yang mengalami kerugian.
Tetapi 5-6 tahun setelah reformasi, kaum reformis menjadi sadar bahwa rangsangan materiel dalam sistim upah baru tidak berfungsi dalam menaikan produktivitas kerja. Justru sebaliknya, kenaikan upah tanpa kenaikan produktivitas kerja yang setara turut menyebabkan angka inflasi yang naik cepat pada pertengahan tahun 80-an. Kaum reformis mencapai kesimpulan bahwa selama buruh di perusahaan negara mempertahankan status kerja tetap, tunjangan dan upah yang terjamin, sulit bagi manajemen untuk menekan supaya produktivitas naik, maka itu ¡¨periuk nasi ¡¨ harus dihancurkan.