Budaya-Tionghoa.Net| Analisa secara “bird’s eye” kemunduran Tiongkok dalam teknologi 200-300 tahun terakhir dibanding dengan dunia Barat.
|
Pertama , kebudayaan Tionghoa terutama dari Confucianisme, Taoisme dan Chan Buddhisme memang mempengaruhi perkembangan masyarakat Tiongkok. Tujuan utama dari filosofi Tiongkok kuno ialah harmoni. Menurut saya terutama disebabkan karena sejarah Tiongkok dulu adalah sejarah peperangan dari periode Chunqiu, Warring States , sampai dinasti Qing. Terutama periode pertama dan kedua, kehidupan susah, banyak peperangan, perampokan, korupsi tidak ada law & order ; raja tidak berfungsi sebagai raja, ningrat atau menteri memegang kekuasaan dan mengangkat dirinya raja. Demikian juga dalam keluarga, si bapak keluar main tidak mengurus keluarganya.
Karena ini banyak filsuf Tiongkok berkembang dan mengajar “bagaimana hidup yang baik, raja harus bertindak sebagai raja, ayah sebagai ayah, saudara sebagai saudara etc.” Teori-teori ini disalah gunakan oleh raja-raja agar rakyat menurut padanya, untuk memegang kekuasaanya, kadang-kadang dengan kekerasan. Mengke (Mencius), Neo-Confucianisme mengajar:” kalau raja tidak berfungsi sebagai raja, maka mandat (Ming) dari Thian (Langit) harus dipotong (Ke). Ke-mingi berarti berarti revolusi.” Jadi menurut Mengke (Mencius) yang mengangkat raja itu bukan Langit tetapi mandatnya datang dan berupa sebagai dukungan dari rakyat
Confucianisme adalah teori kenegaraan, berani melawan kekuasaan. Demikian pula teori dari Xun Zi (bukan ahli perang) Chu-si, Wang Yang-Ming dan terutama Wang Chung. Taoisme mengajar harmoni dan kekerasan dilawan dengan kelemahan sebagai contoh diambil air, yang dapat mengalahkan segala yang kuat. Teori ini mengajar terutama orang harus hidup harmoni dengan lingkungannya (nature) dan Chan Budhisme mengajar mendidik dengan pikiran rasio sendiri untuk hidup kemudian, lain dengan Buddhisme dari India.
Kedua , Celakanya raja-raja Tiongkok [1] mengisolir dirinya dan negaranya terhadap luar negeri, untuk memegang kekuasahannya dengan penuh. Menutup kerajaannya, seolah-olah Tiongkok adalah pusat dunia dan tidak diperbolehkan orang Tionghoa ke luar negeri. Maka dulu sewaktu orang Tionghoa ke Nanyang itu menyelundup keluar, kalau tertangkap bisa dihukum berat atau dibunuh. Penguasa kolonial Inggris di Malaka tahu bahwa orang Tionghoa sangat mementingkan keluarga, maka perwakilan Inggris berunding dengan pemerintah Qing agar diperbolehkan wanita Tionghoa keluar negeri, ke Malaka. Sejak itu waktulah ada dua golongan Huaqiao[2] : “peranakan dan totok”. Oleh karena ibunya totok, dan anak bicara bahasa ibu, maka identitas ketionghoaannya anak-anak Tionghoa dipertahankan. Karena isolasi inilah terjadi kemunduran, karena tidak terbuka pikiran orang Tionghoa dulu. Raja-raja Tiongkok tahu bahwa orang Tionghoa identitasnya dekat dengan keluarga, maka dipropagandakan bahwa kaki yang kecil itu cantik[3], kalau jalan lemah gemulai, tetapi esensinya ialah menjaga agar rakyat Tiongkok tidak berevolusi, karena istrinya yang kakinya kecil, tidak bisa lari. Coba tulisan Tionghoa Hao (baik) terdiri dari tulisan wanita (Nu) dan anak (Zi) dan aman terdiri dari atas rumah (jia) dan bawah Nu (wanita).
