Budaya-Tionghoa.Net | Be Soen Nio (Bhe Soen Nio) atau Ma Shunniang 马惇娘 . Dalam bahasa Hokkian huruf 惇 bisa dibaca dengan dua bunyi: TUN – nada 55, seperti nada 1 Mandarin) dan SUN nada 24, seperti nada 2 Mandarin).
|
Be Soen Nio dilahirkan pada tanggal 19 September 1883 dari pasangan Bhe Kwat Koen dan The Siang Ling. Be Soen Nio menikah dengan Goei Ing Hong yang berasal dari salah satu keluarga terkaya di Jawa . Keluarga Goei menjalankan usaha candu dan gula. Diawal abad 20 , keluarga Goei mempunyai interest ekonomi di kawasan Asia Timur dan Jawa Tengah dan menjalankan NV Handelmaatschappij Goei Keh Soei di Semarang. Pasangan Be Soen Nio dan Goei Ing Hong ini tidak memiliki anak kandung sehingga Bhe Kwat Koen – menyarankan agar pasangan ini mengadopsi anak termuda dari adiknya , Be Kiong Nio dan dinamakan Goei Kim Lan (1919).
Setelah adopsi ini , setahun berikutnya Goei Ing Hong (1880-1920) meninggal dunia dalam usia yang relatif muda , 40 tahun. Be Soen Nio merupakan tokoh wanita Tionghoa di Semarang hingga tahun 1960-an. Be Soen Nio lah yang membidani pendirian Rumah Sakit Tiong Hoa Ie Wan di tahun 1920-an . Selan itu Be Soen Nio selama bertahun-tahun menjadi ketua dari Fu Nv Hui Semarang atau Perkumpulan Wanita Semarang yang begitu legendaris.
Korespondensi antara Be Soen Nio dengan penguasa Mangkunagara melibatkan 200 lebih surat dan menandai peran wanita Tionghoa dalam masyarakat era kolonial. Salah satu suratnya adalah surat pertama bertanggal 11 Maret 1919 kepada Mangkunegoro yang berisikan pesan bahwa Be Soen Nio baru menerima tekstil dari Shanghai yang ditawarkan untuk diberikan kepada Kanjeng Gusti. Sebagai tambahan Be Soen Nio juga menginformasikan bahwa ayah dan ibunya akan memulai perjalanan ke Singapura , Tiongkok dan Jepang dan jika Kanjeng Gusti bersedia , Be Soen Nio bisa membawakan barang-barang istimewa kepadanya. Kanjeng Gusti memang tertarik dengan barang-barang dari Tiongkok dan Jepang , terutama obat-obatan Tionghoa.
Be Soen Nio merupakan seorang yang aktif dan terlibat dalam berbagai kegiatan sosial dan kultural dan menjadi figur Tionghoa yang dihormati di Jawa Tengah pada khususnya. Be Soen Nio menerima penghargaan “Ridder in the Orde van Oranje-Nassau” atas karya-karyanya. Rumahnya yang terletak di Plampitan 9 , Semarang , kerap menjadi tempat pertemuan antara keluarga Be , keluarga Kwee dan keluarga Oei dengan Mangkunegoro.
Garis Silsilah
1. Be Ing Tjioe (1803-1857)
2. Be Ik Sam (1838-1890)
3. Be Kwat Koen (1863-1945) – The Siang Ling (1865-1934)
4. Be Soen Nio (1883-1972) – Goei Ing Hong (1880-1920)
REFERENSI :
Post , P. 2009 , “ Java’s Capitan Cina and Javanese Royal Families Status , modernity and Power Major-titular Be Kwat Koen and Mangkunegoro VII “ , Jurnal of Asia Pasific Studies , Waseda University ,
Arsip Mailing-List Budaya Tionghua , 42833 , 14 Mei 2009
Budaya-Tionghoa.Net | Mailing-List Budaya Tionghua