Budaya-Tionghoa.Net | Terlihat sama sekali tidak ada hubungan dan kekerabatan antara aktivitas menangkap ikan dengan burung , syair haiku , Basho , Miyamoto Musashi , Li Bai dan Du Fu. Ternyata memang sejarah dan budaya antar kawasan dan regional saling berkaitan satu sama lain . Yang budayanya dominan seperti Tiongkok , mempengaruhi kawasan sekitar pada masa itu. Jadi jangan heran kalau tulisan ini seperti film Babelnya Brad Pitt.
|
Kisah para nelayan yang menangkap ikan dengan burung pernah populer di Tiongkok . Seperti halnya pengaruh kultural Tiongkok kepada Jepang dalam segala hal , maka aktivitas menangkap ikan di Jepang juga sempat populer.
Di Tiongkok aktivitas itu masih dilakukan sampai saat ini dan bisa dilihat dalam artikel yang ditulis rekan Ardian yang berhasil mengabadikan burung penangkap ikan ketika berwisata ke sungai Yulongjiang 遇龍江di Yangshuo 陽朔. Di Tiongkok Burung ini disebut lu ci 鸕鷀 atau masyarakat pada umumnya nelayan menyebutnya 魚鷹 atau burung rajawali ikan.[1]
William Scott Wilson dalam “Lone Samurai” (2006) mengambarkan bahwa pemancing di Jepang pergi ke sungai pada malam hari dengan membawa alat penerangan yang digantungkan di perahunya. Ikan-ikan kemudian mendekati datangnya arah cahaya dan nelayan melepaskan serdadu-serdadu bersayapnya untuk menawan ikan-ikan tersebut. Burung-burung itu diikat dengan tali dileher mereka sehingga mereka dapat menangkap ikan tapi tidak bisa menyantapnya. Ikan yang tertangkap kemudian ditarik dari paruh burung dan disimpan di tempat yang sudah disediakan.
Peristiwa-peristiwa penangkapan ikan dengan burung di Jepang ini tidak luput dari pengamatan Musashi dalam pengembaraannya ke seantero Jepang.
[Foto Ilustrasi : Ardian Changianto , Menangkap Ikan Dengan Burung Lu Ci ]
Musashi dikenal sebagai seniman pedang yang tidak pernah kalah dalam setiap pertarungannya. Kehidupannya yang unik dan reputasinya membuat Musashi dari yang bukan dari kalangan elite menjadi termashur dan legendaries sehingga kisah hidupnya merupakan kombinasi fakta sejarah , mitos dan legenda .
Selain terkenal sebagai petarung yang , Musashi juga seorang pelukis yang handal. Dalam tradisi pelukis Zen (Chan di Tiongkok ) , Miyamoto Musashi banyak melukis figure-figur Zen dan pemandangan alam bukan dengan gaya lukisan landscape yang luas dengan gaya Sesshu atau gaya Hasegawa Tohaku maupun gaya Kaiho Yusho . Musashi melukis pemandangan dengan objek utama seperti burung dan hewan lain seperti burung penangkap ikan yang mungkin dia lihat di sepanjang sungai Tsuboi di Kumamoto dan akhirnya menjadi objek salah satu lukisannya.
[Foto Ilustrasi ini bisa dilihat di buku William Scott Willson , “Lone Samurai” , Gambar 2 , Burung Kasa oleh Miyamoto Musashi , tertanda Nitten . Tinta diatas kertas , 22 x47 inchi , halaman 125 ]
Lukisannya yang paling termashur “Burung Tengkek Diatas Sebuah Cabang Layu”, dan karya populernya adalah lukisan burung penangkap ikan , “Burung Kasa” , yang menunjukkan kepiawaian dalam menggunakan kuas dan pengamatannya yang tajam terhadap alam dan seni pedang sekaligus .
Musashi mengagumi ketrampilan burung tersebut dan ketunggalan tujuan mereka . Dalam lukisan “Burung Kasa” , burung berleher panjang bertengger diatas tebing kecil (berada diatas sungai yang tak terlihat dalam lukisan itu) seperti tatapan mata seorang pengikut Chan atau Zen yang menyaksikan dunia lain. Musashi diperkirakan teringat sebuah pepatah Jepang Kuno .
Gagak yang meniru perilaku seekor kasa
U no mane suru karasu (Wilson , p124)
Para kritikus seni yang menyaksikan lukisan Musashi itu , membandingkan kualitas hampa pikiran (mushin) dengan burung itu , tetapi ada juga kualitas kesedihan . (Matsuo) [2] Basho yang piawai dalam Haiku dan kemudian membuat satu syair Haiku .
Omoshirote (mula-mula jelita)
yagate kanashiki (tapi akhirnya sedih)
ubute kana (si kasa meluncur) [3] (Wilson , p286)
Basho adalah seniman besar Haiku di Jepang yang dipengaruhi oleh karya-karya Li Po dan Tu Fu (To Ho di Jepang).
Budaya-Tionghoa.Net | Mailing-List Budaya Tionghua
[1] budaya-tionghoa/kisah-renungan/968-menangkap-ikan-dengan-bantuan-burung-lu-ci-
[2] Dalam karyanya nama yang dipakai adalah Basho saja.