Ketiga , anak-anak Tionghoa dididik agar Xiao, cinta pada orang tua, keluarga, jangan sampai memalukan keluarga. Saya masih ingat waktu kecil saya omongan orang di Pecinan kalau ada anak yang nakal dikatakan: “anak siapa kau, apakah orangtuamu tidak didik kau!” Karena malu anak itu lalu pergi. Pemuda dan pemudi karena harus hati-hati jadi takut berbuat sesuatu, kalau gagal memalukan keluarga. Ini membuat orang Tionghoa kurang kreative, mereka menurut anjuran orang tuanya belajar dengan giat agar lulus dan keluarganya bangga dengan berhsailnya anak mendapatkan Zhuang Yuen (dulu titel, gelar lulus ujian tertinggi pemerintah). Dapat anda bayangkan bagaimana ramainya dirumah orangtua yang anaknya dapat Zhuan Yuen itu, pada jaman dulu. Saya kira sebagai berikut: “Ayahnya ketawa dan bercakap-cakap bangga menemui keluarga dan relasinya. Ditengah meja diletakkan diploma anaknya yang dipajang indah. Sang ibu dikamar mengeluarkan air matanya atas sukses anak yang sangat dicintai!
Keempat , orang Eropa memang lebih berdikari dan kreatif dari orang Tionghoa; ini saya rasa disebabkan seperti yang anda katakan di universitas-universitas di Jerman, juga di negara-negara Eropa Barat tidak diharuskan mahasiwa datang kuliah, ini diserahkan pada kebijakan mahasiswanya sendiri yang sekarang dianggap sudah dewasa, karenanya dipanggil oleh profesornya juga meneer. Ini memberikan bagi mahasiswa Eropa sifat berdikari, tahu apa yang harus dikerjakan agar sukses. Ada yang sambil kerja sambil kuliah, maka orang-orang yang demikian ini kalau lulus universitas betul-betul mereka mempunyai sifat mau belajar, kepercayaan diri, kreative, berani dan tahu fungsinya dan interaksi dengan orang disekitarnya yang tinggi (EQ). Tidak sedikit menteri Belanda yang dulu sewaktu mahasiswa pernah bekerja sebagai pegawai restoran. Demikian pula di Jerman, Belgia etc. etc. Pemuda dan pemudi dididik bersifat individualisering, bukan egoistis, tetapi berjuang untuk kepentingan dan kemajuan diri sendiri.
Kelima , meskipun Revolusi Besar Kebudayaan Proletar adalah kesalahan yang besar, tetapi ada segi positifnya ialah anak-anak berani melawan kekuasaan dan membongkar dogma-dogma yang konservatif dan tidak lagi relevan dengan jaman. Karena itu sekarang pemuda dan pemudi Tiongkok tidak malu atau diam di lingkungan keluarganya yang senior. Mereka berani membantah, ketawa dan spontan. Inilah yang saya lihat di keluarga saya di Wu-Han. Jadi tidak saja dikembangkan IQnya tetapi juga EQnya, keduanya, meskipun ini sudah ditentukan oleh alamnya masing-masing tokh saya rasa perlu dikembangkan melalui didikan rumah, sekolahan dan lingkungan dimana anak anak berkecimpungan.
Keenam , Confucius sekarang dipuja kembali demikian pula dengan Lao Zi dan Chan Buddhisme, hanya saja dimana yang tidak cocok di analisa dan di benarkan. Sebagai contoh Renaissance dari Confucius ialah kerja sama antara Tiongkok dan Negara-negara didunia dalam bidang kebudayaan melalui Confucius Institute. Tiongkok berani mempertahankan pendiriannya dan tidak gampang mengiyakan usul-usul atau tekanan dari Amerika Serikat . Ini tampak dalam pertemuan mengenai perdagangan antara Tiongkok dan Amerika, yang pertama di kepalai oleh Wu Yi, seorang wanita, wakil presiden Tiongkok dan Amerika Serikat diwakili oleh menteri treasure-nya.
