Budaya-Tionghoa.Net | Lasem Kota Tua , kemungkinan malah sudah ada pra-Majapahit karena Lasem yang pada jaman Majapahit dipimpin oleh Dewi Indu bergelar BHRE LASEM yg berarti pemimpin daerah atau kerajaan Lasem. Namun dalam kesejarahan tentang hal itu belum ada penguatnya. tetapi jika dihitung mulai dalam jaman Majapahit yaitu tahun 1351 (piagam Singosari) berarti LASEM sudah berusia 661 Tahun. Yang lebih istimewa sepertinya Lasem dari dulu hingga sekarang tidak pernah ganti nama, tetap Lasem. Semarang baru 465 Tahun dulu juga namanya Sempatoalang, Jakarta baru 485 tahun dulu juga namanya Batavia, Rembang baru 271 Tahun (dulu Kadipatennya berpindah ke Rembang salah satunya adalah ulah VOC).
|
Lasem sebagai Kota Syiar Agama Islam ,
Dimana pada saat itu Lasem sudah mengenal Islam terlebih dahulu daripada Demak. Jadi tak ada alasan apapun yang dibenarkan jika Demak menguasai daerah yang lebih Islam terlebih dahulu. Lasem – Demak – Tuban mempunyai kecenderungan menjalin hubungan persekutuan untuk menopang kekuatan kerajaan , karena adik Adipati Lasem , Pangeran Santipuspa yaitu Santikusuma atau biasa dikenal Sunan Kalijaga / Raden Said menjadi Dewan Pertimbangan Agung di Kerajaan Demak,yang disegani sebagai Ulama yang mempunyai pengaruh besar dalam perkembangan agama Islam.
Selain itu di Lasem juga adalah tempat tinggalnya Sunan Bonang , yang beliau diangkat ayahnya Kanjeng Sunan Ampel sebagai walinagara pada usia 30 Tahun, yang bertugas menyebarkan agama Islam di daerah Lasem, Tuban dan sekitarnya yang bertempat tinggal di Bonang sehingga bergelar Kanjeng Sunan Bonang.
Di bekas tempat rumahnya kakaknya Nyi Ageng Malokah, Islam mulai masuk di Lasem selain pengaruh dari Walisongo, juga bisa dikatakan dari salah satu Kedatangan orang Cina pertama di Lasem tercatat pada abad XV bernama Bi Nang Un. Ia adalah seorang Cina muslim beraliran Hanafi, utusan dinasti Ming yang berasal dari wilayah Yunan, yang kemungkinan itu adalah salah satu dari rombongan Laksmana Cheng Ho yang menetap di Lasem. Tidak hanya itu di sekitar tahun 1588 di LASEM dibangun sebuah Masjid yaitu Masjid Jami’ Lasem, dimasa pemerintahan RM. Tejakusuma I (Mbah Srimpet) bersama dengan Guru Spiritual Agama Islam di Lasem yaitu Simbah Sambu (Sayyid Abdurahman).
LASEM sebagai Kota Tiongkok Kecil
Perkampungan China Lasem pertama di Desa Soditan ditandai dengan Klenteng Cu An Kiong, Hanya diperkirakan sekitar tahun 1450, sebab pada peta Belanda yang mencatat perkembangan kota Lasem tahun 1500, kelenteng itu telah tertera, Kelenteng Cu An Kiong mengalami pemugaran beberapa kali yang terakhir 1868. Sebagai salah satu kelenteng yang tertua di JAWA. selain itu di Lasem banyak ditemui rumah-rumah Pecinan kuno yang khas, dan sudah ada sejak sekitar abad XVI-XVII perkampungan Cina meluas ke desa Babagan, Gedong Mulyo, Karang Turi, Sumbergirang. Pada tahun 1740 pemukiman orang Tionghoa yang semula berada di sekitar jalan arteri barat-timur dan sepanjang sungai Dasun terus ke utara serta Soditan, diperluas kearah selatan sampai kali Kemendung Kira-kira tahun itulah diperkirakan Kelenteng POO AN BIO didirikan, sebab keberadaan Kelenteng tidak bisa dipisahkan dengan komunitas Tionghoa. Kelenteng ini terletak di tepi kali Kemendung dan terletak di desa Karangturi.
