Budaya-Tionghoa.Net | Beberapa waktu yang lalu, saya menuliskan tentang peran dan pengaruh para wanita Eropa yang ada di salon berdasarkan tulisan “Women in the Salons” , dan para wanita di salon dipanggil dengan sebutan saloniere, yang ternyata memiliki peran besar terhadap para filsuf Eropa pada masa Enlightment. Yang mana mengingatkan saya akan geisha 藝伎atau geji 歌姬[2], yang memiliki fungsi kurang lebih sama dengan para saloniere tapi perjalanan sejarahnya berbeda. Untungnya bangsa Tionghoa memiliki tradisi mencatat, jadi dengan cara itu, bisa ditarik balik hingga ribuan tahun yang lampau untuk melihat pengaruh para geji ini, baik melalui catatan resmi maupun cerita-cerita rakyat. Ada banyak buku dalam bahasa mandarin yang membahas qinglou di abad 20 dan 21 ini, diantaranya adalah : Qinglouwenxue yu Zhonghua Wenhua 青樓文學與中華文化 ( Sastra Qinglou dan budaya Tionghoa ), karangan prof.Tao Muning 陶慕寧 yang ditulis pada tahun 1992, satunya adalah karangan prof.Kong Qingdong 孔慶東 yang berjudul Qinglou Wenhua 青樓文化.[3]
|
Peranan geiji tidak selalu hanya terkait pada sastra dan budaya saja, geji juga memiliki peranan luas dalam banyak bidang, bahkan dalam bidang pertahanan maupun politik. Terobosan-terobosan politik, gonjang-ganjing politik juga sering terkait dengan geisha. Simbol geisha juga digunakan sebagai symbol politik.
Bab I Arti ji 姬, 妓 dan perkembangannya
Pada awalnya, budaya Tionghoa menganut system maternalistik, kemudian menganut system paternalistic dan makin menguat, sehingga peranan wanita diberbagai bidang menjadi semakin tersisihkan, dan kaum pria memanfaatkan kelemahan wanita untuk semakin berkuasa.[4]
Berdasarkan kamus Ci Hai 辭海, ji mengandung beberapa arti : ( 1 ) marga ( 2 ) penyanyi wanita ge nv歌女 ( 3 ) gundik qie妾 ( 4 ) sebutan terhormat untuk nyonya ( 5 ) cantik. Sama seperti para saloniere di Eropa, ji juga tidak mendapatkan tempat dalam sejarah secara terbuka, seringkali direndahkan oleh kaum terpelajar dari dinasti ke dinasti di Tiongkok. Padahal sama seperti pada masa Enlightment, para filsuf ternyata sering ke salon, seperti halnya para filsuf atau juga tokoh terkenal di Tiongkok yang sering ke qing Lou 青樓[5] . Secara etimologi, kata ji 妓 memiliki makna nv 女 dan zhi支, yang mana mengandung makna wanita yang memiliki keterampilan dan keterampilan yang dimaksud adalah catur, music, kaligrafi, lukisan serta menguasai sastra, kitab klasik ( yang mana sering mengandung ajaran filsafat Tiongkok ). Selain tulisan seperti itu ada lagi yang bertuliskan seperti ini ji 伎 yang bermakna adalah manusia yang memiliki keahlian dan sering digunakan untuk menunjukkan hal yang sama dengan 姬 dan 妓. Di jaman dinasti Han, banyak wanita yang menjadi ji dan tidak selalu menjadi pelacur dalam artian sekarang ini. Jadi pengertiannya tidak berarti pelacur seperti dalam arti jaman sekarang ini dan yang disebut jinv 妓女 adalah sama seperti geji 歌姬. Jaman sekarang ini kata geji 歌姬,jinv 妓女 diartikan pelacur, juga changji 娼妓 sering dikonotasikan dengan pelacur, tapi tidak selalu demikian, karena jaman dahulu yang disebut pelacur itu bukanlah pelacur biasa, seperti yang kita lihat sekarang ini. Di Qing lou itu tidak selalu para geji 歌姬atau jinv 妓女 menjual diri, ada proverb “Menjual seni bukan menjual tubuh” ( 賣藝不賣身 ) yang berlaku untuk para wanita yang menguasai banyak seni, seperti seni lukis, seni tari, seni music, seni kaligrafi. Bahkan banyak yang menguasai banyak pengetahuan untuk mengimbangi pengetahuan para tamunya. Arti kata ji 姬 adalah cantik dan para genv yang menjual seni itu mayoritas cantik, karena itu disebut geji[6].
Qinglou sendiri dalam pengertian awal, masa pra dinasti Jin adalah tempat atau bangunan yang indah, tidak berarti tempat pelacuran. System pelacuran ditata oleh Guan Zhong 管仲 ( 723 atau 716-645 BCE )[7] yang pada masa hidupnya membangun 700 tempat pelacuran yang dibangun oleh negara dan keuntungan dari tempat tersebut digunakan untuk mengisi kas negara. Nvlv 女閭digunakan untuk menyebut pelacur yang menjual diri dan ada istilah guanji 官妓 ( pelacuran yang dimiliki oleh negara atau pejabat negara ) siji私妓 ( pelacuran swasta ) yingji營妓 ( pelacuran di barak militer ). Pemberontak Taiping Tianguo 太平天國 walau diluarnya terlihat menyapu dan anti pelacuran, tapi faktanya mereka memiliki yingji營妓.
Tujuan Guan Zhong membangun qinglou 青樓yang mana pembangunan itu akan memberikan suatu tujuan dan akhirnya qinglou sendiri memberikan suatu peran dalam sejarah Tiongkok. Guan Zhong selain bertujuan mengumpulkan dana untuk kas negara, juga untuk mengontrol perilaku para bangsawan sebagai klien tempat pelacuran itu. Ini merupakan semacam mutualisme simbiosme antara penguasa dengan klien, dimana penguasa memiliki control dan klien mendapatkan kepuasan. Dan ini bisa merupakan konsep kuasa negara dengan menggunakan seksualitas dengan menerapkan aturan-aturan. Dan lahirnya serta perkembangan aturan-aturan pelacuran, juga memiliki hubungan dengan masyarakat, politik, ekonomi, budaya tidak ada yang tidak memliki hubungan yang amat erat.[8]
BERSAMBUNG ……….
Budaya-Tionghoa.Net | Facebook Group Budaya Tionghoa