Budaya-Tionghoa.Net |Saya terkesan dengan Gan Boen Koan (Yan Men Guan), pertama karena cerita pembukaan “Peng Cong Hiap Eng (Dua Musuh Turunan)” yang mengambil setting di luar wilayah Tionggoan, di jalan menuju ke Gan Boen Koan, dan kedua karena penutup cerita “Thian Liong Pat Poh (Pendekar negeri tayli – Demi Gods Semi Devil)” yang mengambil setting di tempat yang sama.
|
Gan Boen Koan terletak di pegunungan yang membujur dari Timur ke Barat kurang lebih di tengah-tengah antara kota Tay Goan (Taiyuan) dan Thay Tong (Datong). Taiyuen – Datong kira-kira berjarak 350 km. Taiyuan adalah ibukota propinsi Shoasay (Shanxi).
Saya mengetahui kota Gan Boen Koan benar-benar ada, bukan cuma di cersil, secara tidak sengaja karena membeli buku tentang Great Wall pada tahun 1990-an. Sejak itu saya ingin melihat situasi alamnya.
Sepuluh tahun lalu, 1996, saya turun di stasiun Shanyin, dan kemudian bertanya-tanya ke orang kota kecil ini apakah ada yang mau mengantar pergi ke Yan Men Guan. Banyak orang heran untuk apa saya ingin pergi ke Yan Men Guan, bahkan banyak orang yang tidak tahu keberadaan kota itu, walaupun akhirnya ketemu juga orang yang mau mengantar, dan berangkat dengan mobil Daihatsu kecil menempuh jarak kurang lebih 25 km.
Satu kilometer terakhir keluar dari jalan utama dan menembus ke jalan desa yang berbatu-batu dan menanjak. Satu kilometer terakhir ini berada di celah bukit yang sekaligus jadi jalur flashflood jika terjadi hujan deras di atas. Di ujung jalan ada dusun kecil yang seperti tak berpenduduk, dan harus jalan mendaki sejauh 500 m untuk tiba di gerbang Yan Men Guan.
Nah, beberapa waktu yang lalu, saya mengunjungi lagi Yan Men Guan. Saya datang dari Ngo Tay San (Wutaishan) dengan mobil memasuki jalan tol Taiyuan – Datong, dan kemudian melalui terowongan Yan Men Guan (sepanjang 5 km.) yang menembus wilayah pegunungan ini. Kemudian keluar di pintu Yan Men Guan dan memasuki jalan lama antara Taiyuan – Datong.
Ada gerbang besar dengan tulisan “Yan Men Guan” yang menunjukkan tempat kita berbelok keluar dari jalan utama. Satu km. terakhir sekarang sudah diaspal di pinggir sungai kering yang menjadi jalur flashflood. Mobil berhenti di tempat jual karcis masuk kawasan dan kita perlu berjalan 500 meter untuk tiba di gerbang Yan Men Guan.
[Foto Ilustrasi : Andyso (2010), “Yanmenguan di Shanxi , China , Dalam Perbaikan” , November 2010, Public Domain]
Kalau sepuluh tahun yang lalu hanya ada saya dan yang mengantar, maka kemarin paling tidak ada 20 orang yang datang mengunjungi tempat ini. Dulu tanpa karcis memasuki kawasan dan sekarang membayar 35 yuan.
Yan Men Guan memang terletak di celah bukit, ke utara jalan menurun menuju ke dataran Datong dan ke selatan juga menurun ke dataran yang lain. Datong dulu pernah menjadi ibukota Dinasti Beiwei (Northern Wei) sekitar tahun 400 AD, dan ibukota Dinasti Liao sekitar jaman cerita “Thian Liong Pat Poh”, dan ibukota negara Watsu pada cerita Thio Tan Hong (“Peng Cong Hiap Eng”).
Jika berdiri di kota Shanyin dan memandang ke Selatan, terlihat jajaran pegunungan, dan merasa di belakang barisan pegunungan itulah Tionggoan berada. Barisan pegunungan itulah yang menjadi pagar Tionggoan dan di pegunungan itu pulalah berdiri Tembok Besar.
Perasaan yang digambarkan oleh Liang Ie Shen melalui derita In Ya-ya, kakeknya In Loei, terbayang ketika berjalan melalui jalur mendaki menuju ke Yan Men Guan.
Saya mencoba cari jurang di mana A Ci (dari cerita “Thian Liong Pat Poh”) jatuh, tentu saja tidak ada. Namun bagaimanapun imajinasi yang terbentuk pada waktu membaca “Thian Long Pat Poh” lebih indah.
Walaupun demikian ketika berdiri di pintu gerbang Yan Men Guan, kita bisa mengerti kenapa tempat ini dinamakan Gan Bun Kwan itu, atau Pintu Burung Belibis.
Agaknya waktu musim dingin tiba burung belibis terbang ke Selatan menghindari hawa dingin di Utara melalui celah ini, dan pada akhir musim semi kembali burung belibis terbang ke utara melalui celah ini lagi.
Salam,
Harry Alim.
Budaya-Tionghoa.Net | Mailing-List Budaya Tionghua 21480