Budaya-Tionghoa.Net| Dikatakan bahwa Lee Kuan Yew adalah salah satu keturunan dari Tionghua yang berasal dari “Republik” Lanfang dan Hakka yang merupakan kelompok minoritas di Singapura memainkan peran penting dalam mendirikan Lan Fang Kongsi kedua di Singapura. Sebenarnya apa yang terjadi ?
|
Republik Lan Fang
Dari buku karya Kao Chungxi , “Jews of the Orient” disebutkan bahwa menjelang akhir abad 18 , orang-orang Hakka dari Guangdong mendirikan sebuah republik di Kalimantan Barat yang bertahan selama 107 tahun dan mempunyai 10 presiden dalam rentang masanya.
Presiden pertama adalah Lo Fang Pak. Dia dilahirkan di Mei Hsien , provinsi Guangdong di tahun ketiga masa pemerintahan Qianlong. Dia menikahi seorang gadis dan mempunyai seorang anak. Dia meninggalkan negri leluhurnya menuju Kalimantan Barat sendirian untuk bergabung dalam gold rush pada masa itu. Untuk itu dia melalui perjalanan dari Hanjiang – Shantao – garis pantai Vietnam dan akhirnya mendarat di Kalimantan Barat.
Sultan pada masa itu percaya bahwa orang-orang Tionghoa adalah pekerja keras dan membawa 20 Tionghua dari Brunei. Sultan Omar di Singkawang juga mendengar tentang kerajinan orang-orang Tionghua dan menerapkan lease land system untuk mendorong orang-orang Tionghua untuk berkiprah di wilayah kekuasaannya.
Ketika Lo Fang Pak mencapai Kalimantan Barat , pihak Belanda belum agresif terhadap wilayah tersebut. Di sepanjang area pantai , banyak hunian orang Jawa dan Bugis . Dan juga kekuasaan Sultan terbatas di area pantai sedangkan kawasan pedalaman dikuasai orang Dayak. Dengan kondisi ini wilayah kekuasaan sultan tidak terdefinisi secara jelas.
Di tahun 1740 , jumlah orang Tionghua hanya puluhan. Di tahun 1770 jumlah orang Tionghua meningkat drastis menjadi 20 ribu orang. Berdasarkan klan , hubungan darah dan kawasan maka orang-orang Tionghoa mendirikan kongsi untuk melindungi diri.
Pada masa itu Lo Fang Pak mendirikan Kongsi Lanfang dan mempersatukan seluruh Hakka yang berada dikawasannya. Pada masa itu pula , Kun Tian (Pontianak) yang terletak di lower stream Kapuas menjadi kawasan komersial yang penting dan di kontrol oleh Sultan Abdul Laman . Sedangkan upper stream Kapuas dikontrol oleh suku Dayak.
Kawasan tetangga Pontianak , Sultan Mempawah berusaha membangun istana di wilayah upper stream Kapuas yang memicu pertempuran antara dua sultan. Sultan Pontianak meminta bantuan Lo Fang Pak . Berdasarkan pertimbangan bahwa pembangunan istana itu berada dekat wilayah kongsi Lanfang maka Lo Fang Pak memutuskan untuk membantu Sultan Pontianak dan mengalahkan Sultan Mempawah . Lo Fang Pak bersama pasukannya melaju ke Singkawang . Sultan Singkawang dan Mempawah menandatangani perjanjian damai dengan Lo Fang Pak.
Sejak itu popularitas Lo Fang Pak meningkat drastis. Baik orang Tionghua maupun penduduk setempat mencari perlindungan kepada Lo Fang Pak. Sultan Pontianak pun menyadari bahwa dia tidak bisa menantang kekuatan Lo Fang Pak sehingga ikut mencari perlindungan kepada Lo Fang Pak.
Kongsi Lo Fang Pak mendirikan sebentuk pemerintahan “republik” di tahun 1777 , sepuluh tahun lebih awal dari Amerika Serikat (1787). Pada saat itu rakyat menghendaki Lo Fang Pak untuk menjadi sultan , dan ditolaknya.
Menurut catatan sejarah dinasti Qing , tercatat bahwa orang-orang Ka Yin (kawasan Mei Hsien) melakukan penambangan , membangun jalan , mendirikan sebentuk negara sendiri dan setiap tahun kapal-kapalnya mencapai Tiongkok seperti kawasan Chao Zhou , dan melakukan perdagangan. Kongsi Lan Fang juga membayar tribut kepada dinasti Qing sebagaimana negri-negri lain seperti Annam (Vietnam).
Ibukota “republik” ini adalah Che Wan Li . The Ta Tang Chon Chang (seperti presiden) dipilih melalui pemilihan. Posisi “presiden” dan “wakil presiden” adalah orang Hakka yang berasal Ka Yin atau Ta Pu. Benderanya berbentuk persegi berwarna kuning dengan kata-kata “Lan Fang Ta Tong Chi”. Bendera presiden berbentuk segitiga berwarna kuning dengan kata Chuao. Pejabat tinggi mengenakan kostum bergaya Tionghua pada masa itu sementara pejabat rendah mengenakan busana bergaya barat.
