Budaya-Tionghoa.Net | Sebelum masa dinasti Sui , Tiongkok terpecah secara politik untuk tiga abad lamanya. Dinasti Sui (581-617M) seperti halnya dinasti Qin (221-207SM) yang sama-sama berusia singkat membawa akhir dari tatanan lama menuju unifikasi yang singkat dan memberikan pondasi untuk dinasti berikutnya yang lebih stabil seperti dinasti Han sesudah Qin dan dinasti Tang sesudah Sui.
|
Di masa menjelang dinasti Sui , atau sekitar pertengahan abad 6 Masehi , terdapat perbedaan antara kawasan utara dan kawasan selatan Tiongkok dalam hal tradisi-kultural.
Diselatan , cara menyapa satu sama lain berbeda dengan di utara. Wanita diselatan mendapat pingitan yang lebih intens daripada diutara , sementara di utara pergundikan lebih marak. Tradisi pemakaman , pernikahan dan upacara-upacara diselatan lebih rumit daripada di utara. Demikian juga dengan gaya masakan, berpakaian sampai kekerabatan yang berbeda antar kawasan.
Orang selatan , termasuk imigran , lebih halus dalam bersikap , secara geografis lebih hijau dan air yang berlimpah. Seorang figur sastrawan di selatan menggambarkan literature utara seperti “ringkikan keledai dan gonggongan anjing”. Ini dampak dari perpecahan politik selama tiga abad.
Sesudah tahun 317 M , beberapa dekade pasca usainya konflik panjang antar tiga negara (Samkok) , kawasan utara berevolusi menjadi peradaban yang berbeda. Kawasan utara berulang kali menghadapi ancaman dari non-Tionghua yang mengontrol kawasan tertentu.
Dimasa Wei Utara , yang muncul menjadi kekuatan regional di tahun 386 M , dan secara bertahap mengadopsi peradaban Tiongkok . Di tahun 398 M , penguasa Wei memerintahkan untuk membangun ibukota bergaya Tionghua yang dimasa modern terletak di utara provinsi Shanxi.
Kota tersebut berbentuk persegi , memiliki tembok kota , dan berorientasi kepada empat arah, mempunyai kuil leluhur dan sebagainya , tidak ubahnya kota-kota di Tiongkok pada masa itu. Mereka juga melakukan kompromi antara gaya hidup tribal dengan masyarakat agrikultur.
Sinisisasi atau sinifikasi semakin intens dimasa pemerintahan Xiaowen (berkuasa 471-499M) yang menghapuskan cara memuja masyarakat Xianbei dengan gaya Tionghua. Dia juga mengadopsi gaya Tionghua dalam selection system , dan mendorong perkawinan campuran antara masyarakat Xianbei dengan Tionghua. Xiaowen juga melakukan reformasi agraris , menghidupkan kembali ajaran Confucius dan bahkan melarang penggunaan bahasa sendiri , yakni bahasa Xianbei di pemerintahan Wei Utara.
Xiawen juga memperkenalkan sistem kekerabatan ala Tionghua dalam bentuk sistem marga dan yang terpenting adalah memindahkan “rumah” mereka yang lama di perbatasan steppa ke ibukota Loyang.
Proses sinisasi ini mengundang kemarahan dari beberapa grup di utara yang dikenal dengan Revolusi Enam Garnisun. Revolusi ini dipimpin oleh bangsawan-bangsawan Xianbei yang tidak menerima kebijakan sinifikasi yang dijalankan oleh kaisar Xiaowen.
Segera masyarakat Xianbei terpecah menjadi beberapa faksi , Wei Timur yang lebih tersinifikasi dan bertempat di kota Yeh , Hunan dan Wei Barat yang tidak begitu tersinifikasi dengan ibukota Chang’an.
Di tahun 550 , Wei Timur menjadi Qi Utara dan Wei Barat menjadi Zhou Utara yang menandai berakhirnya dinasti Wei Utara. Di tahun 577 , Zhou Utara berhasil mengalahkan rivalnya di Timur dan wilayahnya bertambah luas , begitu juga dengan populasinya. Sementara itu selatan , masih berdiri dinasti Liang (502-587).
Kawasan utara tetap memiliki karakteristik yang berbeda , penuh nuansa martial , kuda yang berkualitas , anjing pemburu . Wanita di utara dalam pengaruh budaya steppa , ikut berkerja dan punya tanggung-jawab. Diselatan , masyarakat hidup dalam tradisi monogami. Masyarakat utara lebih terbuka termasuk terhadap pengaruh Asiatik di barat sehingga tradisinya lebih sederhana daripada diselatan.
