Budaya-Tionghoa.Net | Dalam posting sebelumnya, saya pernah mengatakan bahwa dalam ajaran Confusius tidak mengenal adanya konsep Dosa Asal. Sekarang, lebih jauh lagi, saya menyimpulkan bahwa dalam Budaya Tionghoa juga tidak mengenal konsep DOSA.. Untuk membuktikan pemikiran ini, saya mencoba mentelaah dari segi bahasa.
|
Jika orang melakukan pelanggaran hukum, orang akan menyebutnya 犯罪 ( Fan ZUI ), kejahatan disebut 罪行 ( ZUI Xing ), penjahat disebut 罪犯 ( ZUI Fan ). Jika dipengadilan diputuskan bersalah, disebut 有罪 (You ZUI). Jika orang mengaku bersalah, akan bilang 认罪 ( Ren ZUI ). Jika menyalahi orang lain, disebut 得罪 ( De ZUI ), jika orang minta dimaafkan, bilang 请罪 ( Qing ZUI ).
” 罪过,罪过,( ZUI guo, ZUI guo,)” adalah ungkapan basa2 basi merendah, sebanding dng ucapan ” Saya sungguh tak pantas menerima penghargaan seperti ini akan menambah beban”
“Saya telah berdosa pada orang tua”, “Dia berdosa menelantarkan anak istri “, ini kalimat2 yang lazim digunakan orang Indonesia. tapi tidaklah lazim keluar dari mulut orang Tionghoa. Terhadap orang tua, orang Tionghoa paling mengatakan 不肖( Bu Xiao), artinya tidak berbakti atau durhaka. Terhadap anak istri, sering memakai kata 有负于( You Fu Yu), artinya bersalah atau telah mengingkari tanggung jawab.
Ini di dunia nyata, bagaimana di dunia legenda? Dalam 西游记( Xi You Ji )”kisah Perjalanan ke Barat”, 猪八戒 (Zhu Ba Jie ) Si Siluman Babi adalah titisan dewa yang dihukum oleh kaisar langit. mengapa dihukum? disitu disebutkan, dia telah Melanggar aturan 犯规( Fan Gui ) bukan disebut telah Berbuat dosa atau 犯罪( Fan ZUI), meskipun sama seperti Adam dan Hawa yang diusir dari “dunia atas”.
Semua ungkapan diatas tak ada yang merujuk ke pengertian Dosa. Bagaimana setelah ada pengaruh agama Buddha?
Karena mengadopsi ajaran Buddha, bahasa Mandarin mengenal kata 因果 (Yin Guo) yang berati Sebab Akibat atau Karma. Istilah 应罪 (Ying ZUI) adalah menanggung akibat kejahatan. Budha juga mengenalkan istilah baru 劫 (Jie) yang berarti malapetaka atau putaran takdir. Dalam menggambarkan dunia fana ini, mereka juga menyebut dengan istilah 苦海 ( Ku Hai) atau lautan sengsara, bukan lautan dosa atau 罪海 (ZUI Hai).
Ada sebuah istilah yang sering digunakan dalam agama Buddha, yakni 孽(Nie) yang berarti bibit kejahatan, ini yang paling mendekati pengertian dosa, tapi bibit di sini juga tidak negatif mutlak, di sini yang lebih ditekankan adalah hubungan sebab akibat, misalnya anda menanamkan bibit 孽 (Nie) di masa lalu (bisa juga di kehidupan sebelumnya), dia akan berbuah di masa kini.
Misalnya di masa lalu anda telah membuat banyak wanita patah hati, sekarang giliran anda tak dapat lepas dari jerat pesona seorang wanita. Istilah 孽子(Nie Zi) adalah anak hasil perbuatan serong masa lalu atau anak haram. Dari uraian di atas juga terlihat, Buddha pun tidak memberi muatan pengertian baru ke aksara 罪 (ZUI) ini.
Setelah masuknya pengaruh agama Nasrani, istilah 罪(ZUI) ini baru dipinjam untuk memadankan kata Dosa. Terutama setelah gerakan sastra Empat Mei(1919), dimana Tiongkok banyak mengadopsi sastra dan bahasa barat. Mulai saat itulah, dalam sastra2 tejemahan dan sastra modern. Istilah 罪(ZUI) ini mulai sering muncul dengan pengertian Dosa. Namun, meskipun gerakan 4 Mei sudah lewat hampir satu abad, saat kita menemukan istilah 罪(ZUI) . Dosa ini dalam sastra Mandarin,
misalnya dalam sebuah puisi kontemporer, masih saja merasakan ini adalah konsep asing hasil cangkokan.
Salam,
Zhou Fy
Budaya-Tionghoa.Net | Mailing-List Budaya Tionghua