Lo Fang Pak meninggal di tahun kedua “republik” dan di tahun kedua puluh kehidupannya di Kalimantan. Di usia “republik” ke 47 atau dimasa Liew Tai Er berkuasa inilah Belanda mulai aktif mengincar kawasan Kalimantan Barat. Perlahan-lahan Lan Fang kehilangan otonominya dan menjadi semacam “negara” protektorat Belanda.
Di tahun 1884 , Singkawang menolak untuk diduduki Belanda dan akhirnya diserang. Lan Fang berjuang selama 4 tahun hingga akhirnya dikalahkan dan rakyatnya melarikan diri ke Sumatera. Takut akan reaksi dinasti Qing , Belanda tidak pernah mendeklarasi secara resmi telah menduduki kawasan Lanfang dan membiarkan salah satu sisa keturunan orang Lan Fang untuk memimpin. Setelah dinasti Qing ambruk dan berdirinya Republik Tiongkok barulah Belanda secara formal mengontrol kawasan Lanfang.
Orang-orang Lanfang yang mengungsi ke Sumatera berkumpul kembali di Medan . Dari Medan beberapa dari mereka pindah ke Kuala Lumpur dan Singapura. Salah satu keturunannya adalah Lee Kuan Yew.
HUBUNGAN LEE KUAN YEW DAN LAN FANG
Didalam buku memoarnya Lee Kuan Yew yaitu “The Singapore Story” disebutkan bahwa ayahnya bernama Lee Chin Koon , kelahiran Semarang di tahun 1903. Ayahnya ini menjadi subjek Inggris karena kakeknya adalah warganegara Singapura.
Kakeknya Lee Kuan Yew , yaitu Lee Hoon Leong , seorang Hakka , dan sering mampir ke Semarang ketika berkerja pada sebuah kapal milik maskapai pelayaran yang dimiliki konglomerat gula , Oei Tiong Ham. Kakeknya kemudian berkenalan dengan Ko Liem Nio di kota itu yang berlanjut ke jenjang pernikahan di tahun 1899.
Nenek dari pihak ibu Lee Kuan Yew (Chua Jim Neo) adalah Neo Ah Soon yang juga berasal dari Indonesia. Neo Ah Soon seorang Hakka dari Pontianak yang meninggal pada tahun 1935. Tetapi dalam memoar itu tidak disebutkan bagaimana dan mengapa neneknya datang ke Singapura pada masa itu.
Mertua Lee Kuan Yew atau ayah dari istrinya juga berasal dari Jawa dan kotanya tidak disebutkan dengan jelas . Mertuanya berkerja sebagai bankir di OCBC , Singapura , ketika itu. Jadi silsilah keluarga Lee Kuan Yew sebagai bapak pendiri Singapura banyak berakar dari keluarga yang berasal dari Indonesia.
Sementara dari sumber “The Encyclopedia of the Chinese Overseas” yang disusun oleh Lynn Pann menyebutkan bahwa great-grandfather Lee Kuan Yew , yaitu Lee Bok Boon , berasal dari Dabu , provinsi Guangdong.
Lee Bok Boon bermigrasi ke Singapura di tahun 1863. Anak tertuanya Lee Hoon Leong adalah kakek dari Lee Kuan Yew berkerja di maskapai pelayaran seperti yang telah disebutkan disumber memoar diatas. Pasangan Lee Hoon Leong dan Ko Liem Nio mempunyai anak tertua , Lee Chin Koon , yang berkerja di Shell. Lee Chin Koon menikah dengan Chua Jim Neo . Dari pasangan ini terlahir Lee Kuan Yew sebagai anak tertua.
Sekarang menjadi lebih jelas kaitan Lee Kuan Yew dengan orang Lan Fang , yaitu melalui pihak nenek dari Chua Jim Nio , yaitu Neo Ah Soon yang berasal dari Pontianak dimana dulu Lan Fang berdiri.
ZHONGHUA WENHUA (Partisipan Diskusi : Golden Horde , Dr. Irawan dan Prometheus )
Budaya-Tionghoa.Net | Facebook Group Budaya Tionghoa | Mailing-List Budaya Tionghua
Referensi : “The Encyclopedia of the Chinese Overseas” by Lynn Pann ,“The Singapore Story” by Lee Kuan Yew , “Jews of the Orient” by Kao Chungxi
Rekomendasi Admin Untuk Dibaca :
1. Profil Lo Fang Pak , http://web.budaya-tionghoa.net/tokoh-a-diaspora/tokoh-tionghoa/1726-lo-fang-pak-
2. S.H. Schaank , “De Kongsi’s Van Montrado : Bijdrage Tot De Geschiedenis en De Kennis van Het Wezen Der Chineesche Vereenigingen Op De Westkust van Borneo , Batavia , 1893 dalam Ivan Taniputera , “Resensi Buku De Kongsi’s Van Montrado” , Budaya Tionghoa , 30 November 2011
3. Sie Hok Tjwan , ” Sejarah Keturunan Tionghoa Di Asia Tenggara Yang Tidak Dikenal Khalayak Ramai – Kalimantan Barat” (4 halaman) , Mailing-List Budaya Tionghua No 1489 – 24 Maret 2004 , Budaya Tionghoa No 158