Sebagian besar orang Tionghoa Lasem adalah berasal dari Kabupaten Nan’an ( Lam-Oa ), karesidenan Quanzhou, propinsi Fujian ( Hokkian ). Adalagi Kelenteng Babagan Lasem yang di dunia tidak ada duanya , karena Kelenteng ini bisa disebut untuk beribadah dan juga bisa disebut monumen untuk mengenang Pahlawan yang gugur dalam Perang Kuning, diantaran Ue Ing Kiat yang bergelar Raden Widyangrat (adipati Lasem), Tan Ke Wei, Raden Mas Panji Margono bahkan disana ada miniatur R. Panji Margono yang dijadikan altar,bukan untuk disembah namun hanya untuk dikenang jasanya yang luar biasa, yang dimana beliau seorang Jawa dan beragama Islam namun beliau bisa merangkul juga kaum Tionghoa di Lasem.
[lihat album foto :SSTD Mekar Teratai , http://web.budaya-tionghoa.net/gallery-photoblog/1913-dokumentasi-foto–kirab-akbar-di-tiongkok-kecil-21-22-april-lasem]
Lasem Kota Santri
Lasem bisa disebut kota Santri karena tak asing lagi ditingkat Nasional. Di Lasem ini pernah mempunyai Gembong NU di Lasem tuturnya Gus MUS (KH. MUstofa Bisri), sehingga Lasem walaupun tingkat kecamatan diberi amanat NU pusat,sebagai PCNU Lasem, jadi Rembang mempunyai 2 PCNU, yaitu PCNU Kabupaten Rembang dan PCNU LASEM. |
Lasem pernah mempunyai kyai Khos tahun 1900san diantaranya KH. KHolil pendir ponpes An Nur (kakeknya gus Qoyyum), KH. Baidlowi (ponpes Al Wahdah), KH. Ma’shoem (ponpes Al Hidayat),dan banyak sekali santri yang dicetak beliau menjadi Ulama terkenal. Diantranya menteri Agama Mukti Ali mantan Menteri Agama Republik Indonesia pada Kabinet Pembangunan, Masa jabatan 28 Maret 1973 – 29 Maret 1978. KH. Idam Kholid (pernah duduk sebagai ketua DPR/MPR RI) KH. Ahmad Syaikhu (Anggota DPR/MPR RI) KH. Saifuddin Zuhri (salah seorang kiyai / tokoh pengurus PBNU), KH. Subhan ZE, (seorang Tokoh muda NU pada masa itu), KH Muhammad Dimyati atau dikenal dengan Abuya Dimyati adalah sosok yang kharismatis. Beliau dikenal sebagai pengamal tarekat Syadziliyah (pernah nyantri di mbah baidlowi) baca di http://alwahdah-lasem.blogspot.com/2011/03/rekam-jejak-syekh-dimyati-banten.html.
Selain itu ada yang ada lagi KH. Masduqie Ellasemmy salah satu santrinya KH. Abdul Mukti magelang,dll. KH. Ali Ma’shoem anak dari KH. Ma’shoem, beliu disebut pernah mengajar KH. Adburrahman Wahid, seorang sosok kharismatik lainnya KH. Hamid Pasuruan yg dimana beliu adalah putra daerah asli LASEM, dan masih banyak lagi yang tentu tdk bisa disebutkan satu persatu disini.
Lasem Kota BATIK TULIS
ini kemungkinan bermula dari Bi Nang Un / anak laksamana Chengho mempunyai istri yaitu Na Li Ni yang kemudian mempunyai anak Bi Nang Ti yang. Kemudian Bi Nang Ti di nikahkan oleh Badranala Adipati Lasem saat itu, dari Bi Nang Ti dewasa yang inilah ahli dalam membatik dan menari,kemungkinan dari sini batik corak2 Cina dan Champa berbaur dengan batik pribumi Lasem shingga terciptalah perpaduan / akulturasi dalam Batik Lasem yang kental akan perpaduan unsur kebudayaan, keistimewaan dari batik Lasem dari warna tidak bisa ditandingi Batik Lain yaitu warna merah geteh pitik / merah darah ayam. Pak Sigit Wicaksono bilang ini berkah Lasem , karena dari selain percampuran akulturasi juga kandungan mineral air yang ada di Lasem cocok membuat warna-warna apa saja untuk Batik Lasem terutama merahnya.
