Budaya-Tionghoa.Net | Tidak sering Xian dijadikan setting sebuah cerita, untung akhirnya ingat juga. Ya, Xian pada waktu masih bernama Tiang An (Ch’ang An), dijadikan setting beberapa episode cerita “Pendekar Aneh”, sebuah karya Liang Ie Shen, yang dianggap salah satu dari tiga karya terbaik menurut pengarangnya sendiri. “Pendekar Aneh” bercerita tentang nasib Lie It, yang tragis dan menyedihkan. Begitulah keahlian Liang Ie Shen dalam mengolah ‘tragedi’.
|
Xian, waktu itu kota Tiang An, adalah ibukota Dinasti Tong (T’ang), cerita ini mengambil setting sejarah episode beberapa tahun terakhir pemerintahan “Bu Cek Thian”, seorang selir yang kemudian menjadi permaisuri dan terakhir mengambil alih kekuasaan. Ceritanya tentang empat orang yang terjalin percintaan, Lie It si tokoh pria, seorang pangeran dinasti Tong, dengan Siangkoan Wan Jie, perempuan berotak encer yang dicintai Lie It, Tiangsoen Pek, perempuan yang mencintai Lie It dan tetapi dalam posisi ‘underdog’, dan akhirnya menjadi isteri Lie It, dan Bu Hian Siong, perempuan kosen yang mencintai Lie It tetapi berseberangan pihak dengan Lie It.
Di samping perjalanan hidup empat orang yang terjalin, ini juga kisah bagaimana memahami Bu Cek Thian. Benarkah dia seorang kaisar wanita yang kejam, ataukah seorang kaisar wanita yang sangat ‘brilian’ dan ‘tidak jahat’, melainkan seorang yang tindakannya ‘benar’ hanya saja ‘tidak mudah dipahami dengan ‘sesaat’. Melalui ke empat tokoh dengan watak yang berbeda-beda inilah pikiran dan tindakan Bu Cek Thian diurai dan dipahami. Ya, di manakah letak Bu Cek Thian dalam sejarah? Baik atau jahat? Bahkan batu peringatan yang didirikan untuknya waktu meninggal dunia dibiarkan ‘kosong’, karena bingung harus menulis ‘pujian’ atau ‘cercaan’. Ya, inilah salah satu wanita cantik yang mengubah sejarah manusia.
Seperti biasa gaya Liang Ie Shen, tidak menampilkan seseorang sebagai ‘super hero’, tetapi nasib yang tragis dan menyedihkan. Semoga saja buku ini masuk dalam daftar cetak ulang WLG.
Xian juga menjadi setting lagi dalam “Kisah Bangsa Petualang” dan sambungan ceritanya “Tusuk Kundai Kumala’. Keduanya karya Liang Ie Shen juga.
Xian sekarang demikian ramai, ada beberapa mall di jalan-jalan utama yang menghiasi kota ini. Jutaan turis, baik domestik maupun mancanegara datang setiap tahun menjamin kelangsungan hidup mall-mall ini.
Sejarah ratusan tahun sebagai ibukota dinasti Qin, Han Barat dan Dinasti Tong selalu menjamin munculnya daya pikat. Akomodasi segala kelas banyak tersedia, transportasi baik darat maupun udara tersedia ke banyak jurusan, memudahkan pengaturan jadwal.
Jalan toll menghubungkan ke beberapa tempat tujuan wisata, sehingga waktu tempuh jadi pendek. Beberapa pilihan disediakan untuk turis, mulai dari naik bis umum, ‘guided tour lokal’, ‘guided tour mancanegara’, ‘private tour’ dan bisa ‘taxi’.
Dengan fasilitas infrastruktur yang sangat bagus, Xian juga disiapkan dan sudah mulai sebagai kota universitas dan lembaga riset ilmu pengetahuan yang bagus dan canggih.
Kota yang sekarang, berdiri di atas plot yang didirikan pada waktu Dinasti Beng (Ming), setelah beberapa ratus tahun diabaikan sejak keruntuhan Dinasti Tong. Tetapi di sini pulalah kurang-lebih terletak Tiang An ibukota Dinasti Tong, Dinasti Han dan Dinasti Cin, juga dinasti sebelumnya.
Di kota inilah Sie Djin Kwie disambut setelah menang perang ke Timur (Ceng Tang), di kota ini pula Tong Sam Cong memulai perjalanan ke Barat (See Yoe). Derap pasukan Sie Djin Kwie berganti deru mobil yang tiada putus. Ada yang mengatakan jalan lebar yang memotong kota ini dari Utara ke Selatan dan Timur ke Barat, adalah juga jalan lebar yang dulu memotong kota Tiang An. Cukup lebar, agar prajurit dapat berbaris.
Entah mana yang lebih ramai sekarang atau dulu? Hanya saja kalau dulu bukan oleh suara mobil tetapi oleh suara unta yang datang dari jauh, dari Persia. Karena yang disebut jalur sutera melalui kota Tiang An. Sutera yang diproduksi di daerah Souw Ciu, Kang Lam dibawa ke Tiang An untuk akhirnya berantai sampai ke Eropa.
Xian terletak di lembah yang subur sepanjang sungai Wei. Salju yang jatuh di musim dingin, di musim semi lumer ke tanah endapan lumpur dari debu yang tertiup dari gurun. Endapan lumpur debu ini meciptakan kohesi yang kuat yang menahan air sehingga datangnya musim hujan.
Tidak aneh jadilah ini lembah subur yang sudah dihuni manusia sejak ribuan tahun lalu seperti di tunjukkan di Ban-po Village. Lembah yang sekaligus melahirkan Bu Cek Thian dan Yo Kui Hui. Di Xian banyak nona cerdas dan cantik siap menjadi ‘bu cek thian’ atau ‘yo kui hui’ modern…
Tembok kota didirikan lagi, penuh melingkari kota. Memandang ke tembok kota, teringat Siang Yang, kota yang juga melengkapi lagi tembok kotanya, sebuah kota yang sarat sejarah, kota yang dulu dibela mati-matian oleh Kwee Ceng.
Budaya-Tionghoa.Net | Mailing-List Budaya Tionghua
REFERENSI