Budaya-Tionghoa.Net | Wei Zifu 衛子夫[7] ( ?- 91 BC ), adalah seorang geji dari putri Ping Yang 平陽公主. Ketika kaisar Han Wudi 漢武帝 ( 156 – 87 BC ) mengunjungi rumah Pingyang, Wei Zifu menarik perhatiannya dan kemudian diboyong ke istana. Saat melahirkan putra, ia kemudian diangkat menjadi permaisuri. Beliau kemudian mati bunuh diri atas fitnahan terhadap anaknya melakukan ilmu hitam untuk mencelakai kaisar Han Wudi, dan akhirnya melakukan pemberontakan tapi gagal.
|
Akibatnya Wei Zifu dikaitkan terhadap kasus itu, tapi bertahun-tahun kemudian setelah ia meninggal, namanya direhabilitasi dan mendapatkan penghormatan sebagaimana seorang permaisuri. Dengan menjadi permaisuri, beberapa kerabat Wei Zifu terangkat derajatnya. Misalnya Wei Qing dan Huo Qibing. Huo Qubing yang berhasil dalam ekspedisi menaklukkan bangsa Xiongnu 匈奴 ( orang Eropa menyebutnya dengan sebutan orang Hun ).
Dalam budaya paternalistic di Tiongkok dan sistim strata sosial yang amat ketat, amat sulit bagi seorang gadis dari strata kelas geji menjadi seorang permaisuri. Atas keberhasilan Wei ini, rakyat jelata membuat nyanyian yang isinya kurang lebih mencerminkan kesetaraan gender :”shengnan wuxi shengnv wuyuan dubujian Weizifu batianxia “生男無喜 生女無怨 獨不見 衛子夫 霸天下” ( Lahir anak pria tidak perlu disukai/bergembira, melahirkan anak wanita tidak perlu dibenci/disesali, tidakkah melihat Wei Zifu menguasai dunia ). “
Wei Zifu bisa disebut menguasai dunia melalui putranya dan keberhasilan keluarganya dalam dunia militer, selain itu adalah pengaruhnya terhadap kemajuan dinasti Han pada masa pemerintahan Han Wudi. Tidak disangkal bahwa bahwa beliau berhasil membawa suatu pandangan baru bagi kaisar karena beliau berasal dari strata bawah yang merasakan pahit getirnya kehidupan. Tidak dipungkiri Liu Bang, pendiri dinasti Han adalah dari kalangan jelata juga, tapi sejak berdirinya dinasti Han melahirkan kaum aristrokrat yang baru sehingga amat sulit dari kalangan rakyat jelata bisa masuk ke dalam lingkaran aristocrat itu. Yang menarik adalah perannya beliau itu yang membuat rakyat jelata melakukan protes halus terhadap diskriminasi gender, tapi sayangnya teredam dalam deru budaya paternalistic.
Lihat artikel induk : http://web.budaya-tionghoa.net/tokoh-a-diaspora/sejarah-tionghoa/1957-geji-geisha-2–tokoh-tokoh-dalam-sejarah
Ardian Cangianto
Budaya-Tionghoa.Net | Mailing-List Budaya Tionghua