Budaya-Tionghoa.Net| Konsep tersebut [lihat tulisan bagian pertama] dinamakan yang-zhai. Ada beberapa perbedaan aturan antara keduanya, contohnya untuk tempat tinggal, bangunan sebaiknya menghadap ke Selatan. Sementara untuk makam, sebaiknya menghadap ke Utara.
|
Kepercayaan rakyat ini juga berpendapat bahwa kapasitas jiwa leluhur (= qi 气) efektif membantu keturunan mereka, saat keadaan mayat masih utuh dan baik. Ini adalah salah satu alasan dalam budaya Tionghoa; peti mati dibuat dengan bahan kayu yang sangat kuat dan kedap udara. Makam harus ditempatkan pada bagian yang lebih tinggi dari lansekap, untuk mencegah air untuk menembus ke dalam peti mati. Pada makam kaisar, kita dapat menjumpai mayat kaisar yang dilapisi batu giok, yang dipercayai dapat mencegah pembusukan.
Sejarah Singkat Fengshui
Menelusuri kembali sejarah awal kebudayaan Tionghoa; orang sudah mengenal kan-yu 堪舆, di-li 地理, di-xue 地 学, yin-zhai 阴宅, yang-zhai 阳宅 dll, maknanya sama dengan feng-shui dikemudian hari. Dalam “Buku Pemakaman Zang shu 葬 书” yang ditulis oleh Guo-pu 郭璞 (276-324 M); muncul untuk pertama kalinya terminology feng-shui 风水 dalam tulisan. Buku ini menjadi panduan awal untuk setiap praktisi fengshui pada masa berikutnya.
Selama masa Dinasti Tang (618-907 M); Yang Yun-Song menulis tentang simbol naga dan harimau, dan pengaruh air yang mengalir terhadap fengshui. Ia bekerja sebagai penasehat Kaisar Ji Zong (874-888 M), dan teorinya menjadi dasar teori bagi konsultan fengshui istana dikemudian hari. Ia memperkenalkan simbol naga dan harimau yang melambangkan topografi bentang alam. Konsepnya menghubungkan gunung, aliran air, dan bentang alam disebut “Aliran bentuk” atau “Aliran Jiang-xi” mengikuti nama daerah tempat Yang bekerja. Konsep-konsepnya cocok untuk daerah Selatan dan Barat Daya Tiongkok karena ini adalah daerah pegunungan, meskipun agak sulit untuk menemukan situs yang ideal yang selalu menghadap ke Selatan.
Gambar 1. Simbolics zoomorphic diterjemahkan dari situs topografi. (Skinner, S.2006: 59)
Selama Dinasti Song (960-1279 M) ketika Buddhisme mulai mendapatkan pengaruh kuat di masyarakat Tiongkok dengan didukung pihak istana, muncul sekelompok sarjana disebut Neo-Konfusianisme dipimpin oleh Zhu-Xi (1130 – 1200 M). Mereka sangat berbeda dari Konfusianisme awal yang fokus pada etika kehidupan sehari-hari, pendidikan, ritual, bakti, dan logika.
Neo-Konfusianisme mengadopsi metafisika, keyakinan akan kehidupan setelah kematian, ramalan, dan janji kehidupan di masa depan; subjek yang lebih menarik bagi masyarakat umum. Istilah-istilah tersebut cocok dengan simbol kepercayaan rakyat yang diyakini dan diingat umum.
Ditulis oleh : Sugiri Kustedja dalam bahasa Inggris
Diterjemahkan oleh : Chendra Ling Ling
Budaya-Tionghoa.Net | Mailing-List Budaya Tionghua | Facebook Group Budaya Tionghua