Ketujuh , sekarang bagi saya ada pertanyaan mengapa di Amerika Utara yang emigrannya terbanyak dari Inggris, Irlandia, Jerman, Belanda, Belgia dan Perancis lebih maju daripada Amerika Selatan yang emigrannya terutama terdiri dari Spanyol dan Portugal ? Di Eropa Barat memang Negara Negara golongan pertama lebih maju daripada golongan kedua. Spanyol sekarang berkembang terutama karena masuk anggota Uni Eropa dengan bantuan milyaran euro dan sains yang asalnya dari golongan Negara-negara pertama.
Kedelapan , hadiah Nobel yang diraih oleh Huayi [4] di Amerika Serikat , usianya muda-muda, dan Dr. Samuel Ting adalah yang termuda. Pula umumnya ilmuwan mendapatkan hadiah sesudah mereka berhasil dengan penyelidikannya sepuluh tahun atau lebih, tetapi ilmuwan-ilmuwan Tionghoa hanya dalam waktu beberapa tahun saja! Mereka ini sukses sesudah mereka beremigrasi ke Amerika Serikat . Ini disebabkan karena mereka dapat basis pendidikan dari ahli-ahli kenamaan dan ditambah lagi adanya kemungkinan mengerjakan riset dengan alat-alat yang serba komplit dan sangat diperlukan dan ketiga mendapatkan interaksi antara budaya Tionghoa dengan kebudayaan Barat! Amerika Serikat paling banyak mendapatkan hadiah Nobel, menurut saya karena laboratorium mereka serba komplit menurut permintaan ilmuwan dan sifat individualisering merupakan seleksi untuk mencapai tingkatan sains yang tinggi. Terutama sesudah Perang dunia II, dimana banyak saintis dari Eropa Barat terutama Jerman pindah ke Amerika Serikat, dengan alasan untuk berhasilnya penyelidikan mereka tergantung pada alat-alat yang canggih. Dengan ini Amerika Serikat mendapatkan tambahan dalam perkembangan teknologi yang sophisticate. Perlu saya tambahkan disini bahwa tidak sedikit juga yang ke USSR[5] untuk memenuhi aliran politiknya. Dengan globalisasi ini nasionalisme dalam lingkungan saintis juga melemah apalagi dengan sifat-sifat individualisering!
Dr. Han Hwie-Song , 25781
Breda, 2 juni 2007 Nederland
Budaya-Tionghoa.Net | Facebook Group Budaya Tionghoa | Mailing-List Budaya Tionghua
[1] Tiongkok mengambil kebijakan isolasi di masa akhir Ming dan dilanjutkan dinasti Qing sampai tahun 1893.
[2] Hua-kiao (Hokkian) = Hua-qiao (Mandarin) adalah istilah untuk menyebut seluruh Warga Negara China (baik yang memegang paspor People Republic of China atau Republik Rakyat Tiongkok, Hong Kong, Macau maupun Taiwan atau Republic of China) yang tinggal di luar negeri (luar China, Hong Kong, Macau dan Taiwan). Kata Kiao (Hokkian) atau Qiao (Mandarin) artinya warga negara yang tinggal/merantau di luar negeri. Lihat http://web.budaya-tionghoa.net/tokoh-a-diaspora/sejarah-tionghoa/1435-istilah-huayi–huaren–huaqiao
[3] Praktek foot-binding sudah terjadi jauh sebelum masa dinasti Qing. Pemerintah Qing sendiri melarang praktek foot-binding ini tetapi walau demikian praktek foot-binding ini tetap dilakukan oleh kalangan masyarakat tertentu , terkecuali orang Hakka dan orang Manchu sendiri.
[4] Hua-yi (Hokkian) = Hua-yi (Mandarin) adalah istilah untuk menyebut seluruh keturunan Tionghua yang telah mengambil kewarganegaraan lain dan melepaskan kewarganegaraan People Republic of China atau Republik Rakyat Tiongkok mapun Taiwan-Republic of China. Lihat http://web.budaya-tionghoa.net/tokoh-a-diaspora/sejarah-tionghoa/1435-istilah-huayi–huaren–huaqiao
[5] USSR = Uni Soviet dan sekarang diteruskan oleh Russia