Budaya-Tionghoa.Net | Di tahun 2007 , 500 peserta menghadiri lelang lukisan dimana lukisan karya Xu Beihong yang berjudul “Put Down Your Whip” (1939) mencapai rekor penjualan 9.2 juta USD di balai lelang Sotheby dan memecahkan rekor lelang untuk lukisan Asia. Lukisan minyak karya Xu yang lain berjudul “Slave And Lion” di tahun 1924 juga terjual dengan harga 54 juta HKD atau 6.9 juta USD di balai lelang Christie International. Hua Yuzhou yang ikut serta dalam lelang itu menilai rekor harga yang dicapai oleh “Put Your Down Whip” adalah harga yang wajar karena merupakan karya Xu yang merupakan seniman Tiongkok terkemuka. Hua sendiri berhenti pada saat bid sudah mencapai 52 juta USD (International Herald Tribune , 2007)
|
Xu Beihong 徐悲鸿 (1895-1953) lahir di Yijing , provinsi Jiangsu pada 19 Juli 1895 . Xu dibesarkan dalam keluarga pecinta seni dan telah menunjukkan bakat sejak kanak-kanak. Ayahnya , Xu Dazhang membimbing anaknya dalam studi klasik Tionghua dan Xu mulai belajar kaligrafi di usia 9 tahun.
Di tahun 1915 , Xu pergi ke Shanghai , tempat dimana budaya Barat dan Timur bertemu Xu bertemu dengan Kang Youwei yang kemudian mendorongnya untuk mengintegrasi teknik Barat kedalam seni Tionghua. Seperti halnya pemimpin masa depan Tiongkok seperti Deng Xiaoping , Zhou Enlai et al , seniman masa depan Tiongkok ini juga menuju ke Paris ,Ecole Nationale Superieure des Beaux Arts, atas beasiswa dari pemerintah Tiongkok pada masa itu. Di Paris , Xu menghindari pengaruh Surrealisme dan Ekspresionisme dan mendekat ke gaya Realisme. Lukisannya pada masa itu, “Old Woman” terpilih untuk ekshibisi “Salon des Artistes Francis”.
Di tahun 1927 , Xu kembali ke Tiongkok dan ikut mendirikan South China Art Academy di Shanghai , menduduki sejumlah posisi penting termasuk menjadi ketua dari Central Academy of Fine Arts dan juga menjadi ketua dari National Artists Association of China. Di tahun 1933 , dia mengorganisasi satu pameran lukisan karya para seniman kontemporer Tiongkok di Perancis. Di tahun berikutnya pameran lukisan diselenggarakan di Berlin dan Frankfurt , Jerman. Di tahun 1939 , peraih Nobel Sastra Rabindranath Tagore yang saat itu menjadi presiden dari Sino-Indian Cultural Society mengundang Xu untuk mengadakan ekshibisi di India. Melalui perantaraan Tagore , Xu juga bertemu dengan Mahatma Gandhi. Di India , Xu membuat salah satu karya besarnya , “Portrait Of Rabindranath Tagore” (1940).
Menurut The New York Times (2008) , Xu Beihong dikenal luas sebagai Bapak Lukisan Modern Tionghua. Karyanya merevitalitasi bentuk tradisional Tionghua dan diperkaya oleh teknik Barat seperti Realisme Perancis. Menurut seorang kurator Chow Yianping , Xu merasa bahwa seni Tionghua telah terdegradasi kedalam satu simulakrum , copy dan imitasi dari lukisan lain dan berpisah dari kehidupan nyata. Ini merupakan hasil saat seorang seniman tidak melihat adanya satu kebutuhan belajar dari alam. Xu walaupun bukan orang yang pertama untuk mengformulasi ide , tetapi dia adalah orang yang pertama untuk menawarkan solusi dan arahan.
Xu juga merupakan seorang patriot yang mendukung gerakan moral selama Sino-Japanese War II dengan tema-tema lukisan anti Jepang. Selama tahun 1939 sampai 1941 , Xu berada dipuncak karir dengan perjalanan ke Asia Tenggara dimana karya-karya dia diterima dengan baik. Uang yang dihasilkan kemudian dikirim ke Tiongkok untuk meringankan korban perang. Sisi patriotisme ini membawa pengaruh dan penjiwaan yang kuat dalam karya-karyanya .
[Foto Ilustrasi : Xu Beihong , “Galloping Horse” , Wiki Media Public Domain]
Di tahun 1930an Jepang mulai agresif dan lebih ekspansif lagi dengan meng-aneksasi kawasan Manchuria oleh pasukan elite Jepang , Kwantung Army di tahun 1931. Manchuria ini menjadi basis bagi Jepang untuk menyerbu Tiongkok dan meletuslah Sino-Japanese War II (1937-1945). Kekejaman militer Jepang di daerah pendudukan ini membawa banyak inspirasi bagi karya-karya Xu. Lukisan “Lion And Snake” (1938) merupakan referensi terhadap perang antara Tiongkok dan Jepang. Lukisan “Galloping Horse” menggambarkan kekuatan yang penuh dan ekspresi kebebasan yang dirasakan pelukis saat Tiongkok memenangkan sejumlah pertempuran tertentu dalam rangkaian peperangan melawan Jepang. Karya-karya Xu mempunyai pengaruh bagi seniman-seniman selanjutnya seperti pelukis Lee Manfong. Menurut Kwok Kian Chow , direktur Museum Seni Singapura , Xu menjadi maestro dengan gaya ekspansif realisme termasuk Romantisme dan Ekspresionisme.
Karya paling pentingnya , “Put Down Your Whip” dibuat oleh Xu saat dia berada di Singapura. Dia terinspirasi oleh drama jalanan yang berjudul sama yang diperankan oleh teman Xu , Wang Ying dan ditulis oleh Tian Han. Drama itu menggambarkan seorang gadis dan ayahnya yang melarikan diri dari kawasan Tiongkok utara yang diduduki Jepang. Kemudian mereka menyuarakan kerasnya kehidupan dibawah pendudukan Jepang dan menginspirasi para pemirsa untuk mendukung gerakan anti Jepang. Xu Beihong kemudian melukis “Put Your Down Your Whip”.
[Foto Ilustrasi : “Put Down Your Whip , via http://03varvara.wordpress.com/ ]
Pasca Perang Dunia II , Xu kembali ke Beiping untuk menjadi presiden Art College of Beiping. Di tahun 1948 , Xu mempublikasi “Chinese Art : Its Past And Future” . Di tahun berikutnya , Xu kembali menjadi presiden “Central Academy of Fine Arts” . Di tahun 1953 , Xu kembali terkena stroke berat dan akhirnya Xu Beihong meninggal dunia pada tanggal 26 September 1953 di usia yang ke 58. Satu museum didirikan di Beijing untuk menghormati Xu Beihong.
REFERENSI :
2. International Herald Tribune , 2007 , 8 April , “Chinese Paintings Is Sold For Record for $ 9.2 million” , The New York Times
3. Sonia Kolesnikov-Jessop , 2008 , 11 April , ” Xu Beihong : A Chinese Master Of Styles That Straddle East And West” , The New York Times
4. Xubeihong.org
Budaya-Tionghoa.Net |Mailing List Budaya Tionghua | Facebook Group Budaya Tionghoa