Budaya-Tionghoa.Net | Membaca tulisan yang dikirim Sdr Rahmat, membuat aku bernostalgia ke masa kecil. Serial Gagaklodra adalah salah satu kegemaranku. Aku melahap cerita-cerita karya Nyoo Cheong Seng itu yang tersebar di majalah-majalah semasa (dekade 1930-1950-an) seperti Liberty (terbitan Surabaya) dan Pantja Warna (Jakarta). Halaman-halaman majalah tempo doeloe itu aku copot dan bundel dengan staples.
|
Juga aku sempat memiliki sebuah buku tebal kisah petualangan Gagaklodra yang sangat seru, tegang, humanis, avonturis. Menurutku mutunya masih di atas serial petualang Inggris (1950-an), The Saint alias Simon Templar, atau serial petualangan Wisely dari Hong Kong (1990-an), terutama karena sangat kental kekhasan etnis Tionghoa-Indonesianya. Petualangannya bukan cuma ke seluruh pelosok Indonesia tapi sampai ke Singapura, Hong Kong, Macao, bahkan ke Khyber Pass dan Casablanca (ingat film legendarisnya Humphrey Bogart?).
Siapakah Gagaklodra sebenarnya? Ia adalah seorang Babah (peranakan Tionghoa, blasteran ayah Tionghoa dengan ibu ningrat Keraton Solo) yang bernama asli Tan It-ban, dikenal juga dengan nama Raden Wiradraka. Punya ilmu kungfu (kuntao) tinggi, mahir menggunakan segala macam senjata api dan tajam dari pookiam (pedang pusaka) sampai keris keramat. Lihai berjudi apa saja, dari rolet, kartu, dadu, sampai adu ayam jago. Pandai menyamar menjadi apa saja. Fasih berbahasa Melayu, Mandarin, Belanda, Inggris, juga berbagai bahasa daerah.
Konon seperti seekor kucing sakti ia juga mempunyai sembilan nyawa, bisa menghilang dan sekaligus berada di beberapa tempat. Padahal sebenarnya ia mempunyai sembilan orang murid, di antaranya seorang gadis cantik yang dikenal dengan nama Mira Gagaklodra (satu-satunya perempuan dalam geng ini). Nama-nama para muridnya sangat unik karena berasal dari berbagai daerah, antaranya adalah: Otong, Bihong, Siborangborang, dan Datuk Inu (aku lupa nama empat orang murid lainnya karena buku kisah petualangan Gagaklodra itu sudah raib puluhan tahun).
Yang paling unik ia adalah sosok abu-abu bukan putih polos atau hitam kelam, karena merupakan penjahat besar, perampok ulung, namun para korbannya adalah koruptor atau orang kaya-raya yang jahat dan mengeduk keuntungan dengan cara tak halal. Lantas, tak ubahnya Robin Hood, maling budiman ini selalu membagi-bagikan harta curiannya kepada kaum fakir miskin.
Seingatku belum pernah ada dalam 61 tahun kesastraan Indonesia, ada tokoh misterius seunik Gagaklodra. Alangkah bagusnya kalau puluhan cerpen Gagaklodra dihimpun menjadi satu buku tebal dan dicetak ulang, tentu saja disesuaikan dengan ejaan masa kini. Mungkin Ibu Myra Sidharta masih menyimpan koleksinya? [Yan W , MBT 21286]
[Foto Ilustrasi (ditambahkan oleh admin) : http://tjamboek28.multiply.com ]
SERIAL GAGAK LODRA
Serial GagakLodra ada banjak sekali. Njoo Cheong Seng mulai menulis kisahnja Tan It Ban sebagi satu hoeitjhat di taon 1930-an. Rupanja dikisahkan yang Gagak Lodra ada mengikuti Njoo Cheong Seng keliling Indonesia sampai ketemu kuliling Indonesia sampai bertemu seantero kontjohnja. Di tahun sesudah kemerdakaan , Gagak Lodra menjadi pecinta negri. Kisahnya baru tamat di akhir tahun 1950an. Buat didata memang sulit karena Shamo Sinnie (Prof.Dr. Claudine Salmon) tidak mencatat tulisan dalam majalah. Sedangkan itu soeseng dari Jerman tidak mencatat majalah sebelum 1950. Jadi masih banyak cerita Gagak Lodra yang berkeliaran di Liberty , Tjantik , Tjantik Jr. , Star Weekly dan beberapa weekblad dan maandblad lain.
Gagak Lodra walaupun ceritanya sederhana , tetapi diyakini akan menarik hati pembaca meskipun dijaman sekarang. Tentunya harus diseleksi dulu karena ada beberapa yang ditulis secara sembrono sekali. Malah ada komik Gagak Lodra yang pergi ke Bulan segala ! Di taon 1950-an, lahir saingan keras Gagak Lodra yaitu Naga Mas. Masih ada beberapa tokoh lain saperti Patjar Koening dan beberapa lagi , hasil tulisan para ahli conspiracy theory di masa itu. [Hiangphek Tauwtoo , MTjersil , via Akhmad Bukhari Saleh , MBT 21390 ]
Budaya-Tionghoa.Net | Mailing-List Budaya Tionghua