Selain itu Batik Lasem jika dicuci bukannya pudar namun makin mentereng. Adalagi ternyata banyak motif asli Lasem yang lahirnya banyak dari hasil peristiwa sejarah / dari keadaan alam setempat. Contohnya ; motif watu pecah ini tutur kata pak Sigit ada semenjak jaman kerja paksa di Lasem saat pembuatan jalan Daendels yang dari Anyer-Panarukan, pastinya melalui Lasem. Dari situlah lahir motif watu pecah itu,yang dimana para warga di Lasem khususnya pria diminta untuk memecahkan batu2 itu. Mungkin menjadi inspirasi untuk ibu-ibu diwaktu itu membuat batik itu dengan melihat betapa beratnya kerja paksa memecahkan batu untuk membuat jalan, motif baganan motif khusus desa Babagan Lasem dan masih lagi motif2 lainya yang mempunyai nilai2 yang terkandung didalamnya.
[Foto Ilustrasi : Lisa Suroso , http://web.budaya-tionghoa.net/budaya-tionghoa/budaya-tionghoa/seni-busana/371-ragam-hias-batik-lasem]
Lasem Kota Budaya Jawa
Lasem juga kota budaya Jawa karena Lasem masih meninggalkan kebudayaan2 Kejawen. Diantranya yang berupa upacara yaitu sedekah bumi dan sedekah laut yang hampir di tiap desa yang ada di Lasem, sedekah laut di Bonang, dasun Gedong mlyo ngelayur, sedekah bumi di Dorokandang, Babagan, Kajar, Sendang Asri, dll.. dalam permainan kesenian Jawa,
LASEM Kota Para Dalang Kondang, dimana dalang-dalan kondang itu sebagan besar dari desa Sendang Asri yang disana juga masih banyak seni-seni tari Jawa, Macapat, Karawitan sehingga banyak yang menyebut Sendang Asri sebagai desa kesenian Jawa,selain permaianan Jawa masih ada Barongan beserta pantolnya, dan Laesan.
Laesan ini sedikit menarik keberadaan-nya kemungkinan saat awal syiar Islam di Lasem karena selain berupa tarian yang dilakukan kaum laki-laki tanpa dengan menggunakan alam kesadarannya, selain itu dari syair2 Laesan ini mempunyai filosofi-filosofi yang terkandung didalamnya, sehingga ada yang menyebut Laesan itu selain tontonan juga tuntunan. Satu lagi yang sudah menjadi budaya orang pribumi yaitu kopi lelet lasem, ampir setiap desa ada warung kopi lelet Lasem selain menyuguhkan kopi juga bisa mengekspresikan jiwa seninya kedalam media rokok yaitu warga biasa nyebut ngelelet rokok, entah sejak kapan budaya ini ada di Lasem.
Lasem Kota Nuansa Alam
Lasem sebagian besar adalah pesisir, sebenarnya mempunyai Potensi Alam Pantai dan dataran tinggi yang nan indah jika bisa dimanfaatkan, Lasem mempunyai pantai yang bisa untuk melihat sunset dan sunrise, di Binangun kita bisa melihat matahari dengan jelas yang akan tenggelam meninggalkan nusantara. Dipantai Gedong Caruban dipagi hari bisa melihat matahari dengan malu2 keluar di persembunyiannya dari rangkaian dataran tinggi di Lasem selain itu jika posisi matahari agak ke barat laut juga bisa menikmati sunset di pantai Gedong Caruban, Lasem juga mempunyai rangkaian dataran tinggi yang nan indah, menurut saya rangkaian dataran tinggi dengan puncaknya bernama Puncak Argo, pemadangan itu paling indah dan paling enak dilihat yaitu di jalan belakang KUA Lasem disana bisa melihat rangkaian dataran tinggi yang nan membujur luas dan bisa melihat hamparan sawah dan rumput yg luas nan hijau, selain itu di jalan belakang KUA Lasem ini bisa melihat tower2 yang nan rapi berbaris sampai ke pusatnya PLTU. selain itu dataran tinggi Kajar merupakan penghasil air konsumsi utk daerah Kab. Rembang dan sekitarnya.
Subhanallah, sungguh luar biasa limpahan yang kau berikan kepada LASEM, ”history, culture and natural beauty/sejarah, budaya dan keindahan alam”. semoga ini bisa bermanfaat untuk manusia2nya.
Budaya-Tionghoa.Net | Facebook Group Budaya Tionghoa