Daftar Puisi
Bagian II
Nyanyian Perpisahan
Nyanyian Si Anak Hilang
Keluhan
Nyanyian Di Tepi Kolam
Suatu Hari Di Musim Semi
Renungan Musim Gugur ( 6 of 15 )
Sungai Dingin ( 4 of 8)
Sekedar Buat Jia Dao (2 of 4 )
Bangau Subuh
Nyamuk
Ratapan Ngarai ( 6 of 10 )
Aprikot Mati Muda ( 6 of 9 )
Meratap Liu Yin
APRIKOT MATI MUDA
( sembilan nomor pilih enam )
Aprikot mati muda, masih kuncup
Embun beku mengguting mereka luruh,
serpihannya membuat aku meratap anakku
telah lama pergi, demikianlah aku menulis puisi ini
1.
Jangan membelai mutiara, O tangan dingin
beku, mutiara dibelai mudah terbang luruh
Embun beku jangan mendadak sayat musim
semi, musim terluka ini segera hilang pijar
Kuncup-kuncup bunga kecil gugur berserak
dalam warna-warni terkenang baju bayiku
Sudah kukutip namun tidak penuh segenggam
dan senja tiba, sedih hampa, kubawa pulang
2.
Memungut bintang di tanah kehampaan,
tidak tampak bunga tersisa di ujung ranting
adalah sedih dan duka: seorang lelaki tua
sendiri, sebuah rumah tiada anak merintih pedih
Bagaimana bisa serupa itik terjun ke dalam air?
tidak juga seperti gagak kumpul ranting buat sarang:
ombak menghempas, anak itik mudah kepak sayap
dan terbang, gagak kecil angkuh memanggil
di dalam angin. Bunga dan bayi tidak akan kembali
dalam sebuah dunia dikosongkan sedih, aku meratap
3.
Ini mesti seuntai airmata yang sama,
menusuk ke jantung pohon musim semi;
ranting demi ranting tidak ada mengikat jadi
bunga, sekeping-sekeping jatuh di mata gunting
Umur musim semi tidak pernah panjang, memang,
namun ratapanku pada embun beku sudah terlalu
dalam. Seharusnya di sungai mandi bunga harum
hari ini airmata membasuh ujung lengan baju
5.
Takut langkahku bisa menyakiti bumi,
melukai akar di bawah pohon berbunga ini.
tapi Langit tidak bisa mengerti, memotong
dan menghempas anak cucuku. Dahan berat
melengkung ada seribu kuntum bunga gugur
tidak satu pun kehidupan wangi itu tumbuh
Siapa sebut ini sebuah rumah buat kehidupan?
Warna musim semi tidak pernah masuk pintu
6.
Sesayat-sesayat embun beku membunuh
musim semi, bagai pisau kecil satu ranting
ke satu ranting. Akhirnya jatuh berkeping,
percuma setiap hati pohon di bawah lembah
menjerit lirih. Serpihan-serpihan warna gugur
ke bumi, setitik-setitik bagai minyak berpijar.
Dan segalanya jelas dan terang: di antara Langit
dan bumi, sepuluh ribu benda merenggang
9.
Embun beku tampak telah selesai membinasa
bunga merah, menyobek kunyah beberapa
puluh pasang, bebas terbang dalam keluhan
angin ringan: mulut ikan keluar merebut udara
di sungai dangkal. Tangisan beku tidak mudah mencair,
dan bersedih sendiri sulit menahan getir ini
Di sini hampa, hanya tersisa hari yang hilang,
sebuah jendela kecil buat kata-kata juga terlalu besar
杏殇(杏殇,花乳也,霜翦而落,因悲昔婴,故作是诗 )
冻手莫弄珠,弄珠珠易飞。
惊霜莫翦春,翦春无光辉。
零落小花乳,斓斑昔婴衣。
拾之不盈把,日暮空悲归。
地上空拾星,枝上不见花。
哀哀孤老人,戚戚无子家。
岂若没水凫,不如拾巢鸦。
浪鷇破便飞,风雏袅相夸。
芳婴不复生,向物空悲嗟。
应是一线泪,入此春木心。
枝枝不成花,片片落翦金。
春寿何可长,霜哀亦已深。
常时洗芳泉,此日洗泪襟。
踏地恐土痛,损彼芳树根。
此诚天不知,翦弃我子孙。
垂枝有千落,芳命无一存。
谁谓生人家,春色不入门。
冽冽霜杀春,枝枝疑纤刀。
木心既零落,山窍空呼号。
班班落地英,点点如明膏。
始知天地间,万物皆不牢。
霜似败红芳,剪啄十数双。
参差呻细风,噞喁沸浅江。
泣凝不可消,恨壮难自降。
空遗旧日影,怨彼小书窗。