Perbedaan geografis dan iklim juga turut membelah masyarakat Tiongkok pada masa itu kedalam dua komoditas pertanian penting , padi diselatan dan millet diutara. Populasi di utara lebih banyak daripada diselatan , kelak setelah reunifikasi Sui , wilayah selatan menyumbang 16% dari total populasi Tiongkok.
Masyarakat Tionghua diselatan terkonsentrasi pada kawasan Yangtze dan dikelilingi “aborigin” yang disebut “Man” dan berkomunikasi dalam rumpun bahasa Tibeto-Burman, juga berbagai penyakit seperti malaria , hambatan alam yang juga menghambat “kolonisasi” Tionghua dikawasan selatan. Interaksi antara Tionghua dengan penduduk setempat yang berbahasa lain itu bisa berwujud dalam konflik , penguasaan atau perkawinan campuran diantara mereka.
Diutara Tiongkok , periode ini ditandai dengan keragaman ras dan kultural , dimana orang-orang dari berbagai kawasan datang secara bergelombang sejak akhir abad ketiga.Mereka kawin campur dengan Tionghua yang berada di utara. Meskipun kaisar Xiaowen dimasa berikutnya menerapkan kebijakan sinifikasi seperti yang sudah disebutkan diatas , masih terdapat fitur-fitur kultur steppa.
Perpecahan Wei dalam wujud Wei Barat dan Wei Timur juga terwujud dalam perbedaan geografis di utara. Ibukota Wei Barat berada di kawasan plateau yang diapit oleh tiga gunung. Di kawasan barat dari Wei membentang dari provinsi Gansu modern yang diapit oleh steppa diutara dan kawasan pegunungan diselatan. Budaya di kawasan Wei Barat lebih dekat ke budaya steppa.
Sementara itu dikawasan Wei Timur membentang dari sungai Huai sampai Tembok Besar dan dialiri Sungai Kuning. Kawasan ini sangat padat populasinya dan berkontribusi hampir dua pertiga dari seluruh populasi Tiongkok pada masa itu. Singkatnya kawasan ini lebih kaya , lebih makmur daripada Wei Barat.
Dalam situasi inilah Dinasti Sui akan lahir melalui serangkaian konflik yang kompleks.
Ditahun 552 , tentara Wei Barat berhasil menguasai kawasan Yangtze yang masuk dalam wilayah Sichuan modern , menyingkirkan seorang pangeran dari dinasti Liang berusaha mendirikan negara terpisah. Pangeran yang lain mendirikan ibukota sementara di Jiangling dan mendirikan pemerintahan yang singkat sebagai kaisar Yuan atau Liang Yuandi (552-554).
Tahun 554 , kerajaan Yuandi dikalahkan musuhnya. Yuandi sendiri dibunuh disusul oleh pembantaian besar-besaran terhadap elite pemerintah Yuandi. Wei Barat kemudian mendirikan negara boneka , Dinasti Liang Kemudian , yang beribukota di Jiangling yang akan bertahan sampai tibanya reunifikasi Sui.
Disisi lain Houjing terus memberontak terhadap dinasti Liang berhasil dikalahkan oleh Chen Baxian dan di tahun 557 , Chen menyingkirkan kaisar Liang dan mendirikan dinasti baru dan menjadi kaisar Wu (berkuasa 557-559M) dari dinasti Chen (557-589M) dengan ibukota tetap di Jiankang.
Penguasa dinasti Chen yang keempat , Chen Xu (berkuasa 569-582) berambisi merampas kembali kawasan Yangtze yang sudah berada di tangan Wei Barat. Sayangnya kekuatan Chen sendiri terbatas dan Zhou Utara mengirim utusan ke Chen untuk mengajak beraliansi menghadapi Qi Utara. Penguasa Chen setuju dan bersama-sama mereka mengalahkan Qi Utara.
Dinasti Chen kemudian memasukan sebagian kawasan yang berhasil dimenangkan yang hanya dinikmati sebentar saja sebab Zhou Utara menggasak bekas sekutunya dan mengontrol hampir seluruh kawasan utara Tiongkok. Kekuatan Chen sendiri melemah drastis dan menderita kerugian besar.
Di pemerintahan Zhou Utara inilah Yang Jian mengabdi dan akan menjadi pendiri dinasti Sui.
REFERENSI :
Twitchett et all , “The Cambridge History of China , Volume 3 , Sui and T’ang China , 589-906 , Part I “, Cambridge University Press , Chapter II , p 48-57
Budaya-Tionghoa.Net | Facebook Group Budaya Tionghoa