Budaya-Tionghoa.Net | Jika menyusun altar menurut tradisi Tionghoa, sebenarnya mereka sedang menyusun alam semesta kecil di altar. Filsafat Tionghoa terkandung dalam altar itu, seperti misalnya 5 macam buah melambangkan 5 unsur, teh, air dan arak melambangkan Tai Ji, 12 macam manisan melambangkan unsur ranting bumi, 3 macam binatang yang hidup di 3 alam melambangkan air, bumi dan langit.
Dalam Taoisme menurut urutan ada tiga macam tingkatan altar . Tingkat pertama adalah wuji , tingkat kedua adalah taiji dan tingkat ketiga adalah xianshi. Tingkat wuji itu buat dewa-dewa sebelum terjadinya alam semesta, tingkat kedua proses terjadinye alam semesta dan tingkat ketiga adalah orang-orang yang pernah hidup dalam dunia.
|
Ada seseorang yang bertanya : ” Dalam Buddhism Mahayana. Secara berurutan saya mempunyai rupang Satyamuni, Kwan Im, Di Zhang Wang Pu SHa, Milefo, Se Da Tian Wang dan Dewa Bumi. Saya agak kebingungan untuk menyusunnya. Jadi mohon bantuan pendapatnya”. Untuk pertanyaan ini kita dapat membuat tiga tingkat dengan sakyamuni di tingkat pertama , Guan Yin , Di Zhang dan Mile ditingkat kedua . Tudi di tingkat ketiga. Sedangkan Tian Wang jarang dibuat altarnya dan biasanya diletakkan di kiri atau kanan.
Maksud dan kegunaan untuk disusun seperti itu adalah untuk menuangkan filsafat dalam bentuk ritual.Konon tiga cara penanaman filsafat, salah satunya adalah dengan simbol en ritual. Filsafat Tionghoa yang didasari oleh konsep Wu Ji, TaiJi, Liang Yi dan seterusnya adalah filsafat yang mendasari hampir semua cabang ilmu atau filsafat yang ada. Secara umum, pengertian Wu Ji dan seterusnya bisa dikatakan adalah konsepsi terjadinya dan proses alam semesta ini. Salah satu unsur yang terpenting adalah menjaga harmony atau balancing dari semua yang ada.
Penataan altar ini lebih mengarah kepada konsepsi alam semesta yang mana sebenarnya mengingatkan diri kita bahwa kita adalah bagian dari alam semesta besar ( Da Qian Kun ). Dan para leluhur, dewa maupun tokoh yang berjasa sudah menjadi bagian dari alam semesta. Selain itu adalah agar kita bisa mengerti apa makna dari filsafat itu, tentunya tidak bisa didapat hanya sekedar melaksanakan ritual saja. Tapi minimal dengan mengadakan penataan sesuai dengan filsafatnya itu membuat kita bisa lebih tahu akan konsepsi alam semesta ini.
Sayangnya, sejak jaman dahulu konsepsi pengajaran alam semesta atau filsafat melalui simbol tata-cara upacara terdegradasi menjadi sekedar upacara penyembahan belaka. Makna-maknanya menjadi semakin hilang dan akhirnya tidak lebih dari sekedar seonggok barang di atas altar.
Ada yang pernah bertanya kepada saya, jika demikian mengapa para Daoshi menggunakan altar dan sesaji kepada para dewa ketika melakukan upacara ritual yang membosankan itu. Saya mencoba memberikan penjelasan bahwa dalam ritual Taoism sebenarnya mengandung nilai upacara yang mencoba menolong atau memecahkan permasalahan manusia, selain upacara penghormatan kepada yang diyakini oleh dao shi tersebut.
Dalam konsepsi penggunaan kekuatan atau kadar ilmu olah batin dalam Taoism terutama dalam aliran ShangQing, dikatakan bahwa yang menggunakan kekuatan DAO adalah yang tertinggi, ke 2 adalah
menggunakan kekuatan alam dan yang terakhir atau terendah adalah menggunakan kekuatan “mahluk” adikodrati.
Dengan pemahaman ke 3 jenis tingkatan ini, kita bisa memahami mengapa ritual Taoism menset altarnya seolah-olah sedang menata alam semesta atau Dao dan melakukan langkah-langkah yang disebut Bu Gang sebagai cara untuk memanfaatkan kekuatan bintang atau alam semesta.
Xuan Tong & Ardian
Budaya-Tionghoa.Net | Mailing-List Budaya Tionghua