Budaya-Tionghoa.Net | Rupanya pada saat sekarang ini; orang bunuh diri sedang ngetren berat. Kebanyakan orang bunuh diri karena merasa malu dan ini bukan hanya dilakukan oleh orang dewasa saja bahkan anak-anak sekalipun sudah banyak yang melakukannya. Misalnya seorang remaja dari Tegal yang telah mencoba untuk bunuh diri, karena merasa malu menunggak uang sekolah. Padahal pungutan uang sekolahnya hanya Rp. 5000 saja per
bulannya. Sedangkan para konglomerat hitam yang memiliki hutang lima triliun saja tidak pernah mempunyai rasa malu.
|
Cara yang ditempuh untuk bunuh diri itu macem-macem, mulai dari terjun bebas dari hotel/gedung tinggi, minum racun, menabrakan diri ke kereta api atau busway, gantung diri, potong urat nadi maupun bakar diri. Ini semua adalah cara bunuh diri yang kampungan alias nDeso. Dlm soal bunuh diri kita harus belajar dari Jepang, yang telah lama memiliki budaya malu. Mereka melakukan bunuh diri bukan hanya sekedar bunuh diri secara begitu saja melainkan dengan ritual dan disaksikan oleh beberapa orang, bahkan oleh anggota keluarganya sendiri dan juga oleh bikshu Shinto.
Harakiri (Hara = perut, Kiru = menusuk) walaupun demikian orang Jepang sendiri jarang yang menggunakan kata Harakiri. Mereka lebih senang menggunakan kata Seppuku yang memiliki arti yang sama dengan Harakiri. Budaya harakiri ini adalah tatacara budaya kesatrian (Bushido) yang dilakukan oleh kaum Samurai. Budaya ini sudah dilakukan sejak abad ke 12 dan mulai dilarang secara resmi di tahun 1868, walaupun demikian s/d saat ini masih tetap saja banyak yang mempraktekannya.
Harakiri bukanlah sekedar bunuh diri secara begitu saja, melainkan harus melalui upacara ritual yang jelas dan telah ditentukan sebelumnya. Mereka melakukan ini bukannya secara dadakan, terkadang mereka mempersiapkan upacara Harakiri ini seperti juga upacara perkawinan yang telah dipersiapkan berbulan-bulan sebelumnya.
Sebelumnya orang melakukan harakiri ia harus mendapatkan seorang pendamping asisten yang berfungsi sebagai algojo. Sang algojo ini mendapatkan tugas untuk memancung kepala dari orang yang melakukan harakiri. Masalahnya apabila seorang melakukan harakiri, pada saat ia mau mati, dilarang mengeluh, menggerang, mengaduh ataupun memperlihatkan wajah nyeri ataupun takut. Ia harus mati dengan tabah dan gagah.
Untuk menghindar terjadinya hal ini, maka setelah sang pelaku harakiri menusukkan pisau ke perutnya, maka sang algojo harus segera memancung kepalanya dengan samurai. Dengan demikian ia bisa mempercepat proses kematian dan tidak perlu menderita. Asisten pembunuh ini lebih lazim dengan sebutan Kaishaku-Nin. Ilmu memancung kepala dengan cepat dan baik ini bisa dipelajari dan disebut Seiza Nanahome Kaishaku.
Para pelaku harakiri selalu mengenakan baju putih yang melambangkan kebersihan dan kesucian. Mereka menusuk perutnya dengan menggunakan pisau kecil yang disebut Wakizashi atau Tanto. Pisau tajam yang berukuran 30 s/d 60 cm. Pisau tersebut harus dibungkus oleh kertas putih.
Pisau tersebut ditusukan keperut; 6 cm dibawah pusar yang disebut Tanden. Berdasarkan ajaran Zen disitulah letak pusatnya Chi atau letaknya jiwa manusia. Mereka bukan hanya sekedar menusuk begitu
saja; melainkan harus dari kiri ke kanan dan dari atas ke bawah. Prosedur merobek udel-udel ini disebut Jumonji-giri agar perutnya bisa benar-benar robek dan ususnya keluar.
Sebelum mereka harakiri mereka menulis puisi kematian atau death poem (jisei no ku) bagi yang ingin tahu apa saja yang ditulis di puisi tersebut silahkan klik: http://www.salon.com/weekly/zen960805.html
Harakiri bukan dilakukan oleh pria saja tetapi juga oleh kaum perempuan. Mereka menusukan jarum rambut atau pisau ke ulu hatinya. Harakiri perempuan ini disebut jigai.
Bagi mereka yang ingin melakukan harakiri secara benar sesuai dengan ritual sebaiknya membaca terlebih dahulu panduan harakiri di: http://kyushu.com/gleaner/editorspick/seppuku.shtml
Agar tidak mati konyol secara begitu saja seperti layaknya Mr Nobody, maka sebaiknya pada saat mau bunuh diri mengundang seluruh wartawan cetak maupun elektronik sebanyak mungkin. Bukan hanya sekedar RCTI saja melainkan CNN juga. Hal inilah yang telah dilakukan oleh seorang punjangga Jepang – Mishima Yukio pada saat ia mau melakukan harakiri pada tgl 25 November 1970 di Tokio. Bagi mereka yang tahan banting silahkan klik film reality show harakiri dari Mishima Yukio di
{youtube}1WhSRHhaE9E{/youtube}
Di Indonesia tidak akan ada pejabat yang merasa malu sehingga mau melakukan harakiri. Apabila kasus korupsi mereka terungkap, mereka lebih senang melakukan “Harta-Kiri” alias menyingkirkan hartanya kebagian kiri alias keluar negeri daripada harakiri.
Mang Ucup
Email: mang.ucup@…
Homepage: www.mangucup.net
http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua/message/26167