Budaya-Tionghoa.Net | Banyak yang bilang Tiongkok adalah tukang meniru , ada benarnya juga seh. Tetapi apa salah meniru yang baik, dan akhirnya dapat membuat sendiri bahkan lebih baik dengan harga yg murah? Dulu Barat juga sama dalam soal niru-meniru, sah-sah saja toh. Dulu Tiongkok memang meniru barang-barang industri sederhana, seiring dengan berjalannya waktu barang yang ditiru juga semakin canggih, dengan tingkat kesulitan yang tinggi, dan segala jenis barang.
|
CPMIEC tugasnya meriset, mengembangkan dan memproduksi berbagai perlengkapan yang memerlukan ketelitian tinggi untuk kepentingan militer dan ruang angkasa China.
BUMN ini berada di bawah China Aerospace Science and lndustry Corporation (CASIC) yang pada tahun 1991 meluncurkan produk Hong Ying 5 (HN-5) yang waktu itu banyak yang dilecehkan . Katanya itu jiplakkan dari 9K32M Strela-2M produk USSR/Rusia.
Rudal type ini juga dipakai oleh Korut, Pakistan dan beberapa negara Afrika. Kesuksesan HongYing 5 bukan dari perkara komersial ataupun combat record yang bisa dibanggakan. Tetapi lebih pada fungsinya sebagai batu loncatan untuk menciptakan rudal panggul darat ke udara generasi selanjutnya.
HongYing 5 dianggap sukses untuk pembelajaran menyeluruh bagi Tiongkok dalam menapaki ambisinya untuk memodernisasi alut sistanya yang ketinggalan jaman, dan untuk menjadi produsen senjata kelas dunia, yang tidak hanya bisa sekedar meniru saja, tetapi bisa membuat dan mengembangkan untuk menjadi lebih baik. Mulai dari proses desain, prototipe, memproduksi massal, serta bagaimana mengolah masukan dari pengguna lapangan untuk menyempurnakan HongYing 5.
Untuk menambah pengalaman dalam mengembangkan rudal ini, Tiongkok tidak sungkan juga untuk membantu negara lain, dalam hal ini Pakistan untuk membuat dan mengembangkan rudal seri Anza. Dan Iran dalam membuat dan mengembangkan rudal seri Misagh.
Dan hasilnya banyak pihak tersentak kaget terkejut-mejut, karena pada 1995 sudah melaunching Qian Wei 1 (QW1-Vanguard), yang memiliki spesifikasi sebagai berikut ;
•sistem pemandu: infra merah pasif (passive IR homing)
•sensor: Indium antimon dengan pendingin (cooled InSb).
•pendorong: roket berbahan bakar padat dua tingkat.
•panjang: 1,5m, diameter; 71mm.
•bobot luncur: rudal+peluncur 16,5 kg.
•hulu ledak: 0,6kg high explosive fragmentation.
•mekanisme detonasi: non-delayed impact fuze dan grazing fuze.
•kecepatan maks: 600m/detik.
•jangkauan maks: 5km.
•ketinggian maks: 4.000km.
•ketinggian minimum: 30m
[Foto Ilustrasi : dalam poto adalah rudal QW-18…. ]
Nah mulai dari type QianWei inilah Tiongkok betul-betul berlari mengejar ketertinggalannya, dan terus dikembangkan menjadi QW-1M yang mana type ini diintregasikan dengan radar portable mini seberat 30kg yang berdaya jangkau 15km.
Ini adalah suatu langkah yang kreatip, inovatip dan pertama di dunia, karena bisa membentuk suatu jaringan Hanud titik terpadu yang sangat mobile dengan berjalan kaki sekalipun, yang bisa diopersikan oleh dua orang prajurit saja.
Tidak berhenti sampai di situ saja, langkah inovatip, kreatip Tiongkok dalam mengembangkan terus seri QianWei (Vanguard), Tiongkok bahkan mengkombinasikan rudal ini dengan kanon penangkis serangan udara, sehingga membentuk combo VSHORAD, yang belum ada tandingannya di dunia, bahkan oleh USA sekalipun.
Pada 2002 type QW 11 yang khusus untuk meladeni ancaman rudal jelajah berkecepatan sub sonic dan pesawat tanpa awak.
Type ini memiliki kepekaan IR seeker yang tinggi, kepekaan seeker IR trus ditingkatkan lagi pada type QW-18 tapi harganya jadi mahal.
Sampai pada 2003 mereka melaunch QianWei 3 (QW-3 Vanguard 3) yang sangat canggih berpandu laser yang mana juga dibeli/dipake TNI. Oleh TNI AU rudal ini sudah beberapa kali diuji tembak dalam beberapa kesempatan, seperti di Garut, Pacitan pada thn 2010 lalu, dengan hasil memuaskan!
Komentar para petinggi TNI; dengan harga yang lebih murah, teknologi setara dengan produk Barat, di mana QW 3 berpandu laser semi aktif mirip dengan rudal Starstreak lnggris dan RBS-70 Swedia.
Dari uraian singkat di atas bisa disimpulkan bagaimana Tiongkok yang dianggap sebagai tukang tiru bisa membuat para pencemoohnya menjadi tertegun, terperangah melihat pencapaian Tiongkok.
Dan para ahli persenjataan Barat pun akhirnya mengakui tidak ada satupun negara di dunia selain Tiongkok yang mampu menciptakan beberapa generasi rudal panggul darat ke udara, dengan segala varian-variannya dalam rentang waktu yang sangat singkat.
Seri HongYing juga terus dikembangkan menjadi FN-6 (HongYing 6). Seri QianWei juga terus dikembangkan dengan begitu banyak varian-variannya.
Budaya-Tionghoa.Net | Facebook Group Tionghua Bersatu