Budaya-Tionghoa.Net | Di tahun 2007 Kota Seoul, Korea Selatan merencanakan untuk membangun sebuah Chinatown dikotanya (Chosun Ilbo , 25 Januari 2007). Lokasi Chinatown ini dibangun di Yeonamdong, Mapo-gu, Seoul yang sudah terkenal dengan restoran-restoran Tionghoanya dan dihuni oleh banyak penduduk Tionghoa selama ini, rencananya juga untuk meletakkan konsulat Tiongkok disana.
|
Proyek ini dinamakan “Yeonam-dong Chinatown Building Project” dan sekiranya pemerintahan kota Seoul menyetujuinya maka projek ini akan dimulai sebelum akhir tahun 2007 ini. Ide untuk membangun Chinatown timbul, ketika pada kejuaraan dunia sepakbola tahun 2002 (World Cup 2002), dimana ketika itu kota Seoul dikunjungi turis dari mancanegara. Dari sekitar 24,000 penduduk yang tinggal di Yeonam-dong, 4,400 diantaranya terdiri dari etnis Tionghoa Korea, jumlah ini akan berjumlah 9000 orang kalau dihitung dengan warga etnis Tionghoa yang tinggal kawasan hunian tetangganya.
Kawasan Yeonam-dong dan Yeonhee-dong di kota Seoul itu dikunjungi setiap harinya hampir sekitar 1000 turis asing dari Tongkok, Taiwan, Hongkong, Singapura dan Malaysia. Direncanakan bahwa Chinatown itu akan dibangun dengan gaya arsitektur Tionghoa dengan segala ornamen, dekorasi, simbol-simbol dan atribut budaya Tionghoa lengkap dengan ciri-ciri khasnya warna merah dan lampion-lampion penerangan lampu jalnnya.
Disamping restoran (di negara-negara Asia Tenggara, hadirnya sebuah kelenteng menjadi ciri khas sebuah Chinatown), hotel, bank, supermarket, department store, toko buku Mandarin, karaoke & bar, toko obat Tradisionil, bioskop (show film silat), teater, fitness centre (Kung Fu akademi), klinik akupunktur, toko musik mandarin, serta tea & coffe shop untuk kongkow-kongkow, serta koran Mandarin, adalah ciri-ciri khas sebuah Chinatown. Tempat telpon umum dan perhentian bus atau subway biasanya juga akan didisain sesuai dengan gaya unik arsitektur Tionghoa..
Chinatown juga akan berfungsi sebagai pusat kebudayaan Tionghoa. Di beberapa negara seperti salah satunya di Kuching (Malaysia), malah dibangun sebuah musium sejarah kedatangan orang Tionghoa ke negara tersebut yang mendokumentasikan tentang masa lalu dan peranannya di negara tersebut, karena warga Tionghoa juga merupakan bagian dari sejarah kota atau negara tersebut.
[Foto Ilustrasi : Henri Bergius , “Salah satu Chinatown di Korea Selatan , Busan Chinatown Gate” . 17 September 2008 , This file is licensed under the Creative Commons Attribution-Share Alike 2.0 Generic license.]
Tapi tak jarang Chinatown juga kerap diasosiasikan dengan citra negatif, seperti tempat perjudian, pelacuran, penyelundupan imigran gelap, triad (mafia Tionghoa), narkoba (drug trafficking), pemerasan dll. Citra ini sering menjadi tema film (action film) atau latar belakang (background) film Holywood yang sering dilebih-lebihkan untuk kepentingan komersil produser filmnya.
Sepertinya kurang lengkap atau “afdol”, kalau sekiranya sebuah kota Metropolitan yang berkarakter kosmopolitan dan multikultural tidak memiliki sebuah Chinatown Di Chinatown modern, budaya, bangunan arsitektur dan simbol-simbol Tionghoa sengaja di konservasi sebagai objek turis yang unik yang tak jarang merupakan sebuah jantung kota yang penuh vitalitas kehidupan pada malam harinya. Jadi Chinatown bukan saja sebagai pusat pemukiman dan komersial bagi orang Tionghoa saja, melainkan juga sebagai tempat hiburan, tempat perbelanjaan yang murah dan tempat restoran Tionghoa yang populer.
Lima tahun kemudian masih diharian yang sama , memberitakan bahwa penduduk lokal di distrik Mapo membentuk satu komite untuk menentang rencana pemerintah Seoul untuk membangun China Town ( Chosun Ilbo , 19 Januari 2012